Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Deretan Pasangan Artis Setia Dampingi Belahan Jiwa hingga Dipisahkan Maut
Advertisement . Scroll to see content

Waspada Badai Sitokin Mengincar Imunitas Tubuh Penderita Covid-19, Begini Penjelasan Dokter Paru

Minggu, 09 Mei 2021 - 20:07:00 WIB
Waspada Badai Sitokin Mengincar Imunitas Tubuh Penderita Covid-19, Begini Penjelasan Dokter Paru
Ilustrasi badai sitokin akan menyerang imunitas tubuh penderita Covid-19. Foto: Ilustrasi/Pixabay
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Badai sitokin baru saja merenggut nyawa Raditya Oloan, suami dari aktris Joanna Alexandra. Badai sitokin menyerang Raditya Oloan usai dirinya dinyatakan negative Covid-19. 
 
Dijelaskan Joanna, Raditya memang punya penyakit bawaan yang kambuh akibat tertular Covid-19. "Kondisinya post-covid dengan komorbid asma, dan dia sedang mengalami cytokine storm (badai cytokine) yang menyebabkan hyper-inflamation di seluruh tubuhnya. Ditambah lagi ada infeksi bakteri yang lumayan kuat (tapi tidak sekuat ayah saya tentunya!!!!)," tulis Joanna.
 
Lalu apa yang dimaksud badai sitokin?
 
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Timur, dr Annisa Sutera Insani mengatakan, badai sitokin merupakan kondisi di mana saat sistem imun tubuh melawan virus, dan biasanya terjadi saat adanya infeksi berat atau sepsis.
 
Ketika tubuh mengalami sepsis, badai sitokin adalah kondisi saat sistem imun tubuh melawan virus dan ini biasanya terjadi saat adanya infeksi berat atau sepsis.
 
Lebih lanjut, kata dr Annisa, Badai sitokin tidak dapat dilihat oleh mata. Kejadian ini akan terjadi saat tubuh melawan virus, dan hanya dirasakan oleh pasien penderita.
 
Semua pasien yang terinfeksi virus apapun akan mengalami hal yang sama yaitu badai sitokin. Terlebih saat sistem imun tubuh mereka tidak cukup kuat untuk melawan virus jahat tersebut.

 
Sementara itu dilansir dari laman NewScientist, penyakit seperti Covid-19 dan influenza bisa berakibat fatal karena reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang disebut badai sitokin.
 
Fenomena ini semakin dikenal luas setelah wabah virus flu burung H5N1 pada tahun 2005, yang juga dikenal sebagai “flu burung”. Kala itu tingkat kematian yang tinggi dikaitkan dengan respons sitokin yang tidak terkendali.
 
Badai sitokin mungkin menjelaskan, mengapa beberapa orang mengalami reaksi parah terhadap virus corona, sementara penyakit yang lain hanya mengalami gejala ringan.
 
 
 
 

Editor: Elvira Anna

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut