Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Riwayat Penyakit Ayah Pratama Arhan sebelum Meninggal Dunia, Ada Sakit Jantung
Advertisement . Scroll to see content

Hati-Hati Serangan Jantung Bisa Terjadi di Usia 30 Tahun, Ini Penyebabnya  

Selasa, 22 Juni 2021 - 20:08:00 WIB
Hati-Hati Serangan Jantung Bisa Terjadi di Usia 30 Tahun, Ini Penyebabnya  
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dafsah Arifa Juzar bersama asisten memeriksa pasien penyakit jantung. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Penyakit jantung koroner atau proses aterosklerosis merupakan proses alamiah yang akan terjadi dengan bertambahnya umur. Biasanya untuk orang yang telah berumur di atas 30 tahun, rentan kena serangan jantung. Terlebih lagi jika gaya hidup berantakan. 
 
Mencari tahu potensi serangan jantung pada tiap orang pastinya diperlukan tes. Dafsah Arifa Juzar, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dalam media gathering Heartology Cardiovascular Center secara online menjelaskan, menginvestigasi penyakit jantung dimulai dari yang paling sederhana yaitu EKG atau Elektrokardiogram yang dilakukan untuk merekam aktivitas kelistrikan jantun, dan dapat memperlihatkan adanya kekurangan asupan oksigen atau bahkan kerusakan otot jantung akibat serangan jantung. 
 
“Pada orang yang tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan EKG saat istirahat, belum berarti aman dari penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan karena penyakit jantung koroner bersifat degeneratif. Penyakit jantung koroner atau proses aterosklerosis merupakan proses alamiah yang akan terjadi dengan bertambahnya umur. Proses aterosklerosis ini akan terakselerasi bila didapatkan faktor-faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi, merokok, sakit kencing manis, hiperkolesterolemia, riwayat keluarga dengan penyakit jantung prematur, dan kebiasaan hidup tidak sehat,’’ kata dr Dafsah, Selasa (22/6/2021). 
 
Ditekankan, pemeriksaaan EKG saat istirahat saja belum cukup untuk orang-orang yang mempunyai lebih dari satu faktor risiko jantung atau telah berumur di atas 30 tahun. Performa jantung dalam mengatasi beban kerja perlu diuji dengan pemeriksaan stres test. Pemeriksaan stres test bisa dengan treadmill stress test, pemeriksaaan stress echo (Dobutamine Stress Test) atau pencitraan lainnya. 
 
Dr Dafsah juga menekankan jika penyakit jantung koroner tidak dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan, maka diperlukan prosedur angioplasti (pemasangan ring). “Pemasangan ring jantung merupakan prosedur non bedah dengan anestesi lokal dan sedasi ringan. Akses ke pembuluh darah koroner sebagian besar melalui pembuluh darah di pergelangan tangan dan ataupun pembuluh darah di pangkal paha pada keadaan tertentu. Selama tindakan berlangsung, pasien akan dalam keadaan sadar namun nyaman,’’ tutur dr Dafsah. 
 


Pada penyempitan sedang yang lebih dari satu indikasi pemasangan cincin, dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan iFR (Instant wave-free Ratio) ataupun FFR (Fractional Flow Reserve), sehingga pemasangan ring yang tidak berindikasi dapat dihindari dan juga untuk mengurangi risiko komplikasi akibat pemasangan ring yang tidak diperlukan. 
 
Sementara pada kelainan jantung koroner yang sudah lanjut, berat atau kompleks, penyempitan pembuluh darah jantung sudah mengalami pengapuran atau kalsifikasi. Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan terapi tambahan agar pemasangan ring mencapai hasil optimal berdasarkan konfirmasi IVUS. 

“Pemasangan ring yang optimal akan memberikan manfaat jangka panjang untuk meminimalisir terjadinya penyempitan ulang (restenosis), mengurangi rasa nyeri jantung dan memperbaiki kualitas hidup,’’ kata dr Dafsah. 
 

Editor: Elvira Anna

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut