Selain Beras, Rokok Masih Menjadi Penyumbang Utama Kemiskinan
JAKARTA, iNews.id - Per Maret 2019, angka kemiskinan RI turun ke level 9,41 persen. Meski begitu, jumlahnya masih cukup tinggi yakni 25,14 juta jiwa.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, beras dan rokok masih menjadi komoditas utama yang dibeli masyarakat. Pasalnya, porsi komoditas makanan tersebut terhadap pengeluaran cukup tinggi.
Di perkotaan, porsi pengeluaran masyarakat untuk beras mencapai 20,59 persen sementara di perdesaan 25,97 persen. Tingginya pembelian beras disebabkan tingginya konsumsi nasi masyarakat sehari-hari.
Dengan garis kemiskinan rata-rata nasional sebesar 1,99 juta per bulan, maka pengeluaran satu rumah tangga untuk beras mencapai Rp410 ribu di kota dan Rp520 ribu di desa.
Selain beras, pengeluaran masyarakat untuk rokok kretek filter juga sangat tinggi. Di perkotaan, porsinya mencapai 12,21 persen sementara desa 11,36 persen. Dengan kata lain, masyarakat kota menghabiskan Rp243 ribu sementara masyarakat desa Rp226 ribu sebulan.
"Rokok ini terus naik, inflasi dari rokok ini naik. Pelan-pelan ini naik kontribusi rokoknya meningkat kalau dibanding posisi Maret dan September," kata dia di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Secara umum, pengeluaran terbesar masyarakat miskin untuk komoditas makanan dengan porsi 71,64 persen di kota dan 76,48 persen di desa.
Selain beras dan rokok, komoditas lainnya yaitu telur ayam ras (3,5-4,2 persen), daging ayam ras (2,2-3,8 persen), mie instan (2,1-2,4 persen), dan gula pasir (2-2,9 persen).
Untuk komoditas nonmakanan, perumahan menempati posisi pertama dengan porsi 7,2 persen di desa dan 8,16 persen di kota. Di urutan kedua ada bensin (3,5-4,2 persen), listrik (2-3,8 persen), dan pendidikan (1,2-1,8 persen).
Editor: Rahmat Fiansyah