Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pesan Haru Habib Jafar untuk Vidi Aldiano yang Kini Fokus Pemulihan Kanker
Advertisement . Scroll to see content

Waspada Kanker Usus Besar Kolorektal, Sulit Terdeteksi Ini Tanda-Tandanya

Kamis, 01 Desember 2022 - 05:42:00 WIB
Waspada Kanker Usus Besar Kolorektal, Sulit Terdeteksi Ini Tanda-Tandanya
Kanker usus besar atau Kolorektal merupakan salah satu jenis kanker berbahaya yang sulit terdeteksi. (Foto: Tangkapan Layar Webinar)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kanker usus besar atau dikenal dengan nama kanker Kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang sulit terdeteksi. Gejalanya kerap diabaikan penderita. 

Kanker Kolarektal merupakan tumor ganas di usus besar yang ditandai perubahan pola buang air besar secara terus-menerus. Globocan 2020 mencatat hampir 12 persen kejadian baru kanker pada laki-laki dan hampir 6 persen kejadian baru kanker pada perempuan di Indonesia adalah kanker usus besar.

Perlu diketahui, kanker kolorektal menempati urutan keempat tertinggi di Indonesia dengan lebih dari 34.000 kejadian baru sepanjang 2020 di Indonesia.  

Berdasarkan pemantauan, epidemiologi dan hasil akhir (SEER) dari pertama kali kanker kolorektal didiagnosis, rata-rata kesintasan 5 tahun kanker usus besar sebesar 63 persen, sedangkan rata-rata kesintasan 5 tahun kanker rektum sebesar 67 persen.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Profesor Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo mengungkapkan, kejadian kanker kolorektal terus meningkat dan kebanyakan pasien datang ke dokter saat kondisi sudah stadium tinggi.

“Penting bagi masyarakat lebih memahami tentang faktor risiko dan gejala kanker kolorektal dan melakukan deteksi dini agar terhindar dan atau sembuh dari kanker kolorektal,” ujar Profesor Aru Sudoyo, dalam webinar Rabu, (30/11/2022).

Dia menyebutkan terdapat banyak faktor risiko kanker kolorektal yang perlu diwaspadai. Tak hanya karena riwayat keluarga, namun juga kebiasaan diet rendah serat dan tinggi lemak. 

Gejalanya yaitu pendarahan saat buang air besar, kelelahan, dan kelemahan, serta terpapar terhadap polusi udara dan air, khususnya zat karsinogen penyebab kanker.

“Jika faktor risiko kanker kolorektal tersebut merupakan pola hidup yang dijalankan, maka tes skrining di antaranya melalui kolonoskopi. Ini penting dilakukan, khususnya bagi orang berusia di atas 50 tahun,” katanya.

Profesor Aru Sudoyo memaparkan kanker kolorektal biasanya dimulai pertumbuhan seperti kancing di permukaan lapisan usus atau dubur yang disebut polip. Saat kanker tumbuh, dia mulai menyerang dinding usus atau rektum. 

Kelenjar getah bening di dekatnya juga dapat diserang. Sebab darah dari dinding usus dan sebagian besar rektum dibawa ke hati, kanker kolorektal dapat menyebar ke hati setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.

Sebab itu, Profesor Aru Sudoyo mengingatkan tentang pentingnya kewaspadaan terhadap sindrom Lynch dan sindrom poliposis MUTYH. Sindrom Lynch sendiri berasal dari mutasi gen bawaan yang menyebabkan kanker kolorektal pada 70 hingga 80 persen orang dengan mutasi tersebut. 

Orang dengan sindrom Lynch sering berkembang menjadi kanker kolorektal sebelum usia 50 tahun. Mereka juga berisiko lebih tinggi terkena kanker jenis lain, terutama kanker endometrium dan kanker ovarium, tetapi juga kanker perut dan kanker usus kecil, saluran empedu, ginjal dan ureter.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut