Pengertian Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan Hikmahnya bagi Muslim
JAKARTA, iNews.id - Isra Miraj merupakan peristiwa dahsyat perjalanan suci Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina hingga naik ke langit tujuh Sidratul Muntaha dalam semalam.
Peristiwa dahsyat itu terjadi pada 27 Rajab di tahun kedelapan kenabian. Tahun ini, Isra Miraj diperingati Kamis, 11 Maret 2020. Ada banyak hikmah dari peristiwa Isra Miraj Nabi SAW. Salah satunya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, serta diwajibakknya shalat lima waktu.
Isra Miraj merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah bahwa segala sesuatu tidak ada yang tidak mustahil bagi Allah.
Pengertian Isra Miraj secara bahasa berasal dari dua kata, yakni Isra yang berasal dari kata asra-yusri-isra yang berarti memperjalankan. Sedangkan Miraj berarti alat naik atau tangga.
Menurut istilah dalam sejarah Islam, Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Yerussalem, Palestina. Sedangkan Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari bumi menuju langit ketujuh, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.
Sidaratul Muntaha menjadi akhir perjalanan untuk menerima perintah Allah SWT berupa sholat lima waktu sehari semalam.
Peristiwa Isa Miraj itu diabadikan dalam Alquran surat Al Isra.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al Isra:1).
Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah Swt memulai surat ini dengan mengagungkan diri-Nya dan menggambarkan kebesaran peran-Nya, karena kekuasaan-Nya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun selain Dia sendiri. Maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.
{الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ}
yang telah memperjalankan hamba-Nya. (Al-Isra: l)
Yaitu Nabi Muhammad Saw.
{لَيْلا}
pada suatu malam. (Al-Isra: l)
Maksudnya, di dalam kegelapan malam hari.
{مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ}
dari Masjidil Haram. (Al-Isra: l)
Yang tempatnya berada di Mekah
{إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى}
ke Masjidil Aqsa. (Al-Isra: 1)
Yakni Baitul Muqaddas yang terletak di Elia (Yerussalem), tempat asal para Nabi (terdahulu) sejak Nabi Ibrahim 'Alaihisalam (As) Karena itulah semua nabi dikumpulkan di Masjidil Aqsa pada malam itu, lalu Nabi SAW mengimami mereka di tempat mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah imam terbesar dan pemimpin yang didahulukan. Semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semuanya.
Firman Allah Swt:
{الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ}
yang telah Kami berkahi sekelilingnya. (Al-Isra: 1)
Yakni tanam-tanamannya dan hasil buah-buahannya.
{لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا}
Artinya: agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. (Al-Isra: 1)
Maksudnya, Kami perlihatkan kepada Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar-besar.
Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:
{لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى}
Sesungguhnya Dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (An-Najm: 18)
Kami akan mengetengahkan hadis-hadis yang menceritakan peristiwa Isra ini yang bersumber dari Nabi Saw.
Firman Allah Swt:
{إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Isra: l)
Allah Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, yang mukmin maupun yang kafir yang membenarkan maupun yang mendustakan di antara mereka. Dan Dia Maha Melihat semua perbuatan mereka: Maka kelak Dia akan memberikan kepada masing-masing dari mereka balasan yang berhak mereka terima di dunia dan di akhirat.
Para ulama hadits menyatakan bahwa Rasulullah SAW menjalani Isra-nya dalam keadaan terjaga, buka dalam keadaan tidur (mimpi), yaitu dari Mekah ke Baitul Maqdis dengan mengendarai Buraq. Disebutkan bahwa setelah Nabi SAW di depan pintu Masjidil Aqsa. Nabi SAW lalu menambatkan hewan kendaraannya di dekat pintu masjid, lalu memasukinya dan mengerjakan shalat menghadap ke arah kiblat sebanyak dua rakaat, yaitu salat tahiyyatul masjid (penghormatan pada masjid).
Kemudian didatangkan Miraj, sebuah alat seperti tangga bentuknya, memiliki undagan-undagan untuk naik ke atas. Lalu Nabi Saw. menaikinya menuju ke langit yang terdekat, kemudian ke langit-langit selanjutnya sampai ke langit yang ketujuh.
Di setiap lapisan langit Nabi SAW disambut oleh penghuni langit yang selanjutnya. Nabi SAW mengucapkan salam kepada nabi-nabi yang ada di setiap langit sesuai dengan kedudukan dan tingkatan mereka. Sehingga bersualah Nabi SAW dengan Musa As yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah di langit yang keenam, dan beliau bersua dengan Nabi Ibrahim di langit yang ketujuh.
Kemudian Nabi SAW melampaui kedudukan kedua nabi itu dan nabi nabi lain yang sebelumnya, hingga sampailah Nabi Saw. pada suatu tingkatan yang dari tempat itu beliau dapat mendengar geretan kalam, yakni kalam yang mencatat takdir terhadap segala sesuatu yang telah ada.
Nabi SAW melihat Sidratul Muntaha, lalu Sidratul Muntaha diliputi oleh perintah Allah SWT,, yaitu oleh sejumlah yang sangat besar dari kupu-kupu emas dan berbagai macam warna-warni, para malaikat meliputinya pula. Di tempat itulah Nabi SAW melihat bentuk dan rupa asli Malaikat Jibril yang memiliki enam ratus sayap. Dan Nabi SAW melihat rafraf (bantal-bantal) hijau yang menutupi semua cakrawala pandangan.
Hikmah Isra Miraj
Nabi SAW melihat Baitul Ma'mur dan Nabi Ibrahim Al-Khalil pembangun Ka'bah bumi sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'mur, karena Baitul Ma'mur adalah Ka'bah penghuni langit. Setiap hari Baitul Ma'mur dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat yang melakukan ibadah di dalamnya, kemudian mereka tidak kembali lagi kepadanya sampai hari kiamat.
Nabi SAW melihat surga dan neraka serta difardukan kepada Nabi Saw, shalat lima puluh kali di tempat itu, kemudian diberikan keringanan oleh Allah Swt. sampai menjadi lima kali salat (salat lima waktu) sebagai rahmat dari Allah dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Dalam hal ini terkandung perhatian yang besar terhadap kemuliaan dan kebesaran shalat. Lalu Nabi SAW turun ke Baitul Maqdis dengan ditemani oleh semua nabi, kemudian Nabi SAW shalat bersama mereka di dalam Baitul Maqdis setelah waktu shalat tiba. Ulama hadits menyebutkan shalat yang dimaksud shalat Subuh pada hari itu.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW keluar dari Baitul Maqdis, lalu mengendarai Buraqnya dan kembali ke Mekah sebelum pagi hari.
Wallahu A'lam.
Editor: Kastolani Marzuki