Ikuti Perkembangan Zaman, Buku KIA Bakal Disulap Jadi Aplikasi Digital
JAKARTA, iNews.id - Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI sangat penting untuk memantau perkembangan dan kesehatan ibu hamil, serta sang buah hati. Fungsi buku KIA tak hanya sebagai sarana monitoring atau pemantauan, tetapi juga informasi seputar kesehatan bagi ibu hamil, bayi, dan balita.
Selain itu di buku KIA, pencatatannya mencakup pelayanan imunisasi, gizi, tumbuh kembang anak, dan KB. Namun meskipun penting, data survei kesehatan nasional (Sirkesnas 2016) menunjukkan hanya 81,5 persen ibu hamil yang menyatakan memiliki buku KIA dan 60,5 persen di antaranya bisa menunjukkan buku KIA.
Padahal, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI dr. Kirana Pritasari, MQIH, mengungkapkan betapa pentingnya ibu hamil memiliki buku KIA.
"Secara garis besar, ada dua elemen penting dari buku KIA, yaitu media informasi dan pencatatan atau monitoring kesehatan keluarga," kata dr. Kirana saat jumpa pers di JS Luwansa Hotel, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (19/9/2018).
Namun mengikuti arus perkembangan teknologi yang kini serba digital, pihak Kementerian Kesehatan RI berencana menjadikan buku KIA sebagai aplikasi yang praktis untuk digunakan para ibu atau orangtua. Hal tersebut dikemukakan Direktur Kesehatan Keluarga dr. Eni Gustina, MPH.
"Ya, jadi kami sekarang sedang kontrak dengan JICA. Di zaman digital seperti sekarang, kita sudah akan membuat buku KIA digital. Ini baru kontrak dengan JICA, tanda tangan," kata dr. Eni usai jumpa pers di lokasi yang sama.
JICA merupakan Japan International Cooperation Agency atau Badan Kerja Sama Internasional Jepang yang didirikan pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dr. Eni Gustina mengatakan, proses digitalisasi buku KIA ini rencananya dimulai di tahun depan. "Mungkin awal 2019 akan dibuat digital. Kita inginnya (berupa) aplikasi, jadi para ibu bisa mengisi (buku KIA) melalui aplikasi, bisa ada interaksi, bahkan kita ingin bisa tanya jawab dan terlibat dengan dokter yang ada," kata dia.
Editor: Tuty Ocktaviany