Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Megawati Minta Relawan Kesehatan PDIP Tak Pilih-Pilih saat Menolong Orang
Advertisement . Scroll to see content

Waspada Fase Kritis pada Pasien DBD, Dampaknya Pendarahan hingga Kematian

Rabu, 31 Juli 2024 - 08:27:00 WIB
Waspada Fase Kritis pada Pasien DBD, Dampaknya Pendarahan hingga Kematian
Waspada Fase Kritis pada Pasien DBD, Dampaknya Pendarahan hingga Kematian (Foto: Naarcuracao)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)  di Indonesia masih menjadi perhatian serius. Sebab, hingga minggu ke-17 tahun 2024, tercatat 88.593 kasus DBD dengan 621 kasus kematian di Indonesia. 

Bahkan berdasarkan laporan, dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi.

Spesialis dokter anak Nunki Andria Samudra mengatakan, DBD adalah penyakit yang mengancam jiwa dan mengintai setiap orang. Seseorang bisa terinfeksi DBD lebih dari sekali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah, bahkan bisa berujung pada kematian. 

"Apalagi, menurut data Kementerian Kesehatan, setiap hari, dua orang meninggal karena DBD. Untuk itu, kita semua perlu lebih waspada, terutama pada pagi dan sore hari saat nyamuk biasanya menggigit, yaitu waktu di mana kita paling aktif," kata Dokter Nunki dalam acara talk show “Bye Bye DBD: 3M Plus dan Vaksin DBD Cara Terkini Terhindar dari Demam Berdarah".

Menurut dr Nunki, DBD bukan hanya masalah individu, tetapi masalah komunitas. Risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah permukiman perkotaan. "Orang yang terinfeksi dengue tidak hanya berisiko terhadap kesehatannya sendiri, tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue.

"Ketika nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan kemudian dapat menularkan virus kepada orang sehat melalui gigitannya," kata Nunki.

Dia mengingatkan, dengue tidak dapat menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya. Nyamuk diperlukan untuk transmisi virus dengue. "Jadi, bagi yang memiliki memiliki buah hati, lalu digigit oleh nyamuk pembawa virus dengue, perlu berhati-hati karena dapat menularkan kepada anak-anak kita," kata dia.

Nunki menjelaskan, DBD terdiri atas tiga fase, yaitu fase demam tinggi pada hari pertama hingga hari ketiga, fase kritis pada hari keempat dan hari kelima, dan fase penyembuhan, yaitu di hari keenam dan ketujuh. "Waspada pada fase kritis, karena pasien dapat mengalami pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa,” kata dr Nunki.

Dokter Nunki juga menjelaskan, penyakit DBD memberikan dampak dan tekanan yang besar bagi keluarga. Ketakutan dan kekhawatiran karena anak atau orang tua harus dirawat di rumah sakit menunjukkan betapa pentingnya setiap langkah pencegahan dalam menanggulangi permasalahan DBD. 

Langkah-langkah seperti gerakan 3M Plus sangat membantu dalam meminimalkan risiko melalui pengendalian vektor nyamuk. Namun, cara inovatif lain untuk memberikan perlindungan lebih baik juga perlu dipertimbangkan, salah satunya melalui vaksinasi.

"Saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan DBD. Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer). Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan yang komprehensif agar kita dapat terhindar risiko DBD parah dan kematian," kata dia.

Menurutnya, pencegahan inovatif vaksin DBD yang saat ini tersedia di Indonesia diperuntukkan bagi kelompok usia 6 tahun hingga 45 tahun, dapat diberikan terlepas dari paparan DBD sebelumnya, serta dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat. 

Dokter Nunki menambahkan, vaksin DBD adalah salah satu langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan. "Dengan memberikan perlindungan ‘dari dalam’ kepada seluruh anggota keluarga, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dari risiko DBD parah dan perawatan di rumah sakit,” tutur dr Nunki.

Perlu diketahui, Demam Berdarah Dengue atau banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai DBD, merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. 

Virus dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan demam berdarah dengue. Demam dengue biasanya cenderung menimbulkan gejala ringan, ditandai dengan demam secara tiba-tiba dan berbagai gejala yang tidak spesifik, termasuk sakit kepala bagian depan, nyeri retro-orbital, nyeri tubuh, mual dan muntah, nyeri sendi, lemas, dan ruam. 

Sementara Demam Berdarah Dengue biasanya dapat menyebabkan gejala yang berat seperti pendarahan kulit, termasuk yang paling umum terjadi adalah petekie dan purpura, bersama dengan pendarahan gusi, epistaksis, menoragia, dan pendarahan saluran cerna. 

Sementara itu, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan menurut WHO, demam berdarah dengue adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat utama di dunia, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling terdampak. 

Andreas menambahkan, di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD sepanjang tahun. Anak sekolah dan orang dewasa yang bekerja adalah yang paling terpengaruh, dan yang memprihatinkan, DBD adalah penyebab utama kematian anak-anak di Indonesia. 

"Bersama, kita memiliki kekuatan untuk melawan DBD, tetapi kita semua harus mengambil tindakan sekarang. Mari kita tingkatkan kesadaran, perkuat pengendalian nyamuk dengan menerapkan 3M Plus, dan manfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin, sebagaimana direkomendasikan oleh asosiasi medis," katanya.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut