Ahli Gizi Ungkap Keracunan MBG Didominasi Cemaran Bakteri
JAKARTA, iNews.id - Ahli Gizi Prof Hardinsyah mengungkapkan penyebab keracunan MBG (makan bergizi gratis) yang marak terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Apa penyebabnya?
Menurut Prof Hardinsyah, secara umum gangguan terkait insiden keamanan pangan itu ada empat penyebabnya. Tapi, khusus pada kasus keracunan MBG, Prof Hardinsyah menilai penyebab masalah hanya satu, yaitu cemaran bakteri.
"Kalau dilihat khusus di MBG, mayoritas masalah hanya 1, karena adanya cemaran bakteri," ungkap Prof Hardinsyah dalam konferensi pers di Kantor Badan Gizi Nasional (BGN) Jakarta, Jumat (26/9/2025).
"Jadi hampir tidak ada kaitannya dengan (masalah) fisik. Maksudnya, kalau beli makanan, pernah kan melihat ada rambut, ada staples di makanan, nah di kasus ini (keracunan MBG) kecil sekali kejadiannya," tambah Prof Hardinsyah.
Dari kejadian keracunan MBG ini, Prof Hardinsyah berharap jangan sampai ada lagi anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui yang mengalami gejala gangguan kesehatan dari insiden keamanan pangan.
"Gejalanya saja seharusnya tidak boleh terjadi, apalagi sampai insiden gangguan kesehatan," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang menjelaskan penyebab utama keracunan MBG adalah teknik memasak yang tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Salah satu temuan awal menunjukkan bahwa makanan disajikan melebihi batas waktu aman konsumsi, yaitu lebih dari enam jam setelah dimasak.
"Jadi yang kami temukan di awal ini berkait dengan teknik memasak. Dari dimasak sampai matang, maksimal itu harus 6 jam langsung disantap. Artinya kalau mereka mau memberikan makanan ini jam 7 pagi atau jam 8 pagi, masaknya harus jam 2. Jam 3 kira-kira matang, berarti kan masih di bawah 6 jam," ucapnya.
Menurutnya, makanan dimasak terlalu dini, bahkan ada yang mulai memasak sejak pukul delapan atau sembilan malam, namun baru dikonsumsi keesokan harinya pukul sembilan pagi.
"Kemarin yang terjadi adalah mereka (memasak) di bawah jam 12 malam, ada yang mengaku jam 8, jam 9 (malam) masaknya. Kemudian baru disantap jam 9 (pagi) kan ini lama sekali. Ya berarti terjadi kesalahan SOP. Kami sudah ada SOP-nya dari BGN soal hal ini," katanya.
Editor: Muhammad Sukardi