Covid-19 Varian Delta Sebabkan Kematian pada Anak, IDI Minta Pemerintah Fokus
JAKARTA, iNews.id - Covid-19 varian Delta (B.1.617.2) yang pertama kali teridentifikasi di India menjadi varian virus corona yang sangat berbahaya. Varian Delta diketahui menyebabkan kematian pada anak.
"Dari data yang saya terima, varian Delta ini menyebabkan keseriusan pada seseorang sehingga harus dirawat di rumah sakit. Kematian pada anak pun mulai meningkat akibat varian Delta," ujar Ketua Satgas PB IDI Prof Zubairi Djoerban di Okezone Stories.
Varian Delta sendiri sudah menjadi 'Variant of Concern' di beberapa negara, salah satunya Inggris. Varian Alpha yang teridentifikasi pertama di Inggris pun kini eksistensinya sudah sangat kecil di Inggris.
"Negara itu (Inggris) sudah minim sekali menemukan kasus varian Alpha di negara asalnya. Sekarang Inggris sudah memberi perhatian pada varian Delta yang semakin banyak ditemukan dan kami harap Indonesia mulai memberi fokus pada varian Delta ini," kata Prof Zubairi.
Dia menegaskan varian Delta ini sudah harus dianggap serius karena banyak kasus pasien yang terinfeksi varian Delta memerlukan perawatan serius di rumah sakit. Tak hanya itu, varian ini kemungkinan besar menyebabkan banyak anak-anak terinfeksi Covid-19.
"Varian Delta memang banyak menyerang anak-anak dibandingkan varian lain yang ditemukan di Indonesia seperti varian Alpha maupun varian Beta," ujarnya.
Terkait dengan upaya pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat, Prof Zubairi menjelaskan karena varian Delta menyebar lewat airbone atau udara, maka penting sekali untuk menggunakan masker dengan benar dan tidak berkerumun. "Karena penyebarannya airborne, banyak masyarakat enggak menyadari kalau virus varian ini sangat mudah menular. Karena itu, pakai masker yang berkualitas," katanya.
Soal gejala khas dari varian Delta, Prof Beri menerangkan hampir sama dengan Covid-19 awal, yaitu demam, sesak napas, hilangnya indera pengecap dan penciuman. "Menjadi khas varian Delta menyebabkan seseorang sakit kepala, diare, sakit tenggorokan, dan hidung meler," ujarnya.
Editor: Dani M Dahwilani