Jaga Keamanan Anak di Dunia Maya, Orangtua Perlu Pantau Aktivitas Online
JAKARTA, iNews.id - Ruang digital merupakan ruang terbuka dan bebas bagi anak-anak. Mereka merasa bisa bereksplorasi dan bertemu orang-orang baru. Di sisi lain, anak-anak memiliki sifat naif, sehingga mudah percaya kepada orang lain. Hal ini menjadi celah predator anak untuk masuk mendekati.
Orangtua harus memahami dan mewaspadai celah tersebut. Sehingga mereka perlu mengetahui aktivitas online anak, seperti website yang dikunjungi anak dan aktivitasnya di media sosial. Jangan biarkan anak bermain gadget sendirian di kamar. Tempatkan komputer untuk bermain gim di ruang keluarga tau di tempat yang bisa dilihat banyak orang.
“Zaman sekarang orangtua tidak boleh gaptek, orangtua menjadi teman buat anak, orangtua jadi contoh nyata. Ketika menasihati atau memberi tahu anak gunakan nada dan kalimat yang menyenangkan untuk anak,” kata Pengusaha, Digital Trainer, dan Graphologist, Diana Aletheia Balienda saat webinar Makin Cakap Digital 2022 belum lama ini.
Predator anak memulai aksinya dengan grooming online. Mereka berupaya menjalin serta membangun hubungan dengan korban secara online. Tujuan pemenuhan seksual seseorang. Setelah korban merasa dekat, mereka mulai meminta dikirimkan gambar ataupun kata-kata berbau seksual.
Kemudian, pelaku memaksa korban dengan menggunakan gambar atau video diri korban yang memiliki unsur seksual (video/foto tanpa busana) untuk pemenuhan kebutuhan seksual atau materi. Terjadi pengancaman untuk menyebarkan foto yang sudah ada atau meminta membuat foto atau video yang lebih.
Sekarang ini cara berkenalan sudah berbeda antara online dan offline. Di dunia online, seseorang bisa berkenalan dengan orang yang tidak diketahui, bisa jadi ada orang yang pura-pura dan membuat akun palsu. Sehingga tidak menutup kemungkinan anak mudah tertipu.
“Siapa saja bisa menjadi siapa saja di dunia digital,” kata Diana.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital.
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Editor: Dyah Ayu Pamela