Mengenal Ekshibisionis, Gangguan Suka Telanjang di Depan Orang
JAKARTA, iNews.id - Viral video amatir pengemudi ojol bertemu seorang pria telanjang bulat saat menerima pesanan. Beberapa orang menduga pelaku memiliki gangguan ekshibisionis.
Video dibagikan di akun X @Heraloebss dan telah ditonton 634,4 juta. Kabar terbaru, pelaku ekshibisionis itu telah ditangkap polisi dan korban dari aksinya berjumlah tiga orang.
Apa yang dilakukan pelaku kerap disebut dengan ekshibisionis yang termasuk dalam salah satu jenis penyimpangan seksual (parafilia) yang membuat seseorang punya fantasi dan hasrat seksual terhadap benda, aktivitas seksual, atau perilaku tertentu yang gak lumrah.
Artinya, orang dengan gangguan ekshibisionis itu akan mendapatkan kepuasan seksual saat menunjukkan bagian kelaminnya ke orang lain. Bahkan, pada beberapa kasus, orang dengan ekshibisionis bisa merasa makin bergairah ketika korbannya merasa takut.
Menurut laman Siloam Hospitals, berdasarkan buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edisi ke-5 (DSM-5), gangguan ekshibisionis ini kerap dialami pria. Tapi, tidak menutup kemungkinan perilaku menyimpang ini dilakukan wanita.
Apa faktor penyebab seseorang memiliki gangguan ekshibisionis?
1. Gangguan kepribadian antisosial
2. Hiperseksualitas
3. Trauma masa kecil
4. Gangguan kepribadian narsistik. Kondisi ini dapat membuat seseorang sangat ingin diperhatikan dan dikagumi oleh orang lain, sehingga memicu gangguan ekshibisionis.
5. Pedofilia
6. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau kecanduan minuman beralkohol
Perlu diketahui, pelaku ekshibisionis perlu mendapat pertolongan profesional. Itu kenapa, jika ada kerabat atau orang terdekat yang menunjukkan gejala ekshibisionis, bisa disarankan untuk menemui psikolog atau psikiater.
Salah satu terapi perbaikan kondisi yang bisa dilakukan adalah psikoterapi dengan pelatihan empati, pelatihan relaksasi, strategi coping mechanism, dan restrukturisasi fungsi kognitif. Tujuannya, untuk mengubah pola pikir yang mengarah pada perilaku ekshibisionisme.
Editor: Muhammad Sukardi