Viral Bayi Kembar tapi Beda Ayah, Kok Bisa?
JAKARTA, iNews.id - Viral di media sosial kisah bayi kembar tapi beda ayah. Peristiwa langka ini terjadi di Brasil dan menjadi sorotan dunia.
Laporan New York Post mengungkapkan, seorang wanita berusia 19 tahun diketahui melahirkan bayi kembar, namun keduanya memiliki ayah biologis berbeda.
Hasil tes DNA mengungkap, setiap bayi memiliki garis keturunan paternal dari pria yang berbeda atau disebut dengan heteropaternal superfecundation.
Dilansir dari National Library of Medicine, kondisi ini terjadi ketika seorang wanita melepaskan dua sel telur dalam satu siklus menstruasi, dan masing-masing dibuahi oleh sperma dari dua laki-laki berbeda dalam waktu yang berdekatan.
Heteropaternal superfecundation adalah fenomena biologis langka ketika dua sel telur dari seorang wanita dibuahi oleh sperma dari dua pria yang berbeda, dalam satu siklus menstruasi yang sama sehingga menghasilkan anak kembar dengan ayah berbeda.
Fenomena di Brasil ini awalnya terungkap saat sang ibu melakukan tes DNA untuk memastikan ayah dari salah satu bayinya. Namun ketika hasilnya tidak cocok, ia kembali melakukan tes dengan pria lain dan barulah terungkap bahwa kedua bayi berasal dari ayah berbeda.
Menurut dr Tulio Jorge Franco, dokter yang menangani kasus tersebut di Brasil, kedua bayi berbagi DNA dari sang ibu tetapi berkembang di dua plasenta berbeda. Itu artinya, mereka adalah kembar fraternal dengan asal paternitas terpisah.
Fenomena anak kembar tapi beda ayah sangat jarang ditemukan. Hal ini dapat terjadi jika pembuahan dari dua pria berbeda harus terjadi dalam waktu sangat dekat, yaitu dalam rentang 12–24 jam setelah ovulasi, saat kedua sel telur masih bisa dibuahi.
Sperma dari pria A atau B bisa bertahan di dalam tubuh wanita hingga 3–5 hari, jadi pembuahan tidak harus terjadi di hari yang sama. Artinya, jika seorang wanita berhubungan dengan dua pria berbeda dalam rentang waktu 48–72 jam, maka berpeluang terjadi fenomena ini.
Ada tiga alasan utama kenapa fenomena ini disebut sangat jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi:
1. Tidak semua wanita melepaskan dua sel telur, di mana superovulasi tidak terjadi pada semua orang.
2. Waktu pembuahan sangat sempit, sel telur hanya aktif selama 12–24 jam setelah dilepaskan.
3. Perlu keterlibatan dua pria dalam waktu berdekatan. Ini menjadi faktor penentu, karena kombinasi ketiga kondisi ini sangat jarang terjadi bersamaan dan kasusnya pun sangat sedikit.
Editor: Muhammad Sukardi