Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Jakarta, Kenali Proses Penularan dan Gejalanya
JAKARTA, iNews.id - Kasus cacar monyet alias Mpox kembali menjadi perhatian masyarakat. Sebab, kasus cacar monyet baru-baru ini ditemukan di Jakarta.
Ini merupakan kasus ketiga setelah ditemukan pertama kali di tahun 2022. Lantas bagaimana sebenarnya proses penularan kasus ini?
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta, penularan Mpox bisa dari berbagai macam faktor. Mulai dari droplet, kontak kulit, luka, bahkan kontak seksual.
“Monkeypox penularannya melalui droplet berupa dahak / bersin / liur yang mengkontaminasi lingkungan atau tangan, kontak kulit, kontak luka, cairan tubuh, dan kontak seksual,” kata Kepala Seksi dan Surveilans Dinkes DKI, dr Ngabila Salama saat dihubungi pada Jumat (20/10/2023).
Sementara itu, penyakit cacar air umumnya memiliki masa inkubasi yang cukup panjang. Mulai tertular, hingga muncul sejumlah gejala seperti lesi pada kulit, demam, hingga pembesaran kelenjar getah bening.
“Masa inkubasi cukup panjang dari tertular sampai muncul gejala bisa 3-21 hari tersering 6-10 hari,” ujar dia.
Dia menjelaskan, setidaknya butuh waktu dua hingga empat minggu bagi pasien monkeypox untuk sembuh. Selama waktu tersebut, pasien biasanya akan diisolasi untuk mencegah adanya penularan.
“Butuh waktu 2-4 minggu rata-rata 3 minggu untuk sembuh. Definisi sembuh jika semua luka sudah kering sempurna dan muncul kulit baru,” kata dia.
“Investigasi kasus dilakukan aktif untuk menggali perjalanan penyakit dan sumber penularan agar penyebaran tidak terjadi dan memutus mata rantai penularan,” lanjutnya.
Sebagai informasi, Dinas Kesehatan DKI Jakarta memastikan bahwa kasus cacar monyet atau Mpox di Jakarta yang baru-baru ini ditemukan merupakan kasus ketiga setelah ditemukan pertama kali di tahun 2022 dan 12 Oktober 2023 lalu.
Meski begitu, pasien ketiga yang diperkirakan berusia 30 tahun itu dipastikan tidak memiliki keterkaitan dengan dua pasien cacar monyet sebelumnya. Namun, pasien ketiga ini memiliki gejala yang sama dengan pasien sebelumnya.
“Iya betul ini pasien ketiga. Tidak ada hubungan penularan kontak dengan pasien sebelumnya. Gejala seperti pasien monkeypox sebelumnya ada lesi pada kulit, demam, pembesaran kelenjar getah bening,” ujar dr Ngabila Salama.
dr Ngabila juga memastikan, bahwa pasien tersebut telah ditangani secara serius dengan diisolasi di salah satu rumah sakit di Jakarta. Pihaknya bersama Kemenkes juga tengah melakukan investigasi terhadap temuan kasus baru monkeypox di Jakarta tersebut.
Meski begitu, masyarakat diimbau agar tidak panik namun tetap perlu waspada. Pihak Dinkes DKI Jakarta lantas memberikan sejumlah tips agar tercegah dari penularan dan kematian akibat penyakit Mpox.
“Masyarakat jangan panik, akan tetapi perlu waspada. Lakukan beberapa cara mencegah sakit dan mencegah kematian,” kata dia.
Berikut beberapa tips dari Dinkes DKI Jakarta untuk masyarakat agar terhindari dari penularan cacar monyet alias Mpox.
1. Menjaga kebersihan diri dengan rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun terutama jika sedang sakit dan bertemu orang sakit.
2. Hindari kontak fisik dengan orang yang sedang sakit demam, bergejala kemerahan/jerawat/ luka/lenting isi air di kulitnya.
3. Berhubungan seksual yang aman, bersih, sehat dengan menggunakan kondom. Jangan berhubungan seksual jika pasangan sakit apalagi ada luka pada area kemaluan atau sedang mengalami infeksi menular seksual lainnya.
4. Hindari kontak wajah dengan wajah, mulut, kulit, dan barang sehari-hari yang dipakai penderita (alat mandi, alat tidur, dan lain-lain).
5. Vaksinasi monkeypox sudah ada di Indonesia dengan jumlah terbatas dan diperuntukkan untuk kelompok berisiko tinggi.
“Hindari komplikasi dan kematian dengan deteksi dini. Jika menemukan gejala monkeypox seperti demam, lenting isi air/luka pada kulit apalagi disertai gejala khas monkeypox yaitu ada benjolan/pembesaran kelenjar getah bening di ketiak / leher / selangkangan / lipat paha, segera datang ke fasilitas kesehatan semua puskesmas dan RS untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium,” imbau dr Ngabila.
"Untuk kontak erat dari kasus positif juga dilakukan pemeriksaan lab segera untuk deteksi dan pengobatan dini.”
Editor: Siska Permata Sari