Contoh Khutbah Idul Adha 2023, Belajar Berkurban dari Nabi Ibrahim
JAKARTA, iNews.id- Contoh khutbah Idul Adha 2023 yang bisa kamu gunakan saat lebaran. Menjelang perayaan Idul Adha 2023 yang esok hari, inilah saat yang tepat bagi para khatib dan umat Muslim untuk mempersiapkan khutbah yang bermakna dan relevan.
Khutbah pada hari raya Idul Adha dibacakan setelah sholat Idul Adha. Meskipun hukumnya sunnah, namun jamaah dianjurkan untuk tetap mendengarkan khutbah tersebut.
Dilansir dari Rumaysho, inilah Contoh khutbah Idul Adha 2023 karya Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allahu akbar, segala puji bagi-Nya. Semua pujian bagi Allah, Sang Pemberi berbagai nikmat dan karunia.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang membawa syariat yang sama dengan para nabi sebelumnya, yakni ajaran tentang tauhid.
Pada kesempatan kali ini, kita akan memperhatikan kisah Nabi Ibrahim (alaihis salam) mengenai mimpinya untuk menyembelih putranya, Ismail. Kisah ini menjadi dasar ibadah qurban yang kita lakukan saat ini.
Kisah ini terdapat dalam ayat berikut,
Dalam doa lainnya dari Nabi Zakariya ‘alaihis salam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“ROBBI HAB LII MIN LADUNKA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN, INNAKA SAMII’UD DU’AA’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa].” (QS. Ali Imran: 38).
"Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar diberikan keturunan yang shalih, yang dapat memberi manfaat baik dalam kehidupan dunia maupun setelah meninggal dunia.
Dalam doa-doa kita, seharusnya kita memohon kepada Allah agar dikaruniai anak yang shalih, yang menjadi sumber kebahagiaan dan kebanggaan bagi kita. Seperti doa Nabi Zakariya (alaihis salam),
‘Ibadurrahman (hamba Allah Yang Maha Pengasih) pun berdo’a agar dikaruniakan anak yang menjadi penyejuk mata,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“ROBBANAA HAB LANAA MIN AZWAJINAA WA DZURRIYATINAA QURROTA A’YUN WAJ’ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa].” (QS. Al Furqon: 74)
"Apa yang dimaksud dengan anak yang shalih?
Anak yang shalih adalah orang yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Tingkatan kebaikan seseorang yang shalih pun beragam.
Anak yang shalih tidak harus menjadi juara kelas atau mencapai gelar S1, S2, atau S3 dalam pendidikannya. Anak yang shalih adalah anak yang memberikan perhatian pada ibadah kepada Allah, berbakti kepada orang tua, dan menunjukkan sikap akhlak yang baik terhadap sesama.
Tidak ada gunanya jika anak kita sukses dalam belajar ilmu dunia, namun tidak mengenal shalat, kesulitan bangun untuk Shalat Subuh, hanya menguasai bacaan Al-Qur'an hingga tingkatan Iqra' 2, dan berbicara kasar kepada orang tua sendiri, bahkan sering berperilaku buruk terhadap sesama. Orang tua seharusnya mendidik anak bukan hanya untuk mencapai kesuksesan dalam dunia materi, tetapi lebih penting adalah pendidikan anak. Anak yang dididik menjadi shalih adalah amal jariyah yang berharga bagi orang tua di masa depan. Ingatlah dan kecamlah hal ini!
Selanjutnya, Nabi Ibrahim diberikan anugerah seorang anak yang "halim".
Dalam ayat tersebut, apa arti "halim"?
"Halim" mencakup beberapa sifat, antara lain:
Sabar, Berakhlak mulia, Lapang dada dan Memaafkan orang yang berbuat salah padanya.
Doa Nabi Ibrahim untuk memiliki seorang anak yang shalih benar-benar dikabulkan dengan diberikannya Ismail kepada beliau.
Ketika Ismail dewasa, kisah selanjutnya akan dijelaskan.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Ketika Isma'il mencapai usia yang disebut sebagai "sa'ya," yaitu usia di mana anak tersebut sudah mampu bekerja, yaitu tujuh tahun ke atas, Ibrahim sangat mencintainya dan merasa bahwa putranya benar-benar bisa memberikan manfaat. Namun, pada saat Ismail berada pada usia tersebut, Ibrahim menghadapi ujian yang berat.
Ayat ini juga menjadi dalil bahwa penglihatan para nabi dalam mimpi adalah wahyu. Dalam hadits yang mencapai perkataan sahabat Ibnu 'Abbas, disebutkan bahwa "penglihatan para nabi dalam mimpi adalah wahyu." (Syaikh Musthafa Al-'Adawi dalam Tafsir Surat Ash-Shaffaat menyatakan bahwa sanad hadits ini dha'if). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu karena mereka terjaga dari pengaruh setan. Hal ini juga disepakati oleh para ulama. Mimpi selain dari nabi bukanlah wahyu dan tidak bisa dijadikan pegangan. (Majmu'ah Al-Fatawa, 4:30).
Perhatikanlah betapa patuhnya Ismail ketika mendengar mimpi ayahnya untuk menyembelihnya. Dia bersedia bersabar dan mendorong ayahnya untuk bersabar pula.
Mari kita perhatikan Ismail, dia sangat patuh terhadap perintah Allah. Hal ini juga dapat dilihat pada ibunya. Ketika Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di sisi Masjidil Haram, perhatikan apa yang dikatakan oleh istrinya, Sarah, "Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan ini?" Ibrahim menjawab, "Ya." Istrinya berkata, "Jika begitu, Allah tidak akan menelantarkan kita di lembah ini." (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Kubra, 5:98).
Inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi kita, yaitu menjadi patuh, sabar, dan bertawakkal pada Allah. Semoga kita mendapatkan istri dan anak yang patuh pada Allah, sabar, dan sepenuhnya bertawakkal pada-Nya. Dan semoga kita juga menjadi orang yang demikian.
Pelajaran lainnya yang bisa kita ambil adalah setiap orang yang beriman pasti akan diuji. Ujian bagi Nabi Ibrahim adalah perintah untuk menyembelih putranya sendiri. Ini adalah untuk membuktikan apakah cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada istri dan anak.
Setiap orang akan diuji sesuai dengan kualitas imannya. Mush'ab bin Sa'id, seorang tabi'in, berkata bahwa ia bertanya kepada Rasulullah, "Manusia mana yang paling berat ujiannya?" Rasulullah menjawab, "Para nabi, kemudian orang-orang yang setara dengan mereka, dan seterusnya. Seseorang akan diuji sesuai dengan tingkat keimanan yang dimilikinya. Jika keimanan seseorang kuat, ujiannya akan semakin berat. Jika keimanan seseorang lemah, maka ujiannya akan sesuai dengan kualitas keimanannya. Seorang hamba akan terus-menerus menghadapi cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa." (HR. Tirmidzi, no. 2398; Ibnu Majah, no. 4023. Al-Hafizh Abu Thahir menyatakan bahwa hadits ini hasan).
Ketika keduanya telah menyerah dan Ibrahim meletakkan anaknya di atas pelipisnya, tampaklah betapa sabarnya keduanya. Dan Kami memanggil Ibrahim, "Hai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini adalah ujian yang nyata."
Ketika Nabi Ibrahim dan Ismail berserah diri sepenuhnya kepada Allah, mereka menerima dengan ridha keputusan-Nya. Ibrahim kemudian meletakkan Ismail di atas pelipisnya, siap untuk melaksanakan perintah Allah. Pada saat itu, Allah memanggil Ibrahim dan menyatakan bahwa mimpinya benar, dan bahwa mereka berdua akan mendapatkan balasan yang baik karena kebaikan mereka.
Allah menggantikan ujian yang berat dengan pengorbanan yang besar. Ibrahim dan Ismail diselamatkan dari ujian yang berat tersebut. Ibn Rajab mengatakan bahwa ketika kesulitan semakin berat, seorang hamba akan putus asa dan hanya menggantungkan harapannya kepada Allah. Inilah makna tawakkal yang sejati. Tawakkal seperti ini adalah kunci untuk keluar dari kesulitan. Allah telah berjanji untuk memberi cukup kepada siapa saja yang bertawakkal pada-Nya.
Ingatlah ayat, "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (QS. Alam Nasyrah: 5). Ayat ini diulang dua kali untuk menguatkan pesannya. Dalam ayat berikutnya disebutkan bahwa Allah telah menebus anak tersebut dengan pengorbanan yang besar.
Inilah balasan bagi orang yang taat kepada Allah. Mereka akan dijauhkan dari kesulitan dan musibah, dan jalan keluar akan dibukakan dengan mudah. Allah berfirman, "Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan Dia akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak terduga. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah menentukan suatu takdir untuk segala sesuatu" (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Sembelihan yang besar yang disebutkan dalam ayat tersebut umumnya dianggap sebagai seekor kambing jantan.
Kami akan mencatat untuk Ibrahim (pujian yang baik) di antara orang-orang yang datang setelahnya.
Maksud dari ayat ini adalah Allah menjanjikan bahwa pujian yang baik akan terus diperoleh oleh Nabi Ibrahim hingga hari kiamat, ketika orang-orang yang datang setelahnya memuji dan menghormatinya.
Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.
Maksud dari salam yang ditujukan kepada Ibrahim adalah salam dari Allah kepada Nabi Ibrahim (Al-Khalil). Meskipun manusia memberikan pujian kepada Nabi Ibrahim, pujian Allah untuk beliau adalah yang terbaik dan terutama.
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. Ash-Shaaffaat: 99-111)
Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Ayat ini menyatakan bahwa Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Nabi Ibrahim termasuk di antara hamba-hamba Allah yang beriman. Ini adalah balasan bagi Nabi Ibrahim dengan pujian yang terbaik setelah beliau meninggal dunia. Beliau adalah seorang hamba yang benar-benar beriman, bertauhid, dan yakin kepada Allah.
"Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd."
Semoga cerita ini menjadi sebuah kisah yang berharga bagi kita semua. Semoga kita dapat mencontoh Nabi Ibrahim dalam keikhlasan beribadah, kesabaran, ketaatan, dan tawakkal kepada Allah. Dan semoga ibadah kita dalam menyembelih hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha ini dan pada hari-hari tasyrik diterima oleh Allah.
"Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd."
Mari kita tutup khutbah Idul Adha ini dengan doa. Semoga di hari yang penuh berkah ini, setiap doa kita dikabulkan oleh Allah.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Itulah contoh khutbah Idul Adha 2023. Semoga bermanfaat. Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H.
Editor: Komaruddin Bagja