Ini Bahaya Olahraga Angkat Beban yang Tidak Tepat, Turun Berok hingga Meninggal
JAKARTA, iNews.id – Belum lama ini media sosial dihebohkan dengan kabar seorang influencer kebugaran asal Bali, Justyn Vicky meninggal. Dia meninggal usai mengalami kecelakaan tragis saat mengangkat barbel atau yang dikenal dengan istilah deadlift di sebuah gym.
Kejadian naas itu terjadi pada Sabtu (15/7/2023). Justyn gagal mengangkat barbel seberat 210 kilogram. Video Justyn saat mengangkat beban viral di media sosial. Didampingi oleh profesional lainnya, Justyn nampak kesulitan berdiri hingga dia perlahan duduk dan terjatuh dengan posisi barbel menekuk di bagian leher.
Kejadian tersebut menyebabkan Justyn mengalami patah leher dan kerusakan saraf yang terhubung ke paru-paru dan jantung. Melihat kasus yang dialami Justyn Vicky, perlu diketahui, deadlift sendiri merupakan latihan gabungan multi-sendi yang sering dilakukan untuk melatih otot punggung dan kaki, serta metode latihan dengan intensitas maksimal untuk set volume rendah.
Dilansir dari Inspirasia Foundation, Senin (24/7/2023), deadlift dilakukan untuk melatih kekuatan otot dengan mengangkat alat beban seperti barbel. Ada beberapa tingkatan untuk melakukan latihan ini, mulai dari sedang hingga berat.
Teknik deadlift sendiri adalah dengan berdiri di belakang barbel, kemudian kepala menghadap ke depan dan kaki dilebarkan agar bisa berdiri secara stabil. Saat akan mengangkat barbel, dorong kaki menggunakan tumit kemudian pinggul dan lutut maju sambil posisi berdiri. Begitu berada di posisi ini, pengangkat beban akan menahannya selama beberapa hitungan sebelum melepaskan barbel.
Risiko cedera deadlift
Setiap hal yang dilakukan tentunya ada risiko yang dialami. Seperti halnya dengan risiko pada deadlift, bila dilakukan tidak tepat akan mengalami cedera punggung bagian bawah.
Hal itu terjadi karena adanya otot yang tertarik, tendon yang meradang, atau bahkan robekan. Gagal melakukan deadlift dengan benar dapat menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan, bahkan hilangnya mobilitas punggung bagian bawah.
Efek seperti itu disebabkan oleh posisi di mana deadlift membebankan di punggung bawah karena dalam keadaan ekstensi, yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak. Bahkan bila kondisinya parah bisa mengakibatkan kematian.
Selain cedera dan kematian, deadlift atau olahraga angkat beban juga bisa membuat seseorang mengalami hernia inguinalis atau dalam bahasa awamnya turun berok. Hal itu terjadi di area selangkangan dan sering terjadi pada pria.
Kepala dan Konsultan Senior Departemen Bedah Umum di Singapore General Hospital (SGH), anggota grup SingHealth, Prof Wong Wai Keong menjelaskan olahraga angkat beban bisa menyebabkan hernia inguinalis dan hernia olahraga yang keduanya memiliki kondisi berbeda.
“Hernia inguinalis menyebabkan adanya benjolan di dinding perut karena usus yang menonjol. Sementara itu, dalam kasus hernia olahraga, usus tidak terlibat sama sekali,” jelas Prof Wong Wai Keong, seperti dikutip dari healthxchange.sg.
Prof Wong menjelaskan hernia atau turun berok saat olahraga terjadi karena cedera pada otot, tendon, atau ligamen di selangkangan. Gerakan memutar tubuh yang cepat dan perubahan arah yang tiba-tiba dapat menyebabkan ketegangan, atau robekan, pada otot dan jaringan lunak. Gejala utama hernia olahraga adalah nyeri pada pangkal paha.
"Anda kemungkinan besar akan mengalami nyeri hebat di area selangkangan pada saat cedera. Rasa sakit biasanya membaik dengan istirahat, tetapi kembali lagi saat Anda melanjutkan aktivitas tersebut. Nyeri pangkal paha bisa meluas ke area genital. Area selangkangan mungkin juga terasa lembut saat disentuh," paparnya.
Mengobati turun berok
Turun berok karena olahraga didiagnosis dengan pemeriksaan fisik dan dengan mengamati atlet yang melakukan latihan seperti sit-up. Gerakan ini bisa menentukan apakah itu menyebabkan nyeri pangkal paha. Tes yang bisa dilakukan seperti x-ray dan MRI.
Selain itu Anda juga bisa mengistirahatkan otot dengan tidak melakukan aktivitas tersebut selama beberapa minggu. Obat antiradang dan mengompres area yang cedera juga dapat membantu mengatasi nyeri.
Setelah beberapa minggu, Anda mungkin disarankan menjalani terapi fisik untuk memperkuat otot perut. Biasanya, Anda dapat kembali ke aktivitas olahraga normal setelah 4-6 minggu menjalani terapi fisik.
Jika metode ini tidak efektif dalam mengobati turun berok, pembedahan mungkin diperlukan. Pembedahan untuk memperbaiki otot atau jaringan yang robek dapat berupa pembedahan terbuka tradisional, atau prosedur menggunakan endoskop dan membutuhkan sayatan kecil. Jika tidak diobati, turun berok dapat menyebabkan nyeri kronis yang dapat menyulitkan Anda melanjutkan aktivitas olahraga.
Untuk menghindari hal tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti angkat beban sesuai kemampuan, selalu tekuk dari lutut, lakukan angkat beban secara perlahan dan jangan terburu-buru, hentikan jika sudah merasa sakit atau tidak nyaman.
Editor: Elvira Anna