Bahaya, Patah Hati Bisa Sebabkan Kerusakan Jantung
JAKARTA, iNews.id - Putus cinta memang tidak enak. Putus cinta yang dapat menyebabkan patah hati, bisa menimbulkan perasaan sedih berkepanjangan, bahkan menyebabkan gangguan mental serius semacam depresi.
Kondisi ini tak jarang memberikan dampak negatif bagi kesehatan organ dalam tubuh Anda. Tak percaya?
Sebuah penelitian terbaru American Heart Association Scientific Sessions di California menunjukkan, tekanan emosional yang parah seperti patah hati atau kehilangan orang terkasih, dapat menyebabkan semacam kerusakan yang setara dengan serangan jantung.
Ini bisa disebut sebagai Takotsubo atau sindrom patah hati, yang secara statistik menyerang sekira 3.000 orang di Inggris setiap tahun. Sindrom tersebut rata-rata dialami oleh kaum perempuan ketika mengalami suatu kejadian yang menyedihkan atau menegangkan. Misalnya, kehilangan pasangan atau mengalami peristiwa traumatis.
Selama serangan, sebagian otot jantung akan melemah dan tak jarang melumpuhkan kemampuan memompa jantung. Dahulu, memang banyak dokter yang menganggap bahwa sindrom ini bisa hilang seiring waktu, tetapi sekarang pandangan medis itu telah berubah. Demikian dikutip iNews.id dari NetDoctor, Rabu (15/11/2017).
Menurut peneliti dari University of Aberdeen Dr. Dana Dawson, sindrom patah hati semacam ini, perlu ditangani sama seriusnya dengan masalah penyakit jantung lainnya.
"Takotsbo jelas menunjukkan efek buruk permanen pada hati pengidapnya. Para pasien ini, mudah lelah dan tak dapat melakukan latihan fisik," terangnya.
Sementara Direktur Medis Associate di British Heart Foundation Profesor Jeremy Pearson mengatakan, sindrom patah hati tersebut dapat menyerang orang yang sehat secara fisik.
"Kami pernah mengira kalau sindrom ini hanya bersifat sementara dan bisa sembuh total kemudian hari. Tapi sekarang, kami dapat melihat jika sindrom ini memang berdampak buruk bagi pengidap selama sisa hidup mereka," jelasnya.
Oleh sebab itu, Pearson menyarankan agar para medis bisa memperhatikan penelitian terbaru dan merawat pasien dengan cara yang sama dengan yang memiliki risiko gagal jantung. Jadi, salah besar jika ada yang mengatakan, patah hati akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu. Sembuh dari perasaan kehilangan, tidak semudah itu.
Editor: Tuty Ocktaviany