Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Waspada! Paparan Zat Radioaktif CS-137 Berisiko Kanker Leukimia
Advertisement . Scroll to see content

Terapi Ini Jadi Harapan Baru Pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut, Apa Itu?

Rabu, 29 Oktober 2025 - 14:24:00 WIB
Terapi Ini Jadi Harapan Baru Pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut, Apa Itu?
Ilustrasi pasien kanker payudara dirawat di rumah sakit. (Foto: Ilustrasi AI)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Mammografi masih menjadi gold standar dalam skrining kanker payudara. Mammografi dapat mendeteksi benjolan tumor kanker payudara di ukuran yang sangat kecil, sampai 0,2 milimeter dengan alat terbaru.

Sayangnya, skrining kanker payudara dengan mammografi masih sangat rendah di Indonesia. Itu juga yang menjadi salah satu faktor pasien kanker payudara datang ke fasilitas kesehata sudah dalam stasium lanjut. 

Menurut Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, saat ini cakupan skrining kanker payudara dengan mammografi di Indonesia masih rendah. Apa penyebabnya?  

Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi (kedua dari kiri). (Foto: Istimewa)
Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi (kedua dari kiri). (Foto: Istimewa)

"Salah satunya karena keterbatasan alat dan tenaga medis. Dari sekitar 3.000 rumah sakit di Indonesia, hanya sekitar 200 rumah sakit yang memiliki alat mammografi," ujar Siti Nadia dalam acara diskusi kesehatan yang diselenggarakan Forum Ngobras di kawasan Jakarta, Selasa (28/10/2025). 

Tak tinggal diam, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan angka skrining kanker payudara dengan mammografi ini, misalnya memastikan setiap rumah sakit provinsi dilengkapi dengan alat mammografi. 

"Saat ini, dari 514 kabupaten/kota, yang memiliki mammografi saat data dikumpulkan masih di bawah 100 kabupaten/kota," kata Siti Nadia. 

"Kami mengupayakan untuk meningkatkan sosialisasi program deteksi dini menggunakan SADARI dan SADANIS, sehingga ini bisa menjadi alternatif penemuan dini kasus kanker payudara," tambahnya. 

Selain masalah akses terhadap mammografi yang masih sangat terbatas, kendala lain yang membuat angka skrining kanker payudara dengan mammografi rendah adalah masih beredarnya mitos di masyarakat. 

"Misalnya mammografi itu sangat menyakitkan, mammografi bisa membuat kanker malah menyebar. Padahal, sekarang pemeriksaan mammografi bisa lebih nyaman dengan tanpa mengorbankan kualitas gambar, yaitu dengan Mammomat B.brilliant di MRCCC," papar Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dr Nina ISH, SpRad PRP (K). 

Di kesempatan yang sama, dr Nina juga mengingatkan bahwa edukasi kepada masyarakat bahwa dengan skrining menggunakan USG payudara untuk perempuan usia di bawah 40 tahun dan mammografi mulai usia 40 tahun, dapat mencegah kejadian kanker payudara stadium lanjut. 

"Kalau ditemukan kankernya sudah stadium lanjut, akan sangat sulit diterapi dan memiliki beban pengobatan yang tidak murah," ujar dr Nina. 

Ilustrasi skrining kanker payudara dengan mammografi. (Foto: Ilustrasi AI)
Ilustrasi skrining kanker payudara dengan mammografi. (Foto: Ilustrasi AI)

Perawatan Multidisiplin Kanker Payudara Stadium Lanjut

Jika kanker payudara baru ditemukan pada stadium lanjut, yang umumnya kata dr Agnes selaku Kepala Departemen Medical Check Up MRCCC Siloam Hospitals Semanggi terdeteksi secara 'tidak sengaja' saat pasien menjalani medical check up misalnya, maka penanganan masalah menggunakan pendekatan perawatan multidisiplin. Apa maksudnya? 

Dijelaskan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Subspesialis Hematologi Onkologi Medik MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dr Andhika Rahman, SpPD-KHOM, perawatan multidisiplin itu melihat pasien secara menyeluruh. Jadi tidak hanya dari sisi penyakitnya, tapi juga kondisi fisik, psikologis, sosial, dan kualitas hidup. 

"Perawatan multidisiplin ini terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesintasan pasien kanker payudara," kata dr Andhika. 

"Pendekatan multidisiplin meliputi strategi penanganan pasien dengan melibatkan kolaborasi berbagai spesialis medis dan tenaga pendukung. Tujuannya, memberikan perawatan yang paling komprehensif, personal, dan efektif bagi pasien," tambahnya. 

Pada kasus kanker payudara stadium lanjut, itu artinya penyakit sudah menyebar ke jaringan sekitar atau organ jauh atau metastasis. Artinya, pengobatan tidak lagi hanya berfokus pada tumor di payudara, tapi juga bagaimana mengontrol penyebaran penyakit, mengurangi gejala seperti nyeri atau sesak, mempertahankan fungsi organ, dan menjaga kualitas hidup pasien. 

"Pendekatan multidisiplin memungkinkan tim medis menyeimbangkan antara efektivitas terapi dan kenyamanan pasien, serta menyesuaikan terapi bila kondisi berubah," jelas dr. Andhika.

Pendekatan multidisiplin kini menjadi standar emas dalam perawatan kanker payudara stadium lanjut di berbagai rumah sakit besar di dunia, dan mulai diterapkan juga di Indonesia. Kolaborasi lintas bidang ini memberi harapan baru bahwa pasien tetap dapat hidup dengan kualitas yang baik, meski menghadapi kanker pada tahap lanjut.

Editor: Muhammad Sukardi

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut