Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Purbaya soal Redenominasi Rupiah: Wewenang BI, Bukan Tahun Ini atau 2026
Advertisement . Scroll to see content

Soal Transaksi Berjalan, Bank Indonesia: Thailand Juga Defisit

Jumat, 27 Juli 2018 - 21:06:00 WIB
Soal Transaksi Berjalan, Bank Indonesia: Thailand Juga Defisit
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.idDefisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) Indonesia tahun ini bakal meningkat menjadi 25 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp17,5 miliar dolar AS. Sentimen global dan ketidakseimbangan ekonomi dalam negeri mendorong peningkatan CAD ini.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara memastikan, defisit transaksi berjalan yang melebar tidak hanya dialami Indonesia. Beberapa negara Asia lainnya juga mengalami hal serupa.

"CAD itu kalau kita lihat dari trade balance ditambah dengan neraca income (untuk bayar bunga dan dividen) kalau kita bandingkan Indonesia dengan Thailand. Di Thailand dan Indonesia juga defisit," ujarnya dalam media briefing di Gedung BI, Jakarta, Jumat (27/7/2018).

Meski Thailand dan Indonesia sama-sama mengalami defisit, tetapi nilai ekspor dari kedua negara berbeda. Jika dilihat dari neraca perdagangan, Thailand justru mengalami surplus. Sebab, angka ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan impornya.

Sementara, Indonesia saat ini angka impornya jauh lebih tinggi dibandingkan ekspornya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI mengalami surplus pada Juni 2018 sebesar 1,74 miliar dolar AS dengan rincian ekspor bulan Juni tercatat sebesar 13 miliar dolar AS.

Posisi ini turun 19,80 persen dibanding ekspor bulan Mei 2018, meski meningkat 11,47 persen dibandingkan ekspor Juni 2017 (year on year). Sementara, untuk impor Juni 2018 mencapai 11,26 miliar dollar AS atau turun 36,27 persen dibanding Mei 2018. Angka ini tumbuh 12,66 persen dibanding Juni 2017.

"Bedanya, Indonesia ekspornya jauh dibandingkan Thailand. Thailand ekspornya jauh lebih besar," ucapnya.

Untuk bisa menstabilkan transaksi berjalan, kata Mirza, cara satu-satunya adalah mengembangkan pariwisata. Cara pemerintah yang gencar mempromosikan 10 Bali Baru dianggap sudah menjadi langkah yang tepat.

"Sekarang pemerintah sudah benar dorong pariwisata, dengan pengeluaran 1 orang 1.000 dolar AS sehingga bisa dapat 20 miliar dolar AS," katanya.

Dia menilai, selain pengembangan destinasi wisata, pemerintah harus mengimbangi dengan berbagi kebijakan lainya, seperti pemberian insentif pajak, mempermudah turis-turis asing untuk masuk ke Indonesia dan menggenjot industri berorientasi ekspor.

"Insentif pajak dikaitkan dengan ekspor sudah pada arah yang benar. Memang kalau kita lihat memang ada akselarasi diimpor yang lebih kepada kebutuhan infrastruktur yang untuk jangka panjang. Jadi, kalau ditanya memang pemerintah sudah pada tracknya bagaimana nambah ekspor, pariwisata dan Penanaman Modal Asing (PMA) berkaitan dengan ekspor," tutur dia.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut