Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Makan 2 Kiwi sebelum Tidur Bisa Turunkan Stres? Ini Faktanya!
Advertisement . Scroll to see content

Terlalu Lama Menatap Layar Smartphone Picu Risiko Penyakit Tak Menular

Selasa, 30 April 2019 - 17:24:00 WIB
Terlalu Lama Menatap Layar Smartphone Picu Risiko Penyakit Tak Menular
Jangan keseringan menatap layar smartphone. (Foto: BetaNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Smartphone atau ponsel pintar sudah menjadi bagian sehari-hari dalam kehidupan yang tidak dapat dilepaskan. Kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi dan tuntutan pekerjaan kadang menjadi alasan kita sulit melepas diri dari layar smartphone.

Padahal, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa waktu yang kita habiskan untuk smartphone dapat menyebabkan gangguan tidur, selfie esteem, hubungan, memori, daya fokus, kreativitas, produktivitas, serta keterampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Selain itu, rupanya smartphone kita dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres utama tubuh secara kronis. Artinya, smartphone secara tidak langsung dapat mengancam kesehatan dan mempersingkat hidup.

Kortisol merupakan hormon stres utama pada manusia. Pelepasan hormon ini memicu perubahan fisiologis, seperti lonjakan tekanan darah, detak jantung, dan gula darah.

"Tingkat kortisol Anda meningkat ketika  Anda melihat atau dekat dengan ponsel Anda. Bahkan, ketika Anda mendengarnya atau mengira Anda mendengar (notifikasinya)," kata David Greenfield, profesor psikiatri klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Connecticut seperti dikutip dari New York Times, Selasa (30/4/2019).

Sementara itu, tingkat kortisol yang meningkat secara kronis telah dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan serius. Di antaranya sejumlah penyakit tak menular (PTM) seperti depresi, obesitas, sindrom metabolik, diabetes tipe 2, masalah kesuburan, tekanan darah tinggi, serangan jantung, demensia dan stroke.

"Kita semua tahu bahwa, setiap penyakit kronis yang kita ketahui, dapat diperburuk oleh stres," kata Dr Robert Lustig selaku profesor emeritus dalam endokrinologi pediatrik di University of California, San Francisco.

Efek stres ini juga dapat diperbesar lebih jauh jika Anda terus-menerus khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Misalnya, apakah itu kabar bohong (hoax) atau komentar yang menjengkelkan di media sosial.

Editor: Tuty Ocktaviany

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut