Jangan Sepelekan Nyeri Tulang, Waspada Kanker Darah Multiple Myeloma
JAKARTA, iNews.id - Seorang wanita bernama Santyna Sanjaya mengeluh nyeri di pinggang. Gejala awal ini ternyata mengarah ke kanker darah multiple myeloma.
Santyna merupakan wanita aktif yang suka berolahraga dan menjalani hidup cukup sehat. Tapi, nyeri pinggang yang dialaminya tak bisa diindahkan, hingga akhirnya dokter mendiagnosanya kanker darah multiple myeloma.
"Awalnya saya mengeluh nyeri pinggang, tapi saya abaikan hingga akhirnya setelah menjalani serangkaian tes termasuk PET-CT Scan, dokter mendiagnosa saya multiple myeloma," kata Santyna dalam acara Edukasi Media: Sadari, Pahami, dan Berdamai dengan Multiple Myeloma yang diinisiasi Takeda di Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Santyna merupakan satu dari 3.258 kasus multiple myeloma di Indonesia menurut data Global Cancer Observatory 2022. Tercatat juga bahwa ada 13.067 kematian akibat jenis kanker darah ini.
Kini, Santyna mengaku jauh lebih baik kondisi kesehatannya. Hal itu gegara sudah menjalani berbagai jenis pengobatan kanker, seperti kemoterapi hingga terapi target.
Konsultan Hematologi-Onkologi Prof Ikhwan Rinaldi menjelaskan, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini menjadi hambatan besar dalam mengenali penyakit.
Ketika seseorang tidak aware, kata Prof Ikhwan, gejala seperti nyeri tulang kemungkinan akan diabaikan. Tapi, beda cerita dengan yang aware akan penyakit ini.
"Ketika gejala anemia biasa terjadi, pasien berpikir jangan-jangan ini kanker darah. Lalu, segera periksa. Ini jauh lebih baik daripada terlambat," ungkap Prof Ikhwan.

Secara umum, pasien multiple myeloma itu mengalami gejala yang dalam dunia medis dikenal dengan istilah 'CRAB'.
Jadi, pasien akan mengalami kenaikan kalsium yang ditandai dengan gejala sangat haus, sering buang air kecil, dehidrasi, sembelit, hingga hilang nafsu makan. Lalu, pasien juga akan mengalami gangguan ginjal yang ditandai dengan badan lemah, sesak napas, sirkulasi darah lambat, hingga mudah lelah.
Kemudian, pasien multiple myeloma juga akan mengalami anemia dan kerusakan tulang, seperti dialami Santyna.
"Kalau sudah mengalami gejala-gejala tersebut, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter," saran Prof Ikhwan.
Di kesempatan itu, Prof Ikhwan menjelaskan bahwa penyakit multiple myeloma tidak bisa disembuhkan. Jadi, terapi diberikan ke pasien dengan tujuan untuk memperpanjang kesintasan, mengendalikan penyakit, hingga mempertahankan kualitas hidup pasien.
Tapi, pengobatan jangka panjang membuat pasien menghadapi beberapa masalah, salah satunya biaya pengobatan hingga efek samping.
Karena itu, komunitas hadir untuk menjadi penyemangat sekaligus memperjuangkan akses layanan kesehatan pasien multiple myeloma. Selain itu, komunitas juga menjadi ruang berbagi informasi.
"Kami ingin memastikan para pasien tidak hanya bertahan dalam pengobatan, tapi juga tetap bisa menjalani hidup dengan optimistis dan produktif," kata dr Abraham Michael selaku Ketua Multiple Myeloma Indonesia (MMI).
Editor: Muhammad Sukardi