Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Budayakan Sensor Mandiri, Reza Rahadian Ajak Penonton Pilih Film yang Tepat!
Advertisement . Scroll to see content

Gencarkan Budaya Sensor Mandiri, LSF Rilis Maskot Baru

Kamis, 11 Desember 2025 - 20:21:00 WIB
Gencarkan Budaya Sensor Mandiri, LSF Rilis Maskot Baru
Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) merilis maskot baru bernama Mama Culla yang menampilkan karakter badak Jawa, Kamis (11/12/2025). (Foto: Annastasya Rizqa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) merilis maskot baru bernama Mama Culla yang menampilkan karakter badak Jawa, Kamis (11/12/2025). Perilisan maskot ini sebagai bagian upaya  mendorong budaya sensor mandiri.

Ketua Umum Lembaga Sensor Film (LSF) Dr Naswardi mengatakan karakter ini digambarkan sebagai sosok ibu milenial (gen Y) yang dekat dengan keseharian masyarakat, khususnya orangtua muda, untuk mengingatkan pentingnya memilih tontonan yang sesuai usia.

“Filosofi dan makna inilah yang kita jadikan bahwa kelompok rentan itu perlu kita lindungi dari konten materi yang sensitif, maka perlu memilih, memilah tontonan sesuai dengan usia,” ujar Naswardi di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (11/12/2025).

Terinspirasi dari filosofi induk badak Jawa dalam melindungi anaknya, maskot LSF baru ini merepresentasikan peran seorang ibu yang penuh kepedulian, protektif, dan bijak. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dipilih sebagai maskot Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) karena merupakan satwa endemik Indonesia yang dilindungi dunia sekaligus merepresentasikan nilai-nilai budaya sensor mandiri. 

Filosofi yang melekat pada karakter badak Jawa selaras dengan visi LSF, diantaranya kekuatan, kekokohan, dan kecepatan yang merepresentasikan semangat pelayanan penyensoran dan percepatan sosialisasi sensor mandiri. Lebih dari itu, sifat induk badak sebagai mamalia raksasa yang protektif dalam melindungi anaknya dari ancaman dengan cara menutupi jejak dan memastikan keamanan persembunyian adalah inspirasi dalam melindungi masyarakat. 

Sebab itu, anak-anak perlu dijaga dari tontonan yang tidak sesuai usia, sementara orang dewasa dituntut memiliki kesadaran untuk memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia.

“Ini sekaligus sebagai maskot gerakan nasional budaya sensor mandiri, yang memiliki filosofi dan makna perlindungan untuk kelompok rentan, khususnya anak-anak dari tontonan yang bermuatan isu-isu sensitif,“ kata Naswardi

Mulai 1 Januari 2026, penonton film bioskop di seluruh Indonesia akan menikmati film dengan telop sebagai informasi klasifikasi usia yang baru untuk empat penggolongan usia penonton yang dikemas ulang.

Telop yang dikemas ulang melalui serangkaian proses kreatif juga melibatkan 4 IP (Intellectual Property ) lokal yang sudah cukup dikenal masyarakat. 4 IP tersebut adalah karakter Funcican (untuk telop klasifikasi usia Semua Umur), karakter Si Nopal (untuk telop klasifikasi usia R13), karakter Emak-Emak Matic (untuk telop klasifikasi usia D17), dan karakter Si Juki (untuk telop klasifikasi usia D21). 

Telop-telop yang diluncurkan akan menggantikan telop Tahi Lalats yang telah menemani masyarakat selama bertahun-tahun. Penyegaran dengan menggunakan IP lokal dan disesuaikan dengan klasifikasi usia penonton merupakan upaya untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang klasifikasi usia dengan cara menyenangkan dan mudah diingat.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut