Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Gelar Pesta Ultah Seharga Rp1 Miliar, Alasan Ria Ricis Bikin Kaget!
Advertisement . Scroll to see content

7 Animator Indonesia Diakui Dunia, Ada Griselda Sastrawinata yang Terlibat Dalam Film Frozen II hingga Moana

Selasa, 04 Oktober 2022 - 17:31:00 WIB
7 Animator Indonesia Diakui Dunia, Ada Griselda Sastrawinata yang Terlibat Dalam Film Frozen II hingga Moana
Griselda Sastrawinata, salah satu animator Indonesia yang terlibat di produksi film animasi Frozen hingga Moana. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Film animasi saat ini memiliki banyak penggemar dari berbagai kalangan. Selain menyajikan animasi yang bagus, film yang dibuat juga mempunyai jalan cerita menarik. 

Nah, ternyata ada lho orang Indonesia yang terlibat dalam pembuatan animasi di film-film besar Hollywood. Misalnya saja, Spider Man: No Way Home hingga Avengers. 

Ada beberapa animator asal Indonesia yang telah mendunia dan ikut terlibat dalam berbagai film tersebut. Siapa saja sih? Berikut animator Indonesia yang diakui dunia, seperti dirangkum pada Selasa (4/10/2022).

1. Griselda Sastrawinata

Di urutan pertama, ada Griselda Sastrawinata, seorang animator mendunia asal Indonesia. Perempuan kelahiran 1982 ini merupakan lulusan dari Art Center College of Design, Pasadena, Amerika Serikat. Karier Griselda mulai menanjak ketika bergabung dengan perusahaan Walt Disney Animation Studios pada tahun 2015. 

Dia dipercayai untuk menjadi Visual Development Artist pada film Frozen II. Pada film tersebut, perempuan yang biasa dipanggil Griz ini merancang gaun untuk karakter Anna. Dalam pembuatan desain gaun Anna, Griz mencari inspirasi dari baju musim dingin 3 negara yaitu Finlandia, Islandia, dan Norwegia.

Ketika itu, film Frozen II memecahkan rekor sebagai film terlaris akhir pekan dalam sejarah Thanksgiving di Amerika Serikat (AS). Pada lima hari penayangan globalnya, film Frozen II berhasil menghasilkan USD123,7 juta atau sekitar Rp1,7 miliar. 

Keterlibatan animator asal Indonesia ini tentu membanggakan negara, sekaligus menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh anak bangsa. Tidak hanya itu, Griz juga pernah terlibat dalam film-film terkenal lainnya yaitu Moana, Wreck It Ralph 2, Inner Workings, Home, Penguins of Madagascar, How to Train Your Dragons 2, Me and My Shadow, The Croods, dan lainnya.

2. Wira Winata

Awal kecintaan Wira Winata terhadap animasi dimulai ketika dia menyukai menggambar. Saat kuliah, Wira mengambil jurusan teknik di Nanyang Polytechnic, Singapura. Namun, karena hobi yang tidak bisa ia tinggalkan, Wira akhirnya memutuskan untuk pindah ke Pasadena pada tahun 1997. 

Di sana, Wira mengambil jurusan desain produk di Art Center and College of Design. Di kampus baru inilah Wira mendapat banyak koneksi. Bahkan animator dari Walt Disney, DreamWorks, dan Blizzard Entertainment menjadi kenalan dan mentornya.

Karier Wira bersinar seiring hadirnya film animasi pertama Wira, Little Red Plane, pada 2002. Film yang dibuat Wira bersama beberapa rekannya ini diganjar beberapa penghargaan, di antaranya di ajang Dances With Films (2002), Festival Film Heartland (2002). Selain Little Red Plane, Wira juga pernah terlibat dalam film The Peanuts Movie dan Wish Dragon. 

Sebelumnya Wira pernah bekerja di Netflix sebagai Character atau Visual Development sebelum akhirnya pindah di Sony Picture Animation pada tahun 2018. Wira juga kerap membagikan hasil animasinya lewat akun Instagram miliknya @winanimata.

3. Andre Surya

Andre Surya adalah animator terkenal yang sudah bergabung dalam proyek film-film besar. Pria kelahiran 1 Oktober 1984 ini sudah tertarik dengan dunia menggambar sejak dirinya duduk di bangku SMP. Ketika itu Andre belajar 3D visual effect secara otodidak dari internet. 

Kemudian Andre mengambil kuliah jurusan Desain Komunikasi Visual. Namun, kurang dari satu tahun, diw memilih berhenti dan bekerja di perusahaan 3D Jakarta. Andre lalu melanjutkan kuliah di Kanada. Karier Andre mulai melambung saat diterima di Lucasfilm. Ketika itu, Andre menjadi satu-satunya digital artist asal Indonesia.

Andre pernah bergabung dalam film-film besar antara lain Iron Man (2008) sebagai lighting artist, Star Trek (2009) sebagai lighting atau layout artist, Terminator: Salvation (2009) sebagai lighting atau layout artist, dan Iron Man 2 (2010) sebagai layout artist. 

Dia juga sempat bergabung dalam pembuatan games yaitu Game Cinematic Trailer (2007), Star Wars Force Unleashed in-game Modeling (2008), dan Star Wars Force Unleashed e3 (2008). Kini Andre memiliki sekolah animasi yang bernama Enspire School of Digital Art (ESDA).

4. Ronny Gani

Berbeda dari animator lainnya yang mengambil jurusan kuliah desain, Ronny Gani adalah lulusan arsitektur dari Universitas Indonesia. Dia mempelajari animasi secara otodidak melalui kelas online di internet, dengan mendalami Computer Graphic Imagery (CGI). 

Setelah enam bulan lulus dari kuliah, Ronny mendapat pekerjaan sebagai animator di Batam. Dari sinilah ia kemudian mendapat kesempatan bekerja di Lucasfilm/ILM.

Pada tahun keempat bekerja, Ronny dipercaya mengerjakan proyek film besar yakni Avengers yang pertama. Sejak saat itu, Ronny sering terlibat dalam proyek film besar lainnya seperti Avengers: Infinity War, Pacific Rim, Ant-Man, Warcraft, dan banyak lainnya.

5. Ian Martin Ciputra

Ian Martin adalah salah satu animator baru asal Indonesia yang kariernya mulai bersinar. Pria asal Surabaya ini adalah seorang seniman 3D di perusahaan efek visual Secret Lab di Los Angeles, Amerika Serikat. Dia sempat terlibat pada produksi film Spider-Man: No Way Home (2021). 

Dalam film ini, Ian mendapat kesempatan untuk menggarap adegan dari karakter Green Goblin yang diperankan oleh Willem Dafoe. Ian menyelesaikan proyek untuk film ini cukup singkat, hanya tiga bulan saja. Hal itu menjadi prestasi yang luar biasa bagi Ian.

Ian menempuh pendidikan animasi komputer di Seattle dan Florida. Kemudian pindah ke Los Angeles untuk bekerja di Secret Lab. Sebelumnya, Ian juga pernah menggarap proyek film Thor: Ragnarok (2017), Mortal Kombat (2021), dan lainnya.

6. Chris Lie

Chris Lie merupakan animator yang namanya tidak asing lagi di dunia animasi. Ia memiliki hobi menggambar sejak kecil, sesuai bakat yang dimilikinya. Chris lulus dari Fakultas Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat lulusan terbaik. Kemudian pada tahun 2003, dia mendapatkan beasiswa S2 di Savannah College of Arts and Design (SCAD). Chris mengambil jurusan magister Sequential Art.

Pria kelahiran Solo, 5 September 1974 ini memulai kariernya dengan magang di perusahaan Devil’s Due Publishing Chicago. Dia dipercaya untuk terlibat dalam beberapa proyek di komik G.I Joe di Chicago. Dari situlah, Chris mulai terlibat dalam beberapa film ternama. Chris juga dipercaya untuk mengerjakan proyek dari perusahaan besar seperti Marvel, Hasbro, Mattel, Lego, dan Sony Online Entertainment. 

Dia berkontribusi dalam beberapa judul film ternama seperti Spider Man, Transformer, dan Star Wars. Setelah lulus kuliah, Chris Lie kembali ke Indonesia dan mendirikan Caravan Studio di Tanjung Duren, Jakarta Barat.

7. Michael Reynold Tagore

Di urutan terakhir, ada Michael Reynold Tagore. Dia adalah animator asal Surabaya, lulusan Desain Grafis Universitas Tarumanegara dan S2 jurusan desain di University Technology of Sydney. Pria kelahiran 24 Mei 1979 ini sudah menyukai gambar sejak masih belia. 

Selama berkarier, Michael banyak berkontribusi dalam film-film ternama Hollywood. Ia pernah menggarap serial TV Animalia pada 2007. Film besar pertama yang turut digarapnya adalah The Hobbit An Unexpected Journey (2012). 

Selain itu, Michael terlibat dalam pembuatan sederet film lainnya, seperti The Road Chip (2015) sebagai shader, Maze Runner: The Scorch Trials (2015) sebagai shader, Dawn of the Planet of the Apes (2014) sebagai texture department, The Hobbit: The Battle of the Five Armies (2014) sebagai texture artist, Iron Man 3 (2013) sebagai digital effect crew, The Hobbit: The Desolation of Smaug (2013) sebagai texture artist, The Wolverine (2013) sebagai model texture (2013), dan Happy Feet Two (2011) sebagai surfacing artist. Saat ini Michael bekerja di Weta Digital yang berlokasi di Selandia Baru.

Editor: Siska Permata Sari

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut