Hati-Hati Badai Sitokin Ancam Penderita Komorbid dan Anak Muda, Begini Cara Mencegahnya
JAKARTA, iNews.id - Badai sitokin masih menjadi ancaman terbesar bagi penderita Covid-19. Tak hanya orang yang memiliki Komorbid, badai sitokin juga menyasar anak muda yang relatif lebih tangguh dalam menghadapi Covid-19.
Hal itu diungkapkan dr Ceva Wicaksono dalam podcastnya #TanyaIDI yang diposting melalui YouTube beberapa waktu lalu. Ceva menyebutkan bila penderita Covid-19 cenderung lebih berbahaya terkena badai sitokin.
"Yah semua penyakit bisa saja menimbulkan infeksi berat sehingga menimbulkan sitokin yang tinggi sekali. Lalu kenapa menjadi pembicaran di covid? Memang pada covid kita melihatnya takjub, karena sitokinnya sangat tinggi dibandingkan dengan pasien penyakit lain," kata dr Ceva.
Dr Ceva menyebutkan saat terkena badai sitokin, umumnya pasien Covid-19 mengalami peradangan dan demam yang cukup tinggi. Kondisi itu akan berlangsung naik turun. Hal ini berbeda dengan penyakit lainnya.
Karena kondisi inilah, dr Ceva menyakini badai sitokin akan lebih diwaspadai dibandingkan penyakit lain. Meski demikian, dr Ceva menyebutkan tak menutup kemungkinan badai sitokin bisa kena pada beberapa penyakit lainya, termasuk orang yang terkena kecelakaan.
"Itu bisa menyebabkan radangan sitokin yang tinggi dan menyebabkan peradangan paru. Namun presentasenya tak sebesar Covid-19," katanya.
Pada Covid-19 sendiri, dr Ceva menyebutkan hampir semua akan terjadi. Hanya saja mengenai gejalanya akan lebih variatif bergantung umur dan kondisi pasien itu sendiri.
"Lima persen dari pasien covid akan alami kritis karena badai sitokin," tuturnya.
Tak Diprediksi
Dr Ceva menyebutkan hingga saat ini tim medis belum bisa memprediksi pasti apakah badai ini hanya menjangkit orang tertentu atau tidak. Karena itulah, dr Ceva menyakini badai sitokin akan memapar semuanya, patokan umur tak bisa menjadi landasan apapun.
"Kita tau anak-anak tidak kena covid ringan, makin dewasa makin terkena badai sitokin, terutama yang umurnya diatas 55 tahun lebih. Karena itu kami antisipasi lagi kepada usia lanjut," tuturnya.
Selain itu, pada kondisi pasien yang alami komorbid dampak sitokin akan lebih tinggi dan lebih dramatis. Kondisi ini membuat pasien akan alami penurunan daya tahan tubuh dan mengancam fatalitas si pasien.
Di sisi lain sekalipun hasil swab menunjukan negatif, mantan penderita Covid-19 diminta tak terlena. Pasalnya, badai sitokin bisa akan tetap bermasalah dan bisa sewaktu waktu muncul.
Karena itulah dalam penanganan pasien Covid-19 tak hanya soal mengatasi virus yang kian menjangkit, pemantauan terhadap badai sitokin wajib dilakukan sehingga ancaman hiperpabulasi (pengentalan darah berlebihan) tak terjadi.
Pasalnya apabila kondisi badai sitokin terjadi, akan membuat penderita Covid-19 kian panjang mulai hingga 1,5 bulan lamannya. Serangan jantung mendadak tanpa demam bisa terjadi.
"Kesimpulan saya, pemeriksaan pengentalan darah yang menjadi kuncinya. Masih ada peradangan tidak, nafasnya masih ada tidak, paru paru didengarkan. Untuk menguatkan kecurigaan sitokinnya masih tinggi," tuturnya.
Termasuk kepada anak muda yang cenderung lebih kuat imunnya, dr Ceva mengingatkan agar berhati-hati. Pemeriksaan awal harus dilakukan, sebab di umur segitu penyakit penyerta cenderung tak terkontrol. Karena itu apabila ada dugaan adanya komorbid dengan melihat kondisi gula darah dan tensi tinggi, dr Ceva menyarankan agar melakukan perawatan. Sehingga penanganan tidak hanya masalah Covidnya melainkan penyakitnya. Namun bila gejala ringan dan tak memiliki komorbid, dr Ceva menyarankan agar tetap di rumah.
"Makanya saya bilang laporkan secara rutin orang yang itu. Sehingga ada tanda tanda tertentu, antisipasi rawat di rumah," katanya.
Pencegahan Badai Sitokin
Sementara mencegah terjadinya badai sitikon, penderita Covid diwajibkan melakukan observasi di awal. Konsumsi vitamin seperti vitamin D dan C hingga mineral zink wajib dilakukan pada awal awal terkonfirmasi positif. Termasuk melalui vaksin, hal ini untuk mencegah agar tak terlalu buruk saat terpapar virus sehingga saat terkena badai sitikon bisa diatasi.
Dalam data yang ada, terlihat peluang orang sembuh saat terkena badai sitikon masih cukup tinggi, yakni 60 persen. Meski demikian saat kondisi buruk, pergantian plasma exchange mengganti plasma yang terpapar badai sitikon dengan yang lebih steril menjadi satu dari sekian cara menyembuhkan masyarakat yang terpapar.
"Saya melihat 60 persen badai sitokin reda atau sembuh bila melakukan itu," tutupnya.
Baca pembahasan mengenai badai sitokin selengkapnya di Sindonews.com melalui link berikut https://www.sindonews.com/topic/123404/badai-sitokin
Editor: Elvira Anna