Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kasus Covid-19 Naik Lagi di Indonesia, Anak-Anak Paling Rentan!
Advertisement . Scroll to see content

Vaksin Perlu Didukung Kepatuhan Masyarakat Menerapkan 3M

Rabu, 16 Desember 2020 - 17:38:00 WIB
Vaksin Perlu Didukung Kepatuhan Masyarakat Menerapkan 3M
Vaksin perlu didukung kepatuhan masyarakat menerapkan 3M (Foto: BNPB)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Beberapa negara seperti Amerika, Kanada, Uni Emirat Arab, dan Inggris sudah mulai melakukan vaksinasi Covid-19. Hal tersebut sebagai bentuk upaya pencegahan spesifik terhadap penularan virus yang telah merenggut banyak korban. Seperti halnya negara-negara tersebut, Indonesia pun tengah mempersiapkan vaksinasi Covid-19.

Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sedang mengevaluasi keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 yang tiba di Indonesia beberapa waktu lalu. Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD menanggapi dinamika di masyarakat yang sudah tidak sabar menunggu tahapan selanjutnya dari program vaksinasi ini.

“Saya sekarang melihat kecenderungan banyak orang berspekulasi, padahal ini masih berproses. Badan POM masih melakukan kajian-kajian dan tidak akan ada vaksinasi apa pun sebelum izin dari Badan POM keluar. Ini adalah upaya pemerintah untuk memastikan, vaksin yang kita gunakan betul-betul aman dan efektif,” katanya dalam acara Dialog Produktif bertema Vaksin: Fakta dan Hoaks, yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), dikutip Rabu (16/12/2020).

Proses vaksinasi dinilai sebagai upaya pemerintah dalam menangani pandemi.  Menurut dr. Dirga, tidak benar jika virus Covid-19 akan hilang dengan sendirinya, sebab terdapat jutaan kematian akibat virus ini di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

“Kita tidak bisa berdiam diri, ekonomi kita terpukul, bekerja juga menjadi sulit. Oleh karena itu, perlu ada upaya-upaya ekstra, yaitu protokol kesehatan harus dijalankan secara konsisten. Dengan adanya vaksinasi nanti diharapkan akan membantu, karena vaksin memberi proteksi yang bersifat spesifik,” ujar dr. Dirga.

Sementara itu, Covid-19 memiliki spektrum gejala yang luas pada penderitanya mulai dari tidak bergejala sama sekali hingga bergejala berat yang menyebabkan proses identifikasi pasien menjadi semakin sulit. Penelitian menunjukkan bahwa 40 persen pasien Covid-19 tidak bergejala.

Meskipun begitu, baik bergejala atau tidak, semua pasien Covid-19 ini bisa menularkannya ke orang lain. Cherryl Hatumesen selaku salah satu penyintas Covid-19 pun mengaku awalnya tidak merasakan gejala berat sebelum akhirnya melakukan tes swab dan terbukti positif.

“Virus Covid-19 ini benar-benar ada, jadi sambil menunggu vaksin nanti, protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak), harus dijalankan. Selain itu dalam menghadapi Covid-19 memang perlu kedewasaan diri, untuk tidak takut mengakui apabila tertular agar bisa melindungi orang-orang di sekitar kita,” katanya.

Terkait hal tersebut, dr. Dirga juga mengajak masyarakat untuk tetap menjalankan protokol Kesehatan 3M, dirinya protokol kesehatan ini tak hanya jadi slogan sampai tiba vaksinasi. Terlebih, sebelum pandemi upaya-upaya pencegahan dari penularan penyakit memang diremehkan oleh sebagian masyarakat. Hal itulah yang membuat masyarakat harus bersama-sama melaksanakan protokol kesehatan.

“Sebelum ini kita selalu meremehkan masalah kesehatan karena menganggap diri kuat. Sekarang setelah dirawat karena Covid-19, saya mengikuti dokter paru saya yang menyarankan mengurangi karbohidrat dan memperbanyak protein untuk meningkatkan imunitas tubuh. Masker selalu saya pakai, hand sanitizer juga tidak pernah lepas. Karena terbukti dengan menjalankan protokol 3M, teman-teman di kantor tidak ada yang tertular dari saya,” ujar Cherryl Hatumesen.

Terkait dengan program vaksinasi yang sedang difinalisasi oleh pemerintah, dr. Dirga menerangkan bahwa setiap negara memiliki kebijakan berbeda-beda dalam memprioritaskan warga negara mana yang lebih dulu mendapatkan vaksinasi. Menurutnya, Indonesia memprioritaskan tenaga kesehatan terlebih dahulu yang kesehariannya langsung merawat pasien-pasien Covid-19.

“Khususnya di Indonesia juga, vaksin diberikan kepada penduduk berusia 18-59 tahun. Vaksin diberikan pada orang sehat sebagai upaya pencegahan. Dalam konteks pandemi Covid-19, bagi pasien Covid-19 yang sudah sembuh tidak menjadi sasaran prioritas karena dianggap sudah memiliki kekebalan,” kata dr. Dirga.

Menanggapi dinamika di masyarakat terkait vaksin ini, Cherryl Hatumesen mengatakan bahwa di luar sana masih ada pihak-pihak yang tidak antusias dengan kedatangan vaksin Covid-19 ini. Padahal, kelompok-kelompok yang anti vaksin ini termasuk dalam golongan yang cukup berpendidikan. Bahkan jika saja dirinya belum pernah terinfeksi Covid-19, Cherryl Hatumesen pun bersedia untuk divaksin langsung.

 “Vaksin merupakan instrumen penting untuk mengendalikan pandemi, vaksinasi juga harus dilakukan bersamaan dengan 3M secara konsisten. Dalam mencari informasi tentang vaksin juga harus berhati-hati, carilah informasi yang terpercaya karena di luar sana banyak beredar informasi hoax yang kurang bisa dipercaya. Masyarakat harus yakin apabila sudah ada izin dari Badan POM, vaksin itu nantinya sudah dipastikan kemanan dan efektivitasnya sehingga masyarakat, tidak perlu ragu,” ujar dr. Dirga. (CM)

Editor: Rizqa Leony Putri

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut