Podcast Aksi Nyata: Ternyata, Daur Ulang Sampah Bisa Jadi Uang Lho!
JAKARTA, iNews.id - Podcast Aksi Nyata kembali hadir membahas isu-isu menarik. Kali ini, membahas tentang daur ulang sampah yang ternyata bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Bagaimana ceritanya?
Seperti kita tahu, saat ini jumlah sampah botol plastik terus bertambah. Namun sayangnya, penanganan sampah plastik di Indonesia masih belum optimal.
Sebab itu, perlu pusat pengelolaan limbah plastik yang terintegrasi dan professional. Hal ini agar dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan.
Salah satu caranya yakni dengan mendaur ulang sampah botol plastik, sehingga dapat bermanfaat bagi lingkungan dan generasi yang akan datang. Hal inilah yang mendasari CEO sekaligus Founder Rezycology Indonesia, Dewa Ayu Nyoman Octalia Stefani.
Perempuan yang akrab disapa Octalia ini membuka peluang bisnis dengan mendaur ulang sampah botol plastik menjadi bahan baku baru yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Melalui Rezycology Indonesia yang didirikan pada tahun 2016, Octalia mendirikan perusahaan business to business yang bergerak di bidang daur ulang sampah botol plastik jenis PET (Polyethylene Terephthalate) dan PP (Polypropylene).
Melalui perusahaan yang didirikannya itu, Octalia ingin membawa inovasi dengan mengubah metode pengumpulan sampah plastik PET menggunakan teknologi dan sistem yang terintegrasi.
“Sisimpel aku melihat satu masalah and then aku coba solved gitu. Jadi aku enggak sampai kepikiran ke ujung ada orang yang melihat aku, beneran enggak kepikiran sampai situ, cuma for now aku harap bisa menginspirasi sih,” kata Octalia, saat menjadi narasumber di Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia, Senin, (26/9/2022).
“Seperti kita ketahui bersama, kita adalah negara kedua dengan polusi terbesar di dunia, setelah China. Jadi aku melihat satu masalah itu, dan aku kayak, oh tapi ternyata secara rantai bisnis tuh sudah ada,” ujar dia.
Octalia melanjutkan, terobosannya itu didasari untuk mengatasi harga yang tidak wajar, supply and demand yang tidak stabil serta memudahkan para pengepul menjual sampah plastiknya langsung ke perusahaan daur ulang.
“Jadi, dari pemulung sudah ada, dari bank sampah juga sudah ada. Cuma di sini masalahnya tidak ter-manage dengan baik saja. Jadi kita hanya ada di aturan buang sampah pada tempatnya, tapi kita enggak punya pilahlah sampah pada tempatnya. Kita tidak dibiasakan dengan itu. Jadi melihat adanya fenomena seperti itu, saya melihat pendaur ulang ini banyak yang bankrupt,” kata dia.
Octalia juga menyebut, saat ini isu tentang lingkungan telah menjadi perhatian utama dan penting dari tahun ke tahun di Indonesia. Salah satunya masalah penanganan sampah plastik yang kurang optimal dan para pelaku pendaur sampah yang kurang koneksi serta pengatahuan.
“Banyak pelaku pendaur yang sudah punya banyak koneksinya tetapi enggak jalan. Jadi aku lihat di situ, oh ternyata mereka butuh knowledge, mereka butuh support. Di situlah aku agak muncul,” ujar dia.
Editor: Siska Permata Sari