Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : BGN Akui 4.700 Porsi MBG Bermasalah, Picu Gangguan Kesehatan Anak
Advertisement . Scroll to see content

Sunat dengan Metode Electrical Cauter Dianggap Berisiko, Ini Penjelasannya

Kamis, 10 Desember 2020 - 18:13:00 WIB
Sunat dengan Metode Electrical Cauter Dianggap Berisiko, Ini Penjelasannya
Mengenal metode sunat yang tidak berisiko (Foto: mommyish)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bagi kebanyakan orang, melakukan sunat memiliki banyak manfaat kesehatan untuk tubuh. Tujuan dilakukannya sunat atau khitan adalah untuk menjaga ujung kemaluan agar tidak terkumpul kotoran, dan leluasa untuk buang air kecil. 

Karenanya, dengan disunat diyakini dapat menurunkan risiko infeksi saluran kemih dan kanker penis, serta membersihkan alat kelamin.

Ada berbagai metode sunat yang ditawarkan kepada masyarakat. Namun sebelum sunat dilakukan, ada baiknya Anda mencari tahu lebih dalam mengenai teknik sunat dan tenaga medis yang tepat.

Menurut dr Mahdian Nur Nasution, SpBS dari Rumah Sunat dr Mahdian, banyak orang mengira sunat laser berarti menggunakan sinar laser, tapi faktanya tidak. Istilah sunat laser ini sebenarnya keliru, tidak menggunakan sinar laser melainkan alat yang dinamakan electric cauter.

"Teknik electrical cauter ini adalah metode yang paling berbahaya. Jadi teknik yang digunakan electrical cauter itu memang alat yang digunakan untuk sunat yang paling berisiko terjadinya amputasi," ujar dr Mahdian melalui keterangan belum lama ini.

Lanjut dr Mahdian, mengapa berbahaya karena logam yang panas ini bisa menyebabkan luka bakar pada bagian kelamin. Sebenarnya, electric cauter adalah alat bedah yang digunakan untuk memotong kulit atau pembuluh darah sehingga pendarahan yang muncul akan minimal.

"Hanya saja, alat ini sudah banyak yang dimodifikasikan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk lempengan logam yang dipanaskan seperti pemanas air. Karena dimodifikasi itulah teknik ini tidak direkomendasikan," kata dia.

Dia menambahkan, meski teknik ini lebih cepat, tetap disarankan untuk tidak memilih teknik ini. Kalaupun tetap ingin menggunakan teknik ini harus dipastikan petugas yang melakukan adalah  tenaga medis yang tepat dan ahlinya, yaitu dokter spesialis bedah.

Umumnya sunat dengan teknik ini sangat jarang dilakukan oleh dokter, melainkan orang yang tidak tepat. Karena itu, masyarakat diminta untuk berhati-hati jika tidak ingin menyesal di kemudian hari.

"Kalau tepat menggunakannya sangat bermanfaat karena sunat jadi cepat, menjahit jadi lebih mudah dan risiko infeksi lebih mudah. Tapi kalau penggunaan salah bisa timbulkan luka bakar. Bukan manfaat yang didapat. Bukan cepat sembuh. Jadi lebih lama dan merusak jaringan kulit pada penis," tuturnya.

Dia tidak merekomendasikan metode sunat laser seperti ini dengan alasan risiko kepala penis terpotong, resiko luka bakar karena elemen cauter, jahitan atau bentuk bisa miring, dan risiko pendarahan. 

Dokter Mahdian merekomendasikan metode modern, yaitu dengan teknik klem yang lebih sedikit risiko dan hanya membutuhkan waktu singkat. Pada metode operasi ini, waktu yang dibutuhkan hanya lima menit dan pasien bisa kembali beraktivitas dalam waktu satu hari. 

"Mahdian Klem adalah satu-satunya klem produksi anak bangsa. Bahkan, organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasi metode ini. Alasannya, karena memperkecil risiko terjadinya infeksi silang yaitu infeksi karena pemakaian alat yang sama pada satu pasien ke pasien lain, mengingat teknik ini hanya sekali pakai," katanya

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut