Khutbah Jumat Para Kyai
 
                 
                JAKARTA, iNews.id - Khutbah Jumat para kyai berikut ini membahas tentang akhlak sebagai kunci meraih surga. Salah satu ciri orang yang beriman dan bertakwa adalah baik akhlaknya.
Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah SAW oleh Allah SWT yakni untuk memperbaiki akhlak manusia.
 
                                Karena itu, sebagai Muslim sudah seharusnya meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad SAW agar bisa meraih surga.
Berikut khutbah Jumat para kyai dikutip dari laman dakwahnu.id yang ditulis Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.
 
                                        اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) (آل عمران: 133-134)
 
                                        Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa taala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.
Dalam kesempatan khutbah pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema: “Raih Surga dengan Akhlak Mulia”.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Kemuliaan akhlak adalah salah satu sifat para nabi, para wali dan orang-orang shalih. Dengan kemuliaan akhlak, keluhuran derajat diperoleh dan surga tertinggi diraih. Allah subhanahu wa taala memuji Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai insan yang berakhlak agung dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم: 4)
Maknanya: “Sesungguhnya engkau wahai Muhammad benar-benar berakhlak yang agung” (QS al-Qalam: 4).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan balasan bagi orang yang berakhlak mulia kelak di kehidupan akhirat dalam sabdanya;
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ (رَوَاهُ أَبُو داودَ)
Maknanya: “Aku adalah penjamin istana di surga bagian bawah bagi orang yang meninggalkan perdebatan (yang tidak ada manfaatnya) meskipun ia benar, dan dengan istana di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, serta istana di surga yang paling tinggi bagi orang yang berakhlak mulia” (HR Abu Dawud)
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Akhlak mulia mengandung tiga makna sekaligus yang tidak terpisahkan satu sama lain. Pertama, berbuat baik kepada semua orang, kepada siapa pun tanpa pandang bulu, tanpa berharap balasan dan imbalan apa pun dari orang yang kita perlakukan dengan baik.
Kita berbuat baik kepada seseorang bukan dengan niat supaya orang itu membalas kebaikan kita. Atau dengan niat agar orang itu juga memperlakukan kita dengan baik. Tidak. Kita berbuat baik kepada orang lain semata-mata dilandasi niat ingin menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, ini hal biasa.
Hampir semua orang mampu melakukannya. Akan tetapi berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepada kita, ini baru luar biasa. Sangat sedikit yang mampu melakukannya. Dan inilah yang disebut dengan kemuliaan akhlak.
Kedua, bersabar atas perlakukan buruk orang lain.
Ketiga, menahan diri untuk tidak berbuat buruk kepada orang lain.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Akhlak yang mulia adalah sebab tersebarnya kasih sayang dan saling cinta di kalangan masyarakat. Sebaliknya akhlak yang buruk biasanya melahirkan saling benci, saling hasud dan saling dengki.
Untuk mencapai derajat sebagai orang yang berakhlak mulia dibutuhkan perjuangan yang berat dan terus menerus melawan hawa nafsu. Ditambah lagi dengan perjuangan yang berat dan tiada henti melawan godaan setan.
Oleh karena itulah, seseorang yang berakhlak mulia disejajarkan derajatnya oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan orang yang selalu menghidupkan malam dengan shalat-shalat malam dan berpuasa penuh sepanjang tahun kecuali lima hari yang diharamkan. Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menegaskan:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ (رواه أبو داود)
Maknanya: “Sungguh, dengan kemuliaan akhlak, seorang Mukmin akan mencapai derajat orang yang berpuasa sepanjang tahun (kecuali lima hari yang diharamkan) dan mendirikan shalat malam sepanjang tahun” (HR Abu Dawud)
Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggolongkan kemuliaan akhlak sebagai tanda kesempurnaan iman dalam sabdanya:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمذي)
Maknanya: “Seorang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR at-Tirmidzi)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki