Kumpulan Doa Turun Hujan yang Bisa Diamalkan Muslim Lengkap Latin dan Artinya
JAKARTA, iNews.id - Hujan deras disertai angin kencang dan petir sudah melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Karena itu, masyarakat diimbau selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana banjir maupun longsor.
Muslim pun dianjurkan untuk membaca doa ketika turun hujan deras agar hujan yang merupakan karunia Allah tidak menjadi malapetaka atau bencana.
Berikut doa turun hujan agar segera reda dan tidak mengakibatkan banjir sesuai sunah Nabi SAW:
1. Doa Nabi SAW ketika hujan deras
اللَّهمَّ حوالَيْنَا ولا عَلَينَا، اللَّهُمَّ علَى الآكَامِ والظِّرَابِ، وبُطونِ الأوديةِ ومنَابِتِ الشَّجَر
Allahumma hawwa alaina wlaa 'alaina allahumma 'alalakaami wadhdhorobi wabuthuunil audiyati wamanabitisy syajaroti.
Artinya: Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Yaa, Allah, Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan". (HR Bukhari).
2. Doa Nabi SAW saat Hujan Disertai Angin
Dari Siti Aisyah radhiallahu anha bahwa Rasulullah SAW berdoa ketika terjadi angin kencang:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
Allahumma Ibnu asaluka khoiroha wakhoiro mas fiiha wa khoiro mas arsilat biji wa 'audzubika min syarriha wasyarri mas fiiha wasyarri mas ursilat bihii.
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.” (HR. Muslim 2122).
3. Doa Minta Hujan Bermanfaat
اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
Allahumma shoyyiban naafi’an
Artinya: "Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat". (HR. Bukhari no. 1032)
4. Doa hujan deras disertai petir
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Subhaanalladzi yusabbihur ra’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatihi
“Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepadaNya".
Hujan Itu Rahmat
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۚ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًاۙ
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih" (QS. Surat Al Furqan: 48)
Hujan yang diturunkan Allah SWT dari atas langit itu untuk menghidupkan negeri (tanah) yang mati, dan memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.
Namun, hujan yang diberikan itu agar manusia bisa mengambil pelajaran atas kekuasaan dan kemurahan Allah, namun kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).
Ibnu Katsir menerangkan, ayat tersebut menggambarkan kemampuan Allah Yang Mahasempurna dan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, yaitu bahwa Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira akan datangnya awan sesudahnya.
Angin itu bermacam-macam sifat dan karakteristiknya; di antaranya ada angin yang membuyarkan awan, ada yang membawanya, ada yang menggiringnya, ada angin yang bertiup sebelum kedatangan awan yang membawa kabar gembira, ada angin yang kencang yang menyapu bumi, ada pula angin yang membuahi awan agar menurunkan hujannya.
Setelah datang kepadanya kehidupan (air hujan), maka tanah itu menjadi hidup dan dipenuhi oleh tetumbuhan yang memiliki bunga-bungaan yang beraneka warna.
Allah SWT yang menggilir hujan di suatu kawasan, sedangkan di lain kawasan tidak Kami turunkan. Allah sengaja memperbuat demikian karena mempunyai alasan dan hikmah yang hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya.
Ibnu Abbas dan Ibnu Masud ra mengatakan, tiadalah suatu tahun mempunyai hujan yang lebih banyak daripada tahun yang lain, tetapi Allah-lah yang mempergilirkannya menurut apa yang dikehendaki-Nya.
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ فَأَصَابَنَا مَطَرٌ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَصَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَقَالَ أَتَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَقَالَ قَالَ اللَّهُ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِي فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَبِرِزْقِ اللَّهِ وَبِفَضْلِ اللَّهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَجْمِ كَذَا فَهُوَ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ كَافِرٌ بِي
Dari Zaid bin Khalid radliallahu anhu ia berkata; "Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saat perang Hudaibiyyah, suatu malam hujan turun. Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh, beliau menghadapkan wajahnya kepada orang-orang seraya bersabda: "Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?". Para sahabat menjawab; "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Allah berfirman: "Di pagi ini ada hamba-hambaKu yang mukmin kepadaKu dan ada pula yang kafir kepadaKu. Orang yang berkata; "Hujan turun karena karunia Allah dan rahmatNya, berarti dia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang, sedangkan orang yang berkata; "Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah beriman kepada bintang-bintang dan kafir kepadaKu." (HR. Bukhari)
Editor: Kastolani Marzuki