Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Teks Khutbah Jumat 29 Agustus 2025 tentang Bersuka Cita Sambut Maulid Nabi
Advertisement . Scroll to see content

Khutbah Jumat Bulan Syawal 2022 tentang Hikmah Puasa Ramadhan

Kamis, 12 Mei 2022 - 20:10:00 WIB
Khutbah Jumat Bulan Syawal 2022 tentang Hikmah Puasa Ramadhan
Khutbah Jumat Bulan Syawal 2022 tentang hikmah Puasa Ramadhan. (Foto: Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Khutbah Jumat Bulan Syawal 2022 tentang hikmah Puasa Ramadhan. Bulan Syawal merupakan bulan untuk meningkatkan ketakwaan sekaligus mengimplementasikan nilai-nilai puasa Ramadhan yang telah dijalani.

Di bulan Syawal ini, Muslim dianjurkan untuk semakin meningkatkan ibadah serta amalan kepada Allah SWT setelah selama sebulan digembleng menjalankan puasa dan sholat malam. 

Karena itu, di Bulan Syawal ini Muslim dituntut istikamah atas apa yang telah dilakoni selama Ramadhan. Disiplin waktu baik saat imsak maupun berbuka puasa di Bulan Ramadhan harus terus ditularkan di bulan ini dan bulan berikutnya. 

Bulan Syawal juga menjadi tolok ukur tanda ketakwaan dan meningkatnya iman seseorang. Sebab, biasanya selepas puasa Ramadhan, ibadah dan ketakwaan seseorang kendur. 

Berikut teks khutbah Jumat Bulan Syawal 2022 tentang Hikmah Puasa Ramadhan dilansir dari laman dakwahnu.id.

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (التوبة: ٣٦)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.  

Sebagai muslim sejati, tentu sedih  karena telah ditinggalkan Bulan Ramadhan yakni bulan yang penuh dengan kemuliaan, bulan yang penuh dengan ampunan, bulan yang penuh dengan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tetapi itulah siklus kehidupan. 

Walaupun Ramadhan telah berlalu, hendaknya kita menjaga spirit yang diajarkan di dalam bulan mulai ini ketika kita berada di luar bulan Ramadan.

Setidaknya dalam ramadan ini ada tiga hal pokok yang telah kita dapatkan. Hikmah ataupun tujuan kita menjalankan ibadah, khususnya menjalankan puasa di dalam bulan Ramadhan. 

Adapun hal yang pertama adalah sebagaimana tujuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan untuk menjalankan rukun Islam yang keempat ini agar menjadi hamba-hamba yang bertaqwa. Hamba yang senantiasa mengabdikan dirinya kepada sang Pencipta langit dan bumi, hamba Sang Maha Kasih dan Sayang yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. sebagaimana tertuang dalam firman-Nya di dalam QS: Al-Baqarah:183 yang berbunyi :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS:Al-Baqarah:183).

Takwa di sini bukan hanya sebagai label atau kata belaka, melainkan diperintahkan untuk benar-benarr mengamalkannya. Semula makan dan minum yang menjadi barang mubah, di dalam Ramadhan diperintahkan untuk menahannya dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Tidak hanya itu, syahwat yang secara sah dapat lampiaskan kepada pasangan kita, saat melaksanakan Ramadhan juga diperintahkan untuk membendungnya. 

Semua itu tidak lain adalah ujiuan bagi kita, apakah kita akan mentaati perintah-Nya ataukah justru mengabaikan perintah-perintah-Nya.

Ma‘aasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullaah,

Hal kedua yang didapatkan di bulan Ramadhan adalah merasakan bagaimana rasa kelaparan juga kehausan sebagaimana yang dirasakan sebagian saudara kita. 

Mereka orang-orang yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu WaTa’ala menjadi orang-orang yang kurang beruntung secara finansial. Dengan merasakan hal yang sama yang mereka rasakan kita diajak untuk menjadi pribadi yang peduli, pribadi yang peka. Bukan hanya peka secara spiritual, tapi juga peka secara sosial dan emosional.

Lapar dan haus yang kita rasakan, setidaknya itu akan berakhir tatkala azan magrib berkumandang, namun bagaimana dengan mereka ? yang benar-benar tidak memiliki sesuatu yang dapat mengganjal perut mereka saat kelaparan, yang tidak dapat mengepulkan asap dapur saat anak-anak mereka merengek karena perut yang melilit akibat kosong tiada sesuatu yang dicerna. 

الجُوْعُ الّذِي يَمُرُّ بِهِ الصَّائِمُ وَقْتُهُ مَعْلُوْمٌ

أَمَّا الْجُوْعُ الّذي يَمُرُّ بِهِ الْفَقِيْرُ فَوَقْتُهُ مَجْهُوْلٌ

“Lapar yang dirasakan oleh orang puasa itu waktunya diketahui

Sedangkan lapar yang dirasakan oleh orang fakir itu waktunya tak terbatas”.

Islam bukan hanya mengajak kita untuk turut sekedar merasakan, tapi juga memberikan solusi untuk mengentaskan kemiskinan atau setidaknya mengurangi beban mereka para fakir-miskin Yaitu dengan cara berzakat. Maka kita harus benar-benar mengingat, ketika Allah SubhanahuWaTa’alamemberikan kelebihan harta kepada kita, disana ada hak-hak fakir-miskin yang harus kita tunaikan. Sehingga kita bisa menjadi pribadi yang tidak sekedar berpredikat sholeh spiritual tetapi juga sholeh secara sosial.

Ma‘aasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullaah,

Hal ketiga adalah kita diajak untuk bersyukur dengan situasi saat ini yang tengah kita rasakan bersama. Di masa pandemi tahun kedua ini, kita diberikan keleluasaan untuk melaksanakan ibadah selama bulan ramadan, walaupun itu tetap dijalankan dengan menerapkan protokoler kesehatan, setidaknya kita bisa secara maksimal melangsungkan ibadah di masjid-masjid dan mushala. 

Melaksanakan shalat fardhu berjamaah, sholat tarawih bersama, juga beberapa ibadah lain yang dapat kita lakukan di bulan ramadan. Situasi saat ini tentu sangat jauh berbeda jika kita bandingkan dengan situasi setahun yang lalu, karena wabah covid 19 yang semakin tak terkendali, akhirnya pemerintah terpaksa mengeluarkan larangan untuk beribadah di masjid ataupun musholla, saat ini tidak demikian. Namun bukan berarti kita sudah terbebas sebebas-bebasnya tanpa memperhatikan protoler kesehatan yang ada.

Rasa syukur juga patut senantiasa kita ucapkan. Di negeri kita tercinta Indonesia ini, kita bebas untuk menjelankan ritual peribadatan di dalam ramadan. Ketika kita menengok saudara-saurada muslim kita di Palestina, mereka dibatasi, bahkan dipukul dan dipaksa tidak boleh beribadah walaupun di masjid mereka sendiri, yaitu di Masjidil Aqsha.

Kita doakan agar suadara-saudara kita yang berada di Palestina, segera mendapatkan kebebasan sebagaimana kita muslim yang ada di Indonesia. Dari sana kita dapat belajar bahwa kedamaian sebuah negara  merupakan hal pokok yang harus kita jaga. Karena adanya kedamaian ini kita dapat merasakan keamanan dan kenyamanan. Aman saat kita bekerja, nyaman saat anak-anak kita belajar, aman dan nyaman saat kita melaksanakan ibadah.   

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ

Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita sebagai pribadi yang bermanfaat, pribadi yang selalu peduli kepada sesama, juga menjadi pribadi yang taqwa dengan sebenar-benarnya taqwa. Sehingga nanti Allah akan mengumpulkan kita bersama keluarga kita masuk dalam surga Nya Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamin.

Wallahu A'lam.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut