Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Investasi Migas RI Keok Selama 30 Tahun, Luhut Singgung Sri Mulyani
Advertisement . Scroll to see content

Sri Mulyani Sebut Urus Ekonomi seperti Memelihara Kesehatan

Kamis, 13 September 2018 - 18:04:00 WIB
Sri Mulyani Sebut Urus Ekonomi seperti Memelihara Kesehatan
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Kemenko Perekonomian)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pemerintah terus mewaspadai dinamika yang terjadi di internal maupun eksternal yang dapat memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, mengurus ekonomi seperti halnya memelihara kesehatan. Jika salah satu anggota tubuh ada yang sakit, bisa merembet ke yang lain. Begitu juga saat kurs rupiah melemah, dampaknya bisa meluas seperti inflasi dan korporasi.

"Kondisi perekonomian saat ini seperti kita memelihara kesehatan, maka perekonomian kalau dipelihara juga akan terlihat dinamika baik dari dalam maupun dari luar," ujarnya di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Tidak hanya dari dalam, menurut Menkeu, kondisi kesehatan bisa terpengaruh oleh lingkungan luar. Dia menyebut, kondisi eksternal saat ini tengah bergejolak yang bersumber dari kebijakan moneter negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS).

Hal inilah yang memberikan efek buruk terhadap kesehatan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, AS tengah menormalisasi suku bunga acuannya sejak krisis. Pada tahun 2008, AS melonggarkan kebijakan moneter hingga suku bunganya mendekati 0 persen.

"Waktu itu, dengan kondisi ekonomi yang turun tajam karena krisis AS turunkan suku bunganya dari di atas 5 persen menjadi mendekati ke 0 persen. Sekarang karena ekonominya pulih kembali suku bunga dinaikan kembali, sudah mendekati 2 persen dan mungkin tahun depan masih ada naik lagi," ucapnya.

Kenaikan suku bunga juga diiringi dengan penghentian kebijakan quantitative easing (QE). Menkeu menyebut, hal ini membuat likuiditas dolar AS di seluruh dunia semakin berkurang. Akibatnya, nilai greenback menjadi mahal.

Di Indonesia, kata Menkeu, pemerintah terus mewaspadai situasi ini supaya kondisi kesehatan ekonomi Indonesia cukup kuat. Gejolak ini diperkirakan masih terus berlangsung.

"Ini yang sedang kita hadapi di 2018. Oleh karena itu, kita harus tingkatkan kewaspadaannya," katanya.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut