Sandiaga Uno Dukung Industri Perfilman Nasional Bangkit dan Ciptakan Lapangan Kerja
JAKARTA, iNews.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebutkan pemerintah mendorong pemulihan industri perfilman nasional dan berencana memberikan stimulus bagi penciptaan film yang mengangkat nilai keberagaman dan persatuan Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Sandiaga Uno saat menghadiri gerakan Ayo Kembali Ke Bioskop'di Plaza Senayan Jakarta, Minggu (30/5/2021). Turut hadir dalam acara berbagai stakeholders industri perfilman termasuk aktris senior Christine Hakim dan Sutradara Eros Djarot.
Seperti biasanya Sandiaga Uno membuka dengan pantun terlebih dahulu.
Sarapan pagi menunya ketupat laksa
Biar lengkap kue rangi yang jadi kudapan nya.
Mari kita sukseskan film nasional Indonesia
Agar industri kreatif makin berjaya
Pergi ke Plaza Senayan membeli makan
Makanannya enak sayang kalau dilewatkan
Industri perfilman nasional waktunya kita majukan.
Tapi Protokol Kesehatan harus diutamakan.
Usai berpantun, Sandiaga Uno melihat film nasional besutan Eros Djarot dan Christine Hakim berjudul Cut Nyak Dien amat penting untuk dunia perfilman Indonesia.
"Film nasional ini berhasil menghadirkan film yang epik dengan 8 piala citra dengan segala keterbatasannya. Hari ini kita merayakan Kembali achievement dari film terbaik karya anak bangsa yang sudah di restorasi bekerja sama dengan pihak internasional, dalam hal ini Belanda," ujar Sandiaga Uno.
Dia menyebutkan hal tersebut merupakan bagian dari gerakan ayo kembali ke bioskop untuk mendukung film nasional. Menurutnya, sebentar lagi program pemulihan ekonomi nasional khusus dunia perfilman selesai.
Sandiaga Uno mengungkapkan ratusan, ribuan, puluhan ribu masyarakat hidupnya bergantung industri perfilman, sehingga pihaknya harus hadir dengan kebijakan berpihak secara bersama-sama. Seperti value yang diperlihatkan Cut Nyak Dien yang pantang menyerah sampai titik darah penghabisan.
"Karena sekarang di masa pandemi Covid-19, yang bisa menyelamatkan kita adalah diri kita sendiri dengan disiplin protokol kesehatan. Perjuangan dan keteguhan hati Cut Nyak Dien memperlihatkan banyak pembelajaran, nilai-nilai perjuangan, Kesetaraan gender, dan nilai-nilai luhur dari Aceh yang perlu kita berikan penghormatan," kata Sandiaga Uno.
Lebih lanjut dia menjelaskan keberpihakan pada arah film nasional baik yang akan di produksi maupun yang sudah di produksi.
"Kita ingin mengangkat keberpihakan pada film nasional. Satu film nasional bisa 400 orang yang terlibat. Bahkan film Cut Nyak Dien saja 1.500 orang yang terlibat," ujar Sandiaga Uno.
Dia menyebutkan 2019 merupakan masa keemasan film nasional Indonesia, lebih dari 50 juta orang memenuhi bioskop. Tapi pandemi memukul sejak 2020. Untuk memulihkan, ada tiga program yang dilakukan pemerintah.
"Dukungan PEN untuk industri film yakni kampanye promosi film, meningkatkan jumlah penonton dengan buy one get one. Stimulus produksi film dengan seleksi dari dewan film dan kurator. Sehingga supplai nya bisa bersaing dengan film luar negeri," kata Sandiaga Uno.
"Agar di situasi berat seperti ini dapat memproduksi film berkualitas yang mengangkat value keindonesiaan. Memiliki nilai-nilai persatuan dan keberagaman. Dengan kekuatan kita bersama kita akan pulih," tandas Sandiaga Uno.
Sementara itu, Eros Djarot sutradara yang memproduksi film Cut Nyak Dien menyebutkan film tersebut merupakan produksi tim bersama Masyarakat Aceh.
"Karena tanpa dukungan mereka tidak akan ada film Cut Nyak Dien Bahkan sampai ada 9 sineas yang sudah almarhum. Kita panjatkan doa untuk Ibrahim Kadir penyair, Rosian Anwar, Rudi Wowor dan yang lainnya," kata Eros Djarot.
Eros mengungkapkan selama 18 bulan riset film Cut Nyak Dien ada sebanyak 120an buku yang menjadi sumber, esensi ada 7 buku, dan ada 3 buku yang wajib dibaca.
"Research paling penting dalam memproduksi film. Saya saat melempar skenario dibaca terlebih dahulu oleh 25 tokoh. Kami harap Intelektual diskursus dihidupkan kembali dalam memproduksi film sejarah dengan melibatkan masyarakat. Kami juga berharap pihak bioskop dapat memberikan porsi layarnya untuk perfilman nasional," kata Eros Djarot.
Editor: Elvira Anna