Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Anak Riza Chalid Minta Dipindah ke Rutan Salemba, Kuasa Hukum: Sakit Pneunomia, Demam dan Alergi
Advertisement . Scroll to see content

Ciri-Ciri Anak Alergi Susu Sapi, Jangan Anggap Sepele Begini Dampaknya

Selasa, 25 Juni 2024 - 17:25:00 WIB
Ciri-Ciri Anak Alergi Susu Sapi, Jangan Anggap Sepele Begini Dampaknya
World Allergy Orginazation (WAO) mencatat 1,9 persen hingga 9 persen anak-anak di dunia mengalami Alergi Susu Sapi (ASS).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - World Allergy Orginazation (WAO) mencatat 1,9 persen hingga 9 persen anak-anak di dunia mengalami Alergi Susu Sapi (ASS). Alergi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi yang dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, serta kesehatan anak.

ASS adalah alergi makanan yang paling umum pada awal masa anak-anak, dengan insidensi 2 persen hingga 3 persen pada tahun pertama kehidupan. Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) prevalensi ASS pada anak Indonesia sekitar 2 persen hingga 7,5 persen dengan protein susu sapi menjadi alergen kedua yang paling umum setelah telur.

Sebab itu, penanganan cepat dan tepat sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak jangka panjang ASS dan memastikan pertumbuhan serta perkembangan anak tidak terganggu. Apakah alergi susu sapi dapat hilang setelah anak besar?

Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Profesor dr Budi Setiabudiawan menerangkan dampak ASS dapat bervariasi dari ringan hingga berat, dan dapat memengaruhi berbagai sistem dalam tubuh. Dalam jangka pendek, ASS dapat menyebabkan ketidaknyamanan, serta kesulitan makan dan tidur. 

Dampak jangka panjangnya berat badan tidak optimal, malnutrisi, dan keterlambatan pertumbuhan. Selain itu, sifat alergi yang persisten dapat meningkatkan risiko perkembangan kondisi atopi lain, seperti asma atau eksim, di kemudian hari.

“Gejala ASS pada anak dapat berbeda, tapi beberapa yang paling umum meliputi ruam pada kulit, gatal-gatal, bahkan diare. Selain itu, ASS juga dapat menyebabkan masalah pernapasan yang serius, seperti anafilaksis. Umumnya, anak yang mengalami alergi susu sapi dapat mengatasi alergi (mengalami remisi) seiring bertambahnya usia, biasanya antara usia 3 hingga 5 tahun," ujar Profesor Budi dalam Webinar Gizi World Allergy Week 2024: Tangani Alergi Susu Sapi (ASS) pada Anak dengan Cepat dan Tepat sebelum Terlambat, Selasa (25/6/2024). 

"Namun, ada sebagian kecil anak yang mungkin tetap memiliki alergi hingga dewasa. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah dampak buruk yang lebih serius dan memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,” katanya.

Profesor Budi mengingatkan pentingnya mengenali gejala-gejala tersebut sejak dini dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. 

“Tata laksana dan langkah penting lain yang harus dilakukan oleh orang tua adalah menghilangkan susu sapi dari diet anak, mencari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta kandungan gizi mikro, seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan anak," ujarnya. 

"Langkah selanjutnya termasuk membaca label makanan dengan cermat, dan memantau pertumbuhan anak secara rutin. Strategi penanganan ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat untuk mengurangi dampak negatif ASS, sehingga anak-anak dengan ASS dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bekembang secara optimal,” kata Prof Budi.

Menyikapi alergi susu sapi pada anak, Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengemukakan, melalui webinar Bicara Gizi, pihaknya ingin menekankan mengenai dampak jangka pendek dan jangka panjang ASS terhadap perkembangan anak, serta pentingnya penanganan yang cepat dan tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

“Sebagai perusahaan yang berfokus pada nutrisi di Indonesia, Nutricia menyadari ASS menjadi alergen makanan kedua dan paling umum yang dialami anak Indonesia, sehingga penanganannya harus dilakukan secepat dan setepat mungkin untuk menghindari dampak yang terjadi di kemudian hari. Program bicara gizi secara konsisten kami lakukan untuk memberikan edukasi kepada para orang tua mengenai pentingnya nutrisi dan pola asuh untuk mendukung tumbuh kembang optimal anak Indonesia,” ujarnya.

Sebagai catatan, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami alergi. Pertama riwayat alergi pada keluarga. Jika di keluarga ada yang mengalami alergi, ibu, ayah atau kedua-duanya, risiko anak mengalami alergi sangat besar. Berikutnya, kelahiran anak secara caesar, serta asap rokok dan polusi udara. 


 

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut