Mukjizat Nabi Nuh, Buat Kapal Besar hingga Namanya Dipuji Semua Makhluk
JAKARTA, iNews.id - Mukjizat Nabi Nuh alaihisalam (as) yang paling dikenal yakni membuat kapal besar atau bahtera berukuran 200 meter bertingkat tiga. Selain itu, mukjizat Nabi Nuh as lainnya memiliki ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam berdakwah selama 950 tahun.
Ketabahan Nabi Nuh as tersebut mengantarkannya mendapat gelar Ulul Azmi yakni gelar khusus bagi Nabi dan Rasul pilihan karena kesabaran dan ketabahannya dalam mengajak kaumnya beriman kepada Allah SWT.
Ada lima nabi bergelar ulul azmi, yakni Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Nuh as, Nabi Isa as, dan Muhammad SAW.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan Nabi Nuh as tinggal di kalangan kaumnya selama 950 tahun. Dalam kurun waktu yang lama sekali Nabi Nuh as menyeru mereka dan semakin keras pula kedustaan kaumnya terhadap dirinya.
Mukjizat lain Nabi Nuh as yakni namanya diabadikan dan dipuji semua nabi dan makhluk atas ketabahannya tersebut.
Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman:
{وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ}
Dan Kami abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Ash-Shaffat: 78)
Ibnu Abbas ra mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sebutan yang baik. Mujahid mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebutan yang baik di kalangan semua nabi. Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa Allah mengabdikan bagi Nuh as pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian.
Mukjizat Nabi Nuh as berikutnya yakni memiliki baju mujahidin dan surban kemenangan serta ikat pinggang bernama saiful azmi yang dibrikan langsung Malaikat Jibril as.
Ketika itu, Nabi Nuh as berusia 480 tahun datanglah malaikat Jibril Alaihis Salam. Jibril lalu berkata: “Saya utusan Tuhan semesta alam. Saya datang padamu membawa risalah. Sungguh Allah telah mengutusmu untuk umatmu..'
Lalu jibril berkata pada Nuh as: “Berilah peringatan pada musuh Allah yang bernama Darmasyil Bin Fumail Bin Jij Bin Qabil Bin Adam.”
Nabi Nuh merupakan putra Lamak Bin Matusyalkho Bin Idris Alaihis Salam. Imam Kisa'i dalam Kitab Bada’i Izzuhur mengatakan, nama Nabi Nuh adalah Abdul Ghaffar atau Yasykur dan sebab terjadinya dinamakan Nuh yaitu diceritakan bahwa ia melihat anjing mempunyai empat mata lalu Nuh berkata: anjing ini sangat jelek menjijikkan.
Setelah ingat kata-kata tadi, Abdul Ghaffar terus menangis. Dia menangisi kesalahan dan dosanya. Karena seringnya dia menangis maka dinamakanlah dia Nuh (menangis).
Nabi Nuh AS diutus oleh Allah untuk kaumnya di kawasan Sungai Eufrat dan Tigris. Di wilayah itu, ada raja zalim bernama Darmasyil. Dia adalah manusia yang pertama kali memeras arak dan meminumnya, juga orang yang pertama kali bermain judi, juga orang pertama kali yang membuat baju dengan dihiasi emas.
Dia dan kaumnya adalah penyembah lima berhala, yaitu wad, siwa', yaghus,ya'uq dan nasr. Berhala-berhala itu sudah disebutkan dalam Al qur'an.
Konon berhala-berhala ini dikelilingi 1.700 berhala. Pada berhala itu dibuatkan rumah yang terbuat dari marmer yang berwarna-warni. Di setiap satu rumah panjangnya 1000 dziro',begitu juga lebarnya.
Berhala-berhala itu ada kursi-kursi yang terbuat dari emas yg di dalamnya terdapat bermacam-macam perhiasan yang megah serta ada pelayan yang melayaninya pada siang malam,dan juga mempunyai hari raya yang diperingati setiap tahunnya.
Pada hari raya itu Nuh keluar,dan mereka pada menyalakan api disekitar berhala-berhala itu mempersembahkan kurban lalu mereka semua bersujud memulyakan berhala-berhala tadi. Mereka semua membawa alat-alat musik,menabuh gong dan menari-nari berpesta ria sambil meminum arak dan berpesta seks.
Namun, peringatan dan ajakan Nabi Nuh as tersebut tidak digubris sang raja dan rakyatnya. Nuh kemudian mengadukan masalah yang dihadapinya kepada Allah SWT sebagaimana yang termaktub dalam Alquran.
{وَلَقَدْ نَادَانَا نُوحٌ فَلَنِعْمَ الْمُجِيبُونَ}
Artinya: Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami, maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). (Ash-Shaffat: 75).
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارًاۙ
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا
Artinya: Nuh berkata, " Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS. Surat Nuh: 5-6).
وَقَالَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْاَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ دَيَّارًا
اِنَّكَ اِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوْا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوْٓا اِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا
Artinya: Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (QS. Nuh: 26-27)
Maka Allah memperkenankan doanya dan membinasakan semua manusia yang ada di muka bumi dari kalangan orang-orang kafir hingga anak Nuh sendiri yang memisahkan diri dari ayahnya dan bergabung dengan kaumnya dalam kekafiran.
Sebelum datang azab berupa banjir besar, Nabi Nuh diperintahkan oleh Allah SWT untuk membuat bahtera besar tiga lantai dengan panjang 200 meter. Nuh bersama para pengikutnya yang beriman membuat perahu besar di sebuah gurun. Aksi Nabi Nuh tersebut menjadi bahan olok-olokan kaumnya.
Hingga suatu hari, badai itu datang. Hujan deras disertai badai menerjang seluruh daerah tempat kaum Nabi Nuh berada. Dengan cepat, Nabi Nuh dan pengikutnya serta hewan ternak dan tujuh bahan pokok sebagai perbekalan dibawa ke kapal yang sudah dibuat.
Nabi Nuh menunggu anaknya yang berharap bisa naik ke kapalnya. Nabi Nuh memanggil-manggil anaknya hingga tiga kali, namun anaknya lebih memilih mengungsi ke gunung yang dianggapnya bisa menyelamatkan dari banjir.
Anaknya itu mengatakan seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
سَآوِي إِلى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْماءِ قالَ لَا عاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah. Nuh berkata, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Hud: 43).
Mukjizat Nabi Nuh berikutnya yakni selamat dari banjir besar bersama 80 orang mukmin lainnya. Mengenai lama masa banjir dibumi ini Ulama' berbeda pendapat, sebagian ulama' berpendapat banjir itu menggenang di atas bumi selama enam bulan dan sebagian ulama lagi berpendapat bahwa banjir itu menggenangi bumi selama 150 hari (5 bulan).
{وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (44) }
Dan difirmankan, "Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit (hujan), berhentilah, " dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Bukit Judi, dan dikatakan, "Binasalah orang-orang yang zalim.”
Setelah hampir enam bulan, perahu Nabi Nuh as bersama 80 orang mukmin laki-laki dan perempuan serta hewan ternak dan tanaman palawija yang berada dalam perahu itu berlabuh di atas Bukit Judi di kawasan Jazirah Arab (sebagian menyebut di Mausul, Irak) tepat pada Hari Asyuro,yaitu tanggal 10 dari Bulan Muharram.
Kemudian berpuasalah Nabi Nuh dihari itu sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Nabi Nuh juga memerintahkan semua penumpang untuk ikut menunaikanpuasa sebagai tanda syukur atas kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Para hewan semua juga ikut melakukan puasa .
Mukjizat Nabi Nuh as lainnya yakni membangun sebuah kota, lalu ia beri nama Samanin; dan di suatu masa, bahasa mereka terpecah belah menjadi delapan puluh bahasa, salah satunya adalah bahasa Arab., Sebagian dari mereka tidak dapat memahami bahasa sebagian yang lain, dan Nabi Nuh lah yang menjadi juru penerjemahnya di kalangan mereka.
Dari bangsa Samanin itu, lahirlah seluruh bangsa di antaranya bangsa Arab, Habasyah, Yafis yang menurunkan bangsa Romawi, Yunani, Persia, Egypt, dan Turki.
Wallahu A'lam Bish Showab.
(Sumber: tafsir Ibnu Katsir, PISS-KTB)
Editor: Kastolani Marzuki