Jejak Letusan Gunung Berapi Indonesia: Sejarah, Duka dan Peringatan dari Alam
Sejarah mencatat sejumlah letusan gunung berapi Indonesia yang mengguncang dunia:
Gunung Tambora (1815) di Sumbawa, NTB, meletus sangat dahsyat hingga menyebabkan “Tahun Tanpa Musim Panas” di Eropa dan Amerika. Suhu bumi turun drastis, panen gagal, dan cuaca ekstrem menyelimuti dunia. Beberapa peneliti bahkan mengaitkannya dengan kekalahan Napoleon di Waterloo.
Gunung Krakatau (1883) di Selat Sunda memuntahkan material vulkanik hingga 24 km ke udara. Suaranya terdengar sampai ke Australia. Letusannya menyebabkan tsunami setinggi 24 meter, memicu gelap global selama dua hari, dan mengubah iklim dunia selama lebih dari setahun.
Gunung Agung (1963) di Bali menyemburkan abu hingga 10 km ke atmosfer. Siang hari berubah jadi malam, dan belerang dari erupsi terdeteksi sampai ke lapisan es Greenland.
Dan yang paling purba: Gunung Toba di Sumatra Utara, meletus sekitar 74.000 tahun lalu. Letusan supervolcano ini menciptakan kaldera raksasa yang kini menjadi Danau Toba, dan diperkirakan hampir memusnahkan populasi manusia purba.
Meski manusia tak bisa mencegah bencana, ilmu pengetahuan memberi harapan untuk meminimalkan risikonya. Pengetahuan vulkanologi menjadi kunci dalam membaca tanda-tanda alam, memahami karakteristik gunung, dan menyusun sistem mitigasi yang lebih baik.
Hidup di atas Ring of Fire bukan berarti hidup dalam ketakutan, melainkan dalam kesadaran. Bahwa alam bisa marah kapan saja, dan saat itu tiba—kita harus siap.
Editor: Komaruddin Bagja