Sri Mulyani Sebut Deflasi 5 Bulan Berturut-turut Bukti Keberhasilan Pemerintah, Ini Penjelasannya
Namun demikian, Bendahara Negara juga menegaskan bahwa indikator daya beli masyarakat harus dilihat dari banyak sisi, di antaranya indeks kepercayaan konsumen (consumer confidence index) dan indeks ritel. Dia menyebut indeks-indeks itu masih di level stabil.
"Ini artinya di kelompok masyarakat yang direkam melalui indeks kepercayaan konsumen maupun dari sisi ritel masih menunjukkan adanya aktivitas yang cukup stabil," ucap Sri Mulyani.
Sebelumnya dikabarkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi kembali terjadi pada September 2024, sebesar 0,12 persen secara bulanan. Angka deflasi ini lebih dalam dibandingkan deflasi Agustus 2024 yang tercatat 0,03 persen secara bulanan.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa deflasi September 2024 merupakan yang merupakan terdalam sepanjang tahun ini. Sebab, apabila dirincikan, pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen, lalu Juni 0,08 persen, Agustus 0,03 persen dan September 0,12 persen.
Menurutnya, secara historis deflasi lebih dari tiga bulan berturut-turut ini menjadi yang terpanjang setelah krisis yakni pada 1995. Saat itu, deflasi terjadi selama 7 bulan beruntun.
"Pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia, Indonesia pernah mengalami deflasi 7 bulan berturut-turut selama bulan Maret 1999 sampai September 1999. Karena akibat dari penurunan harga beberapa barang pada saat itu, setelah diterpa inflasi yang tinggi," kata Amalia dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Editor: Aditya Pratama