Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 50 Kata-kata Bijak Ali bin Abi Thalib, Bisa Jadi Motivasi dalam Hidup
Advertisement . Scroll to see content

Latar Belakang Munculnya Khulafaur Rasyidin dan Kisah Para Khalifahnya

Senin, 08 Januari 2024 - 21:31:00 WIB
Latar Belakang Munculnya Khulafaur Rasyidin dan Kisah Para Khalifahnya
Latar Belakang Munculnya Khulafaur Rasyidin (Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Latar belakang munculnya Khulafaur Rasyidin selalu menarik untuk diperbincangkan. Khulafaur Rasyidin menjadi pengalaman pertama Islam tanpa kepemimpinan Nabi Muhammad selama 29 tahun.

Saat itu, terdapat 4 khalifah yang memimpin kerajaan Islam, yakni Abu Bakar, Umar bin Khattan, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib

Masa jabatan mereka dimulai dengan wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, ketika Abu Bakar mengambil gelar Khalifah dan berakhir dengan pembunuhan Khalifah Ali pada tahun 661 M.

Lalu, bagaimana asal mula Khulafaur Rasyidin berdiri? Simak ulasannya berikut ini.

Latar Belakang Munculnya Khulafaur Rasyidin

Dilansir dari laman Britannica, Senin (8/1/2024), kekosongan kepemimpinan menyelimuti umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada awal abad ke-7 Masehi. 

Masa ketidakpastian tersebut diwarnai dengan dilema mempertahankan fondasi ajaran Islam yang baru mapan, sekaligus menghadapi tantangan internal maupun eksternal. 

Di sisi lain, Nabi Muhammad tidak menunjuk ahli waris untuk jabatannya, sehingga kondisi Islam cukup mengkhawatirkan saat itu. Beberapa orang bahkan memilih untuk murtad atau keluar dari agama Islam sepeninggal Nabi Muhammad.

Tak hanya itu, banyak orang juga mulai mengklaim gelar nabi. Namun bagi para sahabat yang telah diberi tahu bahwa Muhammad adalah nabi terakhir di muka bumi, kemunculan orang-orang tersebut tidak berpengaruh terhadap keimanannya.

Dari situlah, lahir sistem kepemimpinan yang dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin. Terdapat empat sosok sahabat Nabi Muhammad SAW yang memegang tampuk kepemimpinan dan meletakkan fondasi kokoh bagi peradaban Islam awal. 

Mereka dianggap baik dalam kehidupan pribadi maupun publik, kemudian dianggap sebagai norma (Sunnah) bagi para penerusnya.  Dengan demikian, Khulafaur Rasyidin mengemban semua tugas Nabi Muhammad kecuali tugas kenabian.

Namun, mereka bertindak sebagai imam sholat di masjid, khatib, memimpin pemerintahan, dan umara mu’minin atau panglima orang beriman. Semasa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, negara Islam mengalami perluasan di luar Arab hingga ke Irak, Suriah, Palestina, Mesir, Iran, dan Armenia dan, bersamaan dengan itu, berkembangnya kelas elit tentara Arab.  

Khulafaur Rasyidin juga bertanggung jawab atas penerapan kalender Islam, yang berasal dari hijrah Muhammad (Hijrah) dari Mekah ke Madinah (622), dan pembentukan sistem pembacaan Al-Quran yang otoritatif.

Para Khalifah 

Khalifah Abu Bakar (memerintah 632-634 M)

Dikutip dari situs World History, Abu Bakar, yang merupakan orang kepercayaan Nabi Muhammad dan laki-laki pertama yang masuk Islam mendapat dukungan mayoritas umat Islam (Muslim Sunni) untuk mengambil gelar Khalifah (Khalifah) sepeninggal Nabi Muhammad. 

Setelah terpilih, Abu Bakar menunjukkan kemampuannya untuk memerangi orang-orang murtad sepeninggal Nabi, yang dikenal dengan istilah Perang Ridda.

Pada akhir Perang Ridda, seluruh Jazirah Arab bersatu di bawah panji Islam, dan karena hal ini, Abu Bakar disebut sebagai pendiri Islam kedua. Ia lalu memperluas wilayah Islam sampai ke Bizantium hingga akhirnya meninggal dunia.

Khalifah Umar bin Khattab (memerintah 634-644 M)

Abu Bakar mendapat dukungan dari banyak orang berpengaruh;  salah satu dari orang-orang tersebut adalah Umar bin Khattab, sahabat Nabi Muhammad, yang dikenal karena sifatnya yang berapi-api dan pendiriannya yang teguh terhadap keadilan. Abu Bakar lebih memilih dia sebagai penerusnya dan menjadi khalifah berikutnya.

Selama sepuluh tahun pemerintahannya, Umar mempertahankan kekuasaannya dengan ketat. Ia memperkenalkan diwan, yang merupakan sebuah birokrasi primitif untuk bertanggung jawab membayar gaji dan pensiun para prajurit. 

Umar juga melindungi penduduk lokal yang baru ditaklukkan dari penjarahan yang dilakukan oleh pasukannya dengan memisahkan angkatan bersenjata dari penduduk lainnya di kota-kota garnisun seperti Fustat di Mesir; dan Kufah dan Basra di Irak. Ia memperkenalkan banyak reformasi dan institusi yang belum pernah dialami oleh orang-orang Arab sebelumnya, seperti kepolisian, pengadilan, dan parlemen, dan bahkan memperkenalkan kalender Islam atau Hijriah.

Namun dari semua kualitas yang dimilikinya, tidak ada yang lebih terpuji selain kesalehan dan kecintaannya pada keadilan, yang membuatnya mendapatkan gelar Faruq atau orang yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Lalu pada tahun 661 M, Umar dibunuh, sebagai tindakan balas dendam, oleh seorang budak Persia bernama Lu'lu pada tahun 634 M, yang dipermalukan oleh kekalahan Persia.

Khalifah Utsman bin Affan (memerintah 644-656 M)

Di saat nafas terakhirnya, Umar menunjuk sebuah komite yang terdiri dari enam anggota untuk memilih penggantinya. Mereka mempersempit pilihan menjadi dua orang, yakni Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Akhirnya, Utsman terpilih sebagai penggantinya. Ia berasal dari marga Umayyah yang kaya dan merupakan teman dekat Muhammad serta menikah dengan dua putri Nabi dan ia juga dianugerahi gelar Ghani atau dermawan atas tindakan amalnya.  

Masa pemerintahan Utsman berhasil mengkonsolidasikan wilayah-wilayah Mesir dan menggagalkan upaya perebutan Bizantium kembali. Namun, terlepas dari keberhasilannya, Utsman dianggap terus-menerus membebani bangsa Arab karena biaya perang.

Harga-harga meningkat dan permasalahan sosio-ekonomi lainnya muncul, sehingga membuat marah masyarakat umum. Terlebih lagi, Utsman disalahkan karena mengangkat sanak saudaranya sendiri (dari klan Umayyah) ke posisi-posisi penting dan ia juga dituduh melakukan penistaan agama (sebuah tuduhan yang terbukti salah setelah kematiannya).  

Popularitasnya yang menurun, dan penolakannya untuk menggunakan kekuatan militer untuk menumpas orang-orang yang mulai memberontak terhadapnya (yang bisa saja ia lakukan dengan mudah) dengan dalih bahwa ia tidak akan menumpahkan darah umat Islam, akhirnya menyebabkan kematiannya.

Khalifah Ali bin Abi Thalib (memerintah 656-661 M)

Ali bin Abi Thalib akhirnya ditunjuk menggantikan Utsman bin Affan. Namun, Muawiya bersama banyak tokoh Muslim lainnya menyatakan pemberontakan terbuka atau perang saudara pertama kerajaan Islam, pada 656-661 M.

Setelah banyaknya konflik internal yang terjadi, Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh Ibnu Muljam, kelompok khawarij di bulan suci Ramadan atau tepatnya pada tanggal 17 Ramadan tahun ke-40 Hijriah atau 661 M.

Latar belakang munculnya Khulafaur Rasyidin cukup jelas bukan? Semoga menginspirasi dan menambah keimanan kita.

Editor: Komaruddin Bagja

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut