Jangan Disepelekan, Kenali Penyebab Nyeri Kepala dan Cara Penanganannya
JAKARTA, iNews.id - Bagi sebagian orang, rasa sakit di bagian kepala terkadang suka diabaikan. Padahal hal tersebut tidak boleh dianggap sepele.
Pernah mengalami nyeri kepala? Nyeri kepala bagian mana yang pernah dialami? Nyeri kepala sebelah, kepala bagian belakang atau lainnya? Ternyata ada beberapa jenis nyeri di kepala.
Apa sebab dan bagaimana mengatasinya?
Melalui edukasi webinar kesehatan, Dokter ahli saraf dari Hospitals Jantung Diagram, dr. Riezky Valentina Astari mengulas tuntas cara mengenali dan penanganan seputar nyeri di kepala.
Membuka paparan edukasi, menurut dr. Riezky Valentina nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa tidak enak pada daerah kepala, termasuk daerah wajah dan tengkuk leher.
Dikatakan dr Riezky Astari, berdasarkan klasifikasi, nyeri kepala terbagi menjadi tiga bagian, yaitu nyeri kepala primer yang biasanya seperti migrain, nyeri kepala tipe tegang, dan ada nyeri kepala tipe kluster.
Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala karena cedera kepala, infeksi, stroke, gangguan mata/telinga/hidung/sinus/gigi/mulut/konsumsi obat/makanan/substansi, gangguan psikiatri dan lainnya.
"Kemudian ada pula nyeri kepala lainnya, yaitu yang tidak termasuk dari 2 kategori di atas," tutur dr. Riezky, Jumat (16/7/2021).
Gejala dan Penanganan
dr. Riezky mengatakan, berdasarkan gejala yang dirasakan pada sakit kepala migrain yaitu satu sisi kepala dengan perasaan nyeri sedang sampai dengan nyeri berat, terasa berdenyut dan semakin nyeri jika disertai aktivitas.
Nyeri kepala migrain cenderung ingin beristirahat atau menutup mata dengan durasi yang berlangsung antara 4 jam sampai 72 jam.
"Penyerta akan merasakan gejala mual, muntah, fotofobia, fonofobia, aura. Sementara, untuk nyeri kepala tipe tegang yaitu merasakan nyeri pada kedua sisi kepala dengan perasaan seperti ditindih beban berat, tingkat nyeri sedang namun tidak mengganggu aktivitas dengan durasi yang bervariasi," ujar dia.
Adapun untuk nyeri kepala kluster merasakan nyeri pada satu sisi kepala, umumnya di sekitar mata. Nyeri yang dirasakan terus menerus semakin berat hingga membuat pasien gelisah, durasi nyeri yang dirasakan sekitar 30 menit sampai 3 jam.
"Gejala yang dialami adalah mata merah, hidung berair, berkeringat, kelopak mata bengkak," tutur Riezky melanjutkan edukasinya.
Melengkapi presentasi akan penanganan nyeri di kepala, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang misalnya pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin, elektrolit, glukosa darah, profil lipid dan lainnya. Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala juga dapat dilakukan jika ada indikasi.
Manfaat Terapi
Menurut dr. Riezky, tatalaksana nyeri kepala dapat dibedakan menjadi terapi abortif, terapi preventif, dan terapi non obat.
Terapi abortif bertujuan untuk mengobati episode nyeri kepala yang sedang dialami menggunakan obat-obatan jenis analgesik atau antimuntah. Selanjutnya, terapi preventif dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi, berat, dan lama serangan nyeri kepala.
"Terapi preventif diharapkan dapat meningkatkan respons pasien terhadap pengobatan sehingga pada akhirnya dapat mengurangi biaya pengobatan pasien," kata dia.
Dia menambahkan, terapi non obat yang dapat dilakukan pasien nyeri kepala yaitu menghindari atau mengelola faktor pencetus nyeri kepala (misalnya perubahan pola tidur, makanan, stres, rutinitas, cuaca, lingkungan tempat tinggal), melakukan teknik relaksasi, menghindari merokok atau konsumsi alkohol, serta mempertahankan kualitas tidur yang baik.
Pertahankan Kualitas Terapi
dr. Riezky mengatakan, pengobatan nyeri kepala bergantung dari karakteristik nyeri kepala yang dialami pasien dan faktor-faktor penyebabnya.
"Bila tidak ada gejala lain yang berbahaya, sakit kepala dapat diredakan dengan obat-obatan yang dijual bebas, seperti paracetamol. Bila sakit kepala dirasa mengkhawatirkan, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang sesuai," katanya.
dr. Riezky menambahkan, pencegahan sakit kepala akibat perilaku sehari-hari dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup yang sehat. Misalnya, beristirahat dengan cukup dan rutin berolahraga.
"Sedangkan untuk nyeri kepala sekunder akibat penyakit lain yang mendasari, pencegahan yang terbaik adalah dengan mengobati penyebabnya," katanya.
Editor: Vien Dimyati