4 Cara Bantu Atasi Ketakutan dan Trauma Pascagempa
JAKARTA, iNews.id - Lombok kembali diguncang gempa dengan kekuatan 7 Skala Richter (SR) pada Minggu (5/8/2018). Tercatat 82 orang tewas, ratusan orang luka-luka dan ribuan rumah mengalami kerusakan.
Hingga kini aparat gabungan terus melakukan evakuasi dan penanganan darurat gempa bumi. Daerah yang terparah adalah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur dan Kota Mataram.
Hal ini tentunya menyisakan trauma bagi korban yang khawatir akan terjadi gempa susulan. Selain itu juga diliputi kepanikan dan kecemasan, bahkan berujung stres akibat kehilangan keluarga serta harta benda.
Lantas bagimana mengatasi trauma dan kepanikan pascagempa? Berikut iNews.id rangkum dari beberapa sumber cara untuk mengatasi trauma dan penyembuhannya.
Luapkan Emosi
Terkadang korban enggan untuk berbicara dan lebih berdiam diri setelah pascagempa. Mereka kehilangan harta benda serta orang yang disayang. Jika hal ini dibiarkan maka akan mengakibatkan cemas, sedih dan stres.
Agar meringankan beban pikiran, ajak korban tadi untuk berbagi cerita. Biarkan jika korban ingin menangis hingga lega dan tak ada emosi yang tertahan. Setelah itu bangkitkan semangatnya dan ajak mengobrol dan beri becandaan agar terhibur.
Luapkan Kepanikan
Gempa dan bencana alam tentunya membuat orang menjadi panik. Jangan pendam kepanikan ini, selalu ceritakan kepada semua orang apa yang mengganjal dan menjadi pikiran agar etensi trauma teratasi.
Atur Pernafasan
Saat gempa terjadi Anda dilanda kepanikan sehingga tak bisa berpikir jernih. Langkah yang paling utama saat gempa mengguncang bumi, atur pernapasan dengan memejamkan mata dan tarik napas perlahan sedalam-dalamnya. Gunakan pernapasan diafragma, lalu keluarkan melalui mulut perlahan hingga Anda menjadi tenangd dan santai. lakukan selama 10-12 kali.
Beri Dukungan dan Semangat
Dukungan dan semangat menjadi yang paling dibutuhkan bagi para korban bencana alam. Mereka tentunya masih ketakutan jika terjadi gempa sewaktu-waktu. Bangkitkan semangat para korban, beri hiburan terutama untuk korban anak-anak agar tidak tertekan dengan kondisi mereka saat ini.
Editor: Adhityo Fajar