Tanda-Tanda Anda Kena Gangguan Anxiety Disorder
JAKARTA, iNEws.id – Rasa cemas bisa melanda setiap orang di berbagai situasi khusus. Masalahnya, Anda patut waspada jika tingkat kecemasan yang dialami sudah berlebihan. Bisa jadi Anda kena gangguan anxiety disorder.
Setiap orang pastinya pernah dilanda rasa cemas. Misalnya, ketika ingin berbicara di depan umum, menunggu sesuatu, atau menghadapi masalah. Hanya saja, kadar yang dialami setiap orang berbeda-beda.
Namun, bila tingkat kecemasan yang dialami sudah parah dan berlangsung setiap, Anda patut waspada. Anda perlu mengecek apakah itu normal atau sudah menjadi gangguan seperti anxiety disorder? Sebab, gangguan semacam itu memiliki beragam bentuk, seperti serangan panik (panic attack), fobia, dan social anxiety.
Jika sering mengalami gejala di bawah ini, mungkin Anda perlu berbicara dengan dokter. Lantas, apa saja gejalanya? Berikut uraiannya, seperti dikutip iNews.id dari Health, Senin (30/10/2017).
Rasa Cemas Berlebih
Salah satu ciri seseorang mengidap Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah memiliki rasa cemas yang berlebihan terhadap banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Pengidap gangguan ini selalu gelisah hampir setiap hari selama seminggu. Menurut Co-Director Anxiety and Stress Disorder Institut of Maryland di Towson, Sally Winston, perbedaan antara gangguan GAD dengan cemas normal adalah emosi yang menyebabkan disfungsi pada penderita.
Gangguan Tidur
Kesulitan untuk tidur kerap dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Namun jika Anda kerap terbangun dan lantas gelisah, ini mungkin salah satu gejala anxiety disorder.
Ketakutan yang Tidak Masuk Akal
Semua orang memiliki rasa takut, namun beberapa di antaranya mempunyai ketakutan yang tak masuk di akal, seperti takut binatang, benda-benda tertentu, atau orang banyak secara berlebihan. Hal itu, kata Winston, merupakan salah satu gejala fobia.
Otot yang Tegang
Jika mengalami ketegangan otot secara rutin seperti di bagian rahang dan kerap mengepalkan tinju, mungkin Anda mengalami gangguan kecemasan. Namun, menurut Winston, olahraga teratur bisa membantu mengurangi ketegangan otot tersebut, tetapi di situasi tertentu yang tak terduga, gangguan tersebut kembali singgah.
Gangguan Pencernaan Kronis
Anxiety disorder tak hanya menyerang pikiran atau mental, tetapi juga tubuh Anda. Salah satunya adalah gangguan pencernaan kronis. Misalnya, sakit perut, kram, kembung, gas, sembelit, dan diare. Hal itu dinamai Irritable bowel syndrome (IBS) dan biasanya terjadi secara bersamaan dengan rasa cemas itu sendiri.
Ada Kupu-Kupu dalam Perut
Sejumlah orang kerap merasakan adanya "kupu-kupu" dalam perut di situasi tertentu seperti ketika berbicara di hadapan banyak orang. Namun jika perasaan semacam itu dialami secara berlebihan dan Anda tidak tahu cara mengatasinya maka hal itu dikenal dengan social anxiety disorder atau fobia sosial.
Takut Jadi Pusat Perhatian
Gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder tak selalu melibatkan berbicara dengan orang banyak atau publik saja, tetapi juga kejadian sehari-hari seperti percakapan satu lawan satu. Penderita gangguan ini cenderung merasa seperti semua mata tertuju padanya dan mereka sering mengalami gemetar, mual, berkeringat banyak, serta sulit berbicara.
Panik
Panic attack atau serangan panik secara tiba-tiba ini, bisa berlangsung selama beberapa menit. Dan ini biasanya disertai gejala fisik seperti masalah pernapasan, jantung berdebar, kesemutan atau mati rasa, berkeringat, lemas, pusing, nyeri dada, sakit perut, serta panas dingin.
Suka Nostalgia
Berdasarkan sebuah studi tahun 2006 dalam Journal of Anxiety Disorder menunjukkan, bahwa beberapa orang dengan social anxiety disorder kerap mengingat masa-masa lampau atau berkilas balik mirip gangguan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Perfeksionis
Orang yang perfeksionis atau terlalu memperhatikan hal yang paling detail, erat kaitannya dengan gangguan kecemasan. Sebab, menurut Winston, orang yang perfeksionis sering menilai diri sendiri dan memiliki banyak kecemasan atau ketakutan untuk berbuat salah dan bertindak tak sesuai standar.
Editor: Tuty Ocktaviany