Mengenal Kanker Payudara HER2 Positif dan Pengobatannya, Perempuan Wajib Tahu
JAKARTA, iNews.id - Kanker payudara masih menjadi isu kesehatan utama yang dihadapi oleh wanita di seluruh dunia. Bahkan, angka kejadian kanker ini terus meningkat.
Seperti jenis kanker lain, kanker payudara juga memiliki berbagai jenis. Termasuk salah satunya adalah kanker payudara dengan status HER2 positif yang termasuk dalam kategori ganas dan berbahaya.
Kanker payudara HER2 positif ditandai oleh peningkatan protein bernama Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2) dalam sel-sel payudara. Normalnya, protein HER2 berfungsi mengontrol pertumbuhan, pembelahan, serta perbaikan sel-sel payudara yang sehat ketika mengalami kerusakan.
Namun, ketika terjadi kanker payudara, gen yang mengatur produksi dan kinerja protein HER2 tersebut mengalami perubahan atau mutasi, menyebabkan produksi protein HER2 menjadi berlebihan.
Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan pembelahan sel-sel payudara tidak terkendali. Akhirnya, menyebabkan pertumbuhan jaringan kanker yang bersifat ganas dan berpotensi membahayakan kesehatan penderitanya.
Sebanyak 1 dari 5 kasus kanker payudara ternyata berstatus HER2 positif. Meskipun jenis kanker ini dianggap lebih agresif dan berbahaya dibandingkan jenis lainnya, bukan berarti tidak ada terapi yang efektif untuk mengatasinya.
Inovasi Pengobatan HER2 Positif
Semakin majunya pengelolaan kanker payudara memberikan harapan bagi para pasien untuk mendapatkan pengobatan yang efektif, aman, nyaman, serta meningkatkan peluang kesembuhan dan kualitas hidup.
Salah satu terobosan revolusioner dalam pengelolaan kanker payudara HER2-positif adalah penggunaan dua antibodi monoklonal (pertuzumab dan trastuzumab) yang digabungkan dengan enzim hialuronidase dalam satu suntikan.
Suntikan ini membawa manfaat klinis dan keamanan yang sebanding dengan pengobatan melalui infus. Inovasi ini menjadi topik diskusi dalam Roche Oncology Summit pada 22-23 Juli 2023 di Jakarta, acara yang melibatkan para ahli dalam pengelolaan kanker dan membahas hasil penelitian serta terobosan dalam penanganan kanker.
Dokter ahli onkologi, dr Andhika Rachman menjelaskan, pengembangan pengelolaan kanker payudara HER2-positif memberikan harapan bagi para pasien. "Menggabungkan dua antibodi monoklonal (pertuzumab dan trastuzumab) dengan enzim hialuronidase dalam satu suntikan merupakan terobosan yang revolusioner," kata dr Andhika.
Selain memberikan manfaat klinis dan keamanan yang sebanding dengan pengobatan melalui infus, penyuntikan ini juga memakan waktu yang lebih singkat, hanya 8 menit untuk suntikan pertama dan 5 menit untuk suntikan berikutnya.
Hal ini, kata Andhika jauh lebih cepat dibandingkan pemberian infus pertuzumab dan trastuzumab yang memakan waktu hingga 150 menit. "Kombinasi pertuzumab dan trastuzumab dalam satu suntikan ini ditujukan untuk pasien dengan kanker payudara HER2 positif pada stadium dini dan stadium metastatik, serta digunakan bersama dengan perawatan kemoterapi," ujarnya.
Nyaman, Cepat, dan Hemat Sumber Daya
Berdasarkan studi PHranceSCa, sebanyak 85% pasien dengan kanker payudara HER2-positif lebih memilih terapi suntik subkutan pertuzumab + trastuzumab dengan dosis tetap daripada pertuzumab + trastuzumab infus. Pasien merasa lebih nyaman selama pemberian obat dan pengobatan ini menghemat waktu, meskipun pemberian suntik sedikit lebih nyeri.
Pengobatan inovatif ini juga memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan karena mengurangi waktu perawatan dengan cara diberikan tanpa rekonstitusi, pelarutan, penyesuaian dosis berdasarkan berat badan pasien, serta tanpa memerlukan akses jalur infus seperti kemoport.
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, Ketua Indonesia Health Economic Association (InaHEA) dan pengamat farmakoekonomi, mengatakan, dalam menghadapi keterbatasan sumber daya kesehatan, berbagai upaya penghematan diperlukan agar lebih banyak pasien dapat mendapatkan layanan kesehatan berkualitas.
"Pengobatan inovatif ini memberikan keuntungan bagi pasien, tenaga kesehatan, dan rumah sakit. Dari perspektif rumah sakit, pengobatan melalui suntikan menghemat sumber daya dengan mengurangi waktu penanganan pasien hingga lebih dari 90 persen serta penggunaan fasilitas pengobatan yang lebih efisien," katanya.
Secara ekonomi, lanjut Hasbullah, pasien juga diuntungkan dengan tersedianya obat ini di Indonesia, sehingga mereka tidak perlu mencari pengobatan di luar negeri.
Lucia Erniawati, Access, Comms & Health System Value Strategy Director Roche Indonesia menegaskan, komitmen Roche berinovasi untuk menjawab kebutuhan kesehatan pasien yang belum terpenuhi. Roche, kata dia, berupaya meredefinisi standar penatalaksanaan pasien dengan kanker payudara HER2-positif dengan pengobatan inovatif ini, yang dapat diberikan secara cepat, nyaman, dan hemat.
Lucia juga menekankan pentingnya kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan akses lebih luas bagi inovasi dalam penatalaksanaan kanker payudara ini melalui sistem jaminan kesehatan.
"Roche berkomitmen untuk berkolaborasi dengan Pemerintah dan pemangku kepentingan lain untuk memastikan bahwa inovasi ini dapat diakses oleh lebih banyak pasien di Indonesia sehingga hasil dan kualitas hidup pasien meningkat," tuturnya.
Editor: Vien Dimyati