Doa Nabi Muhammad SAW di Thaif Latin & Artinya ketika Dilempari Batu hingga Berdarah
JAKARTA, iNews.id - Doa Nabi Muhammad SAW di Thaif diucapkan ketika mendapat tentangan keras bahkan Rasulullah dilempari batu oleh penduduk Thaif hingga jubahnya berlumuran darah.
Meski demikian, Nabi Muhammad SAW tidak dendam. Bahkan, Rasulullah SAW mendoakan agar penduduk Thaif kelak masuk Islam.
Berikut Doa Nabi Muhammad SAW di Thaif yang membuat para malaikat iba:
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك
Latin: Allahumma ilaika asykuu dho'fa quwwatii, wa qillata hiilatii wa hawaani 'alan naas yaa arhamar raahimiin. Anta rabbal mustadh'afiina wa anta rabbii ilaa man takilunii ilaa ba'iidin yatajahhamunii am ilaa 'aduwwu mallaktuhu amrii in lam yakun bika 'alayya ghadhabun falaa ubaalii wa lakinna 'aafiyatika hiya auw sa'ulii a'uudzu binuuri wajhikal ladzii asyraqat lahudh dhulumaatu wa sholuha 'alaihi amrud dunyaa wal aakhiroti mn an tunzila bii ghadhabika 'alayya sukhtuka lakal 'utbaa hattaa tardhoo walaa haula walaa quwwata illa bika
Artinya: "Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu."
Malaikat Jibril iba menyaksikan Rasulullah itu terluka fisik dan hatinya. Jibril berkata, "Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu."
Para malaikat penjaga gunung itu berkata, "Wahai Muhammad!Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah malaikat penjaga gunung dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan Gunung Akhsyabin ini ke atas mereka."
Nabi dengan lembut berkata kepada Jibril dan malaikat penjaga gunung, "Walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya."
Nabi bahkan berdoa yang artinya, "Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui".
Ujian Kesabaran Nabi SAW
Dikisahkan bahwa kesabaran Nabi Muhammad SAW selalu diuji. Pada awalnya, Nabi SAW mendapatkan ujian harus berpisah dari orang yang begitu berarti dalam hidupnya, yaitu wafatnya sang paman Abu Thalib disusul dengan wafatnya istri tercinta, Siti Khadijah.
Meski dalam keadaan sedih yang mendalam, Nabi Muhammad SAW tetap melanjutkan dakwahnya.
Ujian dan cobaan kembali datang ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Thaif. Nabi Muhammad SAW memperoleh perlakuan kasar, hinaan dan pengusiran, bahkan beliau diserang hingga terluka.
Dalam kondisi seperti itu datanglah Malaikat Jibril. Malaikat Jibril meminta izin kepada Nabi Muhammad SAW untuk menghukum penduduk Thaif yang telah berlaku kejam kepada Nabi. Namun Rasulullah SAW menolak.
Rasulullah SAW justru berdoa agar penduduk Thaif saat itu diberikan hidayah karena apa yang mereka lakukan lantaran ketidaktahuannya akan Islam.
“Allahummahdi qawmî fainnahum laa ya’lamuun”,
Artinya: “Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku ini, karena sesungguhnya mereka tidak tahu.”
Nabi SAW juga tak lupa mendoakan agar keturunan masyarakat Thaif kelak menyembah Allah SWT.
Diselamatkan Seorang Nasrani
Ketika penduduk Thaif menolak dakwahnya, Nabi SAW memutuskan untuk kembali ke Mekah. Sebelum sampai di kota Mekah, Nabi SAW beristirahat sambil membersihkan lukanya di suatu perkebunan anggur milik Uthbah dan Syaibah, anak Rabi’ah.
Setelah Rasulullah Saw sampai di kebun milik Uthbah bin Rabi’ah, kaum penjahat dan para budak yang mengejarnya berhenti dan kembali.
Tetapi tanpa diketahui ternyata beliau sedang diperhatikan oleh dua orang anak Rabi’ah yang sedang berada di dalam kebun. Setelah merasa tenang di bawah naungan pohon anggur itu,
Rasulullah SAW mengangkat kepalanya seraya berdoa. Mendengar doa Rasulullah SAW hati kedua anak lelaki Rabi’ah pemilik kebun itu tergerak. Mereka merasa iba. Mereka memanggil pelayannya yang bernama Addas dan menyuruhnya mengambilkan buah anggur, dan memberikannya kepada Rasulullah.
Ketika Addas meletakkan anggur itu di hadapan Rasulullah SAW dan meminta beliau untuk memakannya, Rasulullah Saw mengulurkan tangannya seraya mengucapkan, “Bismillah.“
Kemudian dimakannya. Addas terkejut mendengar ucapan Rasulullah. Nabi pun menceritakan bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan agama Islam seperti halnya nabi sebelumnya.
Seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah SAW, lalu mencium kepala, kedua tangan dan kedua kaki Nabi. Addas lalu menyatakan diri masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Subhanallah! Begitu mulia sifat Nabi Muhammad SAW meskipun hatinya terluka, namun Nabi Muhammad SAW tidak dendam kepada penduduk Thaif.
Mencari Perlindungan
Kota Thaif terletak di sebelah tenggara kota Mekah. Kota Thaif adalah kota yang sangat bersejarah dalam perkembangan Agama Islam. Jarak kota Thaif sampai Mekah kurang lebih 65 km. Kota Thaif merupakan salah satu kota yang diistimewakan oleh Allah Swt.
Menurut Thabaqat Ibnu Sa’ad, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif terjadi pada Bulan Syawal tahun kesepuluh kenabian bertepatan dengan bulan Mei akhir atau awal Juni tahun 619 Masehi.
Nabi Muhammad SAW pergi ke Thaif ditemani oleh Zaid bin Harisah dengan tujuan untuk mencari perlindungan dan bantuan keluarganya yang ada di Thaif, yaitu Kinanah yang bergelar Abu Jalil, dan Mas’ud yang bergelar Abu Kuhal, serta Habib.
Setelah tiba di Thaif, Nabi Muhammad SAW menuju ke rumah para pemuka Bani Tsaqif yang merupakan orang berkuasa di daerah tersebut.
Kemudian Nabi Muhammad SAW menyampaikan tentang Islam dan mengajak mereka agar beriman kepada Allah. Ada beberapa pendapat tentang berapa lama Nabi SAW berada di Thaif, namun setidaknya antara 10 hingga 15 hari.
Setiap bertemu warga Thaif baik di pasar maupun di tempat lain, Beliau SAW mengenalkan Islam dan mengajak masuk Islam. Sayangnya tak satu pun kabilah di Thaif yang mau menerima ajakan dakwah Nabi SAW malah mendapat penolakan keras dari penduduk Thaif, mulai dari kata-kata yang kasar hingga bentuk-bentuk tindakan kekerasan.
Nabi Muhammad SAW kemudian meninggalkan mereka. Nabi berharap agar berita kedatangannya tidak diketahui kaum Quraisy, tetapi mereka menolak.
Mereka justru mengerahkan kaum penjahat serta para budak untuk menyerang dan melempari Nabi dengan batu. Hal ini mengakibatkan cedera pada kedua kaki Nabi Muhammad Saw. Zaid bin Haritsah pun berusaha keras melindungi beliau, tetapi ia sendiri terluka.
Dihasut Abu Jahal
Ternyata Penduduk Thaif sudah dihasut oleh Abu Jahal untuk tidak mempercayai Nabi Muhammad Saw. Kemudian Nabi Muhammad SAW meninggalkan Thaif untuk menghindari kejaran penduduk dengan kondisi pakaian yang berlumuran darah dan penuh luka.
Dengan demikian hijrah ke Thaif yang bertujuan untuk mendapat bala bantuan dari saudara Nabi dapat dikatakan tidak berhasil.
Penyebab Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Thaif di antaranya adalah karena tekanan kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW kaum kafir Quraisy semakin sering mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad SAW setelah Khadijah dan Abu Thalib wafat, mereka menganggap tidak ada lagi orang yang disegani yang melindungi Nabi.
Kemudian Nabi Muhammad SAW hijrah ke Thaif dengan harapan dapat menyebarkan Agama Islam dengan tenang dan damai. Beliau berharap akan mendapat dukungan dan bantuan dari saudara-saudaranya.
Namun kenyataannya berbeda, beliau justru dihina, diusir, dan dilempari batu hingga terluka oleh penduduk Thaif, hingga Nabi Muhammad Saw. kembali lagi ke Mekah.
Wallahu A'lam
Sumber: Ustaz Ahmad Sarwat MA (Fiqih Siroh Hijrah ke Thaif)
Editor: Kastolani Marzuki