Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 7 Cara Supaya Tagihan Listrik Tak Bengkak saat Pandemi Covid-19
Advertisement . Scroll to see content

Penularan Hepatitis B dari Ibu ke Anak Capai 95%, Ketahui Bahaya dan Cara Mengendalikannya

Rabu, 28 Juli 2021 - 20:05:00 WIB
Penularan Hepatitis B dari Ibu ke Anak Capai 95%, Ketahui Bahaya dan Cara Mengendalikannya
Sampel darah di sebuah laboratorium. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Saat ini masyarakat tengah fokus dengan Covid-19, namun hepatitis juga tidak kalah berbahaya. Dari empat jenis virus hepatitis, hepatitis B dan C lah yang dianggap paling berbahaya karena bisa berakhir kronis yang menimbulkan sirosis hati dan hepatoma. 

Dari data yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes), di Indonesia, sebanyak 2,5 juta penduduk terinfeksi hepatitis C. Adapun 18 juta penduduk terinfeksi hepatitis B, dan 50% berisiko menjadi kronis. Sebanyak 900 ribu pasien hepatitis berakhir menjadi sirosis dan kanker hati. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, mengatakan virus hepatitis memiliki cara penularan yang berbeda. Hepatitis A dan E ditularkan secara fekal dan oral. Sementara hepatitis B, C, dan D ditularkan secara parenteral (sentuhan, cairan, maupun dari jarum).  

Penularan hepatitis B dari ibu ke anak sebesar 90-95%. Sehingga diperlukan pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak sejak dini. Salah satunya prioritas deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil,” kata dr. Siti, dalam temu media ‘Peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2021’, Rabu (28/07/2021). 

Sebagaimana diketahui saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan hepatitis B. Namun, hepatitis B dapat dicegah dengan pemberian vaksin. Adapun cara pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak bisa menggunakan sejumlah cara diantaranya: 

1. Hepatitis B Imunoglobulin  

Hepatitis B Imunoglobulin (HBIg) diberikan kepada bayi yang baru lahir dari ibu reaktif HBsAg. 

2. Pemberian Tenofovir pada ibu hamil dengan viral load tinggi. Ibu hamil reaktif HBsAg dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. 

3. Pemeriksaan pada ibu hamil, ANC, dan pemantauan bayi. Semua ibu hamil harus melakukan ANC (Antenatal Care) terpadu dan DDHB (Deteksi Dini Hepatitis B) serta bayinya dilakukan pemantauan. 

4. Pemberian HB0 untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi. Pemberian HB0 <24 jam diberikan wajib kepada semua bayi baru lahir. 

5. Pemberian imunisasi hepatitis B (3 dosis) untuk mengurangi insiden. Imunisasi wajib hepatitis B sebanyak tiga dosis diberikan kepada semua bayi. 

Pemerintah pun telah melakukan pengendalian virus hepatitis C di Indonesia. Berbeda dengan hepatitis B yang belum ada obatnya, hepatitis C justru bisa diobati. Namun belum ada vaksin yang terbukti ampuh untuk mencegah terjadinya infeksi hepatitis C. Berikut cara mengendalikan virus hepatitis C. 

1. Sebelum 2017 pengendalian hepatitis C menggunakan Pegylated Interferon dengan nilai kesembuhan sebesar 50-60% dengan durasi 48 minggu. Sayangnya cara ini membutuhkan biaya yang mahal. 

2. Sesudah 2017 pengendalian hepatitis C menggunakan DAA (Direct Acting Antiviral) seperti Simeprevir, Sofosbufir, Ribavirin, Daclastavir, dan Elba-Grazo. Cara ini memiliki nilai kesembuhan yang sangat besar yakni 95% dengan durasi 12-24 minggu. Biaya yang diperlukan untuk terapi ini juga relatif murah.

Editor: Dyah Ayu Pamela

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut