JAKARTA, iNews.id - Ada kisah menarik dalam peristiwa Isra Miraj ketika Nabi Musa protes kepada Nabi Muhammad mendapat perintah sholat 50 waktu.
Peristiwa Isra Miraj itu terjadi pada 27 Rajab. Tahun ini, Isra Miraj 2024 diperingati pada hari Kamis, 8 Februari 2024.
9 Manfaat Menjaga Pandangan, Kaum Muslim Wajib Tahu!
Kata Isra berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan malam, sedangkan menurut istilah Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad Saw. pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha atau Baitul Maqdis di Palestina.
Mi’raj berarti naik atau menuju keatas, menurut istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad Saw. dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke al Arsy (Sidrotul Munthaha) untuk menghadap Allah Swt. Isra’ Mi’raj adalah pertolongan dari Allah SWT untuk Nabi yang mulia ini. Lantas bagaimana kisah perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW? Berikut ulasan lengkapnya.
Kapan Isra Miraj 2024 Diperingati? Catat Tanggal dan Amalannya
Peristiwa Isra Mi'raj terjadi pada malam ke-27 Rajab dari tahun ke-10 masa kenabian. Ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba Jibril mendatangi Nabi SAW dengan membawa Buraq yang dapat berlari kencang laksana kilat.
Lalu Jibril menaikkan Nabi SAW di atas Buraq ini yang kemudian dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang agung. Muslim wajib mengimani peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang telah disebutkan dalam Al Quran, Surat Al Isra ayat 1. Allah SWT berfirman:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Latin: Subḥaanalladii asraa bi'abdihii lailam minal-masjidil-ḥaraami ilal masjidil aqshalladzii baaraknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatinaa, innahuu huwas samii'ul bashiiir
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al Isra:1).
Para ulama hadits menyatakan bahwa Rasulullah SAW menjalani Isra-nya dalam keadaan terjaga, bukan dalam keadaan tidur (mimpi), yaitu dari Mekah ke Baitul Maqdis dengan mengendarai Buraq.
Dikutip dari Buku Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah Aliyah kelas X terbitan Kemenag, perjalanan Isra Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril menuju Masjidil Aqsha di Palestina diawali dengan singgah di lima tempat.
Setelah menjadi imam shalat di Masjid Al Aqsa, Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menuju Sidratil muntaha untuk menghadap Allah Swt. Setelah melewati ke tujuh lapis langit tersebut Rasulullah Saw diajak ke Baitul Makmur tempat para malaikat melaksanakan thawaf.
Kisah Isra Miraj: Protes Nabi Musa ketika Nabi Muhammad Dapat Perintah Sholat 50 Waktu
Ulama kharismatik NU, KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam kajiannya tentang peristiwa Isra M'raj menjelaskan, berdasarkan kitab Fathul Barri karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan, bahwa Nabi Musa as tidak ikhlas ketika mengetahui Nabi Muhammad SAW mendapat perintah shalat 50 kali (waktu).
"Umatku (Bani Israil) saja yang gagah-gagah saja tidak kuat, apalagi umatmu Muhammad," kata Nabi Musa.
Lantas, Nabi Muhammad kembali menghadap Allah untuk meminta keringanan dan dikabulkan menjadi 45 rakaat. Nabi Musa kembali meminta Rasulullah SAW untuk kembali menghadap Allah agar dikurangi hingga sampai 9 kali Nabi SAW menghadap Allah.
"Ini barokah protesnya Nabi Musa, perintah sholat 50 waktu jadi 5 waktu," kata Gus Baha.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Isra ayat 1 diterangkan, ketika Rasulullah Saw naik menuju sidratil munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat Jibril tidak ikut serta. Kemudian Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Allah Swt, dalam pertemuan tersebut Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 waktu setiap hari.
Setelah itu, Nabi SAW turun hingga ke tempat Nabi Musa di langit keenam. Nabi Musa kemudian bertanya kepada Nabi SAW, 'Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?' Nabi SAW menjawab, "50 kali salat untuk setiap harinya.'
Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah menguji mereka.'
Rasulullah saw kemudian kembali menemui Allah SWT dan memohon keringanan, 'Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.' Maka Allah meringankan 5 waktu kepadaku.
Lalu, Nabi SAW kembali menemui Nabi Musa dan dia bertanya, 'Apakah yang telah kamu lakukan?' Nabi SAW menjawab, 'Allah telah meringankan lima waktu kepadaku.' Nabi Musa bertanya, 'Sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal tersebut, maka kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu kepada-Nya.'
Rasulullah SAW diceritakan dalam hadits sampai 9 kali bolak-balik menemui Allah SWT untuk meminta keringanan shalat. Hingga akhirnya Allah berfirman, 'Hai Muhammad, salat lima waktu itu untuk tiap sehari semalam; pada setiap salat berpahala sepuluh salat, maka itulah lima puluh kali salat. Dan barang siapa yang berniat untuk melakukan kebaikan, kemudian ternyata ia tidak melakukannya dituliskan untuknya pahala satu kebaikan. Dan jika ternyata ia melakukannya, dituliskan baginva pahala sepuluh kali kebaikan.
Dan barang siapa yang berniat melakukan keburukan, lalu ia tidak mengerjakannya maka tidak dituliskan dosanya. Dan jika ia mengerjakannya maka dituliskan baginya dosa satu keburukan.'
Setelah itu, Nabi SAW kembali menemui Nabi Musa, lalu aku ceritakan hal itu kepadanya. Nabi Musa kembali berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah kepada-Nya keringanan buat umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan kuat melaksanakannya.
Namun, Nabi SAW menjawab, 'Aku telah mondar-mandir kepada Rabbku hingga 9 kali sampai aku malu terhadap-Nya.'" (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim; dan lafal hadis ini berdasarkan Imam Muslim).
Editor: Kastolani Marzuki
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku