Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Teks Khutbah Jumat 14 November 2025 Paling Bagus, Lengkap dengan Doa Penutup
Advertisement . Scroll to see content

Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat tentang Meraih Haji Mabrur

Kamis, 22 Juni 2023 - 20:44:00 WIB
Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat tentang Meraih Haji Mabrur
Teks Khutbah Jumat tentang meraih haji mabrur yang merupakan harapan tiap muslim yang pergi haji. (Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Jutaan umat Islam saat ini berkumpul di Kota Makkah untuk melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima. Berikut teks khutbah Jumat singkat tentang Meraih Haji Mabrur.

Ibadah haji ini wajib dijalankan bagi tiap Muslim yang mampu baik fisik maupun secara materi. Ibadah haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan amalan-amalan ibadah, antara lain wukuf, mabit, thawaf, sa’i, dan lainnya pada masa tertentu, demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan ridha-Nya.

Ibadah haji dilaksanakan pada bulan haji (Dzulhijjah), tepatnya ketika waktu wukuf di Arafah tiba (9 Dzulhijjah), hari Nah{r (10 Dzulhijjah), dan harihari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

Berikut teks khutbah Jumat singkat tentang meraih haji mabrur dilansir dari naskah khutbah Jumat yang disusun Kemenag.

Khutbah Pertama,

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Hadirin jamaah shalat Jum’at yang insyaallah selalu berada dalam lindungan Allah Swt. Mari kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah Swt, di setiap waktu dan di setiap tempat di mana pun kita berpijak. 

Hanya atas izin dan kehendak-Nya jua, kita mendapatkan berbagai macam nikmat yang tak terhingga dan ternilai harganya, terlebih lagi nikmat iman dan Islam. 

Dengan kedua nikmat inilah, kita hadir di sini dan semoga kita selalu termasuk golongan hamba-Nya yang senantiasa mendapatkan hidayah serta inayah dalam kehidupan sehari-hari hingga akhir hayat dan dalam kehidupan setelahnya. 

Shalawat dan salam juga senantiasa kita lafalkan setiap saat untuk insan terbaik di muka bumi ini, Nabi Muhammad saw., beserta keluarga dan para sahabatnya. Dengan semua petunjuk dan keteladanan yang telah diberikan, kita mampu memahami agama ini dengan benar dan menjadi seorang muslim yang baik. 

Pada kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat pada diri sendiri dan para hadirin sekalian, untuk selalu memperkukuh keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. dalam segala aspek kehidupan, bukan hanya dalam aspek ritual ibadah atau keagamaan. 

Sidang shalat Jum’at yang dirahmati Allah Swt,

Ibadah haji merupakan salah satu kewajiban bagi semua umat Islam yang memiliki kemampuan dalam segala hal yang dibutuhkan. Sebagaimana firman Allah Swt, dalam surah Ali Imran ayat 97.

فِيهِ آياتٌ بَيِّناتٌ مَقامُ إِبْراهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كانَ آمِناً وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ

Artinya: Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam." (QS. Ali Imran: 97)

Kewajiban ini terasa istimewa, karena Rasulullah saw., memberikan kabar terbaik dan terindah bagi umat Islam yang mampu berhaji dan merengkuh predikat haji mabrur melalui sabdanya: “Tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga” (H.R. an-Nasa’i).

Mendapatkan balasan berupa surga tentunya menjadi cita-cita, keinginan, dan harapan semua umat Islam di mana pun berada. Namun, hal ini pastinya tidak semudah membalik telapak tangan. 

Jemaah calon haji harus benar-benar memperhatikan ilmunya agar kelak memiliki potensi meraih predikat haji mabrur.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan bahwa dari sisi bahasa, al-mabrur adalah isim maf’ul dari akar kata al-birru. Al-birru itu artinya kebaikan atau kebajikan. Dengan demikian, alhajjul mabruru artinya haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan. 

Secara istilah, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah, kemudian berdampak pada kebaikan diri, serta bermanfaat bagi orang lain. 

Catatan penting dan perlu dicamkan adalah predikat mabrur ini tidak datang tibatiba atau secara otomatis diberikan, akan tetapi harus diperjuangkan sedari sebelum berangkat haji, saat berhaji, dan setelah pelaksanaan ibadah haji. 

Dimulai dari rutinitas sebelum berangkat haji, maka calon jamaah haji harus melakukan berbagai persiapan yang mendukung pencapaian haji mabrur. Persiapan itu antara lain, memahami ajaran agama Islam dengan baik, termasuk juga manasik hajinya. 

Karena amalan ibadah yang tidak disertai dengan ilmu, akan sia-sia. Kedua, harus dipastikan rezeki yang digunakan untuk berhaji benar-benar dari sumber yang halal. Jangan sampai berangkat ibadah haji menggunakan uang dari perbuatan yang dilarang agama, misal: uang dari korupsi, mencuri, merampok, riba, dan lain-lain.

Ketiga, meningkatkan amal ibadah secara kontinyu, artinya secara terus-menerus dan istikamah meningkatkan amal ibadah wajib dan sunnah semaksimal mungkin.

Berikutnya, pada saat pelaksanaan ibadah haji, maka segala syarat, rukun, dan wajib hajiserta sunnah-sunnahnya juga harus dipahami dengan baik. Termasuk, hal yang terlarang dan harus dijauhi. 

Perlu diingat bahwa melakukan amal perbuatan yang sah secara syar’i selama di Tanah Suci tidak secara otomatis diterima Allah Swt. Namun, jika berkaitan dengan sesuatu itu sah atau tidak, dapat diukur dengan ketentuan fikih haji.

Terakhir, kemabruran setelah berhaji dapat dilihat dari aktivitas seseorang sepulang haji. Setidaknya ada tiga indikator; pertama, kesalihan pribadinya semakin meningkat. Ibadah wajib dan sunnahnya semakin rajin. Intinya hubungan vertikalnya kepada Allah semakin berkualitas. 

Kedua, kualitas hubungan sosial atau horizontal juga semakin positif. Ketiga, aktivitas kesehariannya bermanfaat untuk orang lain di sekitarnya. Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasai mengingatkan:

Ada pendapat yang menyebut bahwa Haji Mabrur merupakan haji yang tidak ada unsur riya, namun selain itu pula ada ulama yang menyebutnya sebagai ibadah yang tidak diiringi dengan kemaksiatan. Kedua pendapat dari ulama tersebut dikategorikan masuk ke dalam pandangan sebelumnya”.

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa haji mabrur bukan sesuatu yang secara otomatis ada dan melekat seketika pulang dari ibadah haji, akan tetapi predikat ini harus diperjuangkan secara sadar dan sungguh-sungguh sejak sebelum, saat, dan setelah melaksanakan haji.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Semoga dengan pesan-pesan di atas, para jemaah calon haji mendapatkan kelancaran dan keberkahan dalam tiap langkah ibadahnya selama di tanah suci Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah

Editor: Kastolani Marzuki

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut