Peristiwa Nisfu Syaban, Ini Kisah Pemindahan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Kakbah
JAKARTA, iNews.id - Bulan Syaban merupakan satu dari empat bulan mulia bagi umat Islam. Selain sebagai bulan diangkatnya atau dicatatnya amal dan bulan memuliakan Ramadan, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di Bulan Syaban.
Salah satunya pemindahan kiblat ke Kakbah di Makkah dari semula menghadap Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsa di Palestina. Peristiwa itu terjadi di pertengahan Bulan Syaban atau Nisfu syaban.
Ketika Nabi Muhammad SAW masih di Mekkah, Rasulullah SAW dan kaum muslim sholat menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjid al-Aqsha Krena pada saat itu Kakbah masih dipenuhi berhala yang jumlahnya mencapai 309 jenis.
Berhala-berhala itu disembah oleh orang-orang Arab Jahiliah sebelum kedatangan Islam. Sehingga waktu itu Nabi SAW belum bisa melaksanakan sholat menghadap Masjid al-Haram.
Dikutip dari bincangsyariah, setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW masih tetap menghadap ke Baitul al-Maqdis ketika melaksanakan shalat selama 17 bulan. Seperti dinukil Sayyid Muhammad Abbas al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza Fi Sya’ban dari kitab al-Jami’ li Ahkam al-Alqu’an karya al-Imam al-Qurthubi, Abu Hatim al-Busti berkata, “ketika di Madinah kaum muslim melaksanakan shalat menghadap ke Bait al-Maqdis selama 17 bulan 3 hari. Hal ini karena kedatangan Nabi Saw. ke Madinah terjadi pada hari Senin tanggal 12 bulan Rabi’ul Awal. Kemudian pada hari Selasa pertengahan bulan Sya’ban tahun kedua hijrah, Nabi Saw. melaksanakan sholat menghadap Ka’bah atas perintah dari Allah.”
Dalam sejarah disebutkan, ketika kaum Yahudi mengetahui bahwa Nabi SAW juga sama-sama beribadah menghadap ke Bait al-Maqdis, mereka menyambut kedatangan Nabi Saw dengan baik. Mereka mengira bahwa agama yang dibawa Nabi Saw mengikuti cara ibadah dan kiblat mereka. Berdasar anggapan ini, mereka mengajak Nabi Saw untuk bergabung bersama mereka.
Berangkat dari kejadian ini, Nabi SAW sangat berharap agar kiblat kaum muslim diubah ke arah Kakbah, masjid pertama yang dibangun di muka bumi untuk menauhidkan Allah. Berulang-ulang Nabi SAW berdoa berharap ada wahyu yang turun mengenai kiblat.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa Nabi SAW apabila telah salam dari sholatnya yang menghadap ke arah Baitul Maqdis selalu menengadahkan kepalanya ke langit.
Akhirnya harapan ini dikabulkan Allah melalui firman-Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 144;
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي الَّسمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ المَسْجِدِ اْلحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ (البقرة: 144)
Artinya;”sungguh kami melihat wajahmu menengadah ke langit. Maka kami sungguh akan memalingkan wajahmu ke arah kiblat yang kamu sukai. Maka palingkan wajahmu ke arah Masjid al-Haram dan di mana pun kamu berada. (QS. Al Baqarah: 144)
Dikabulkannya harapan itu membuat hati Nabi SAW gembira karena harapan yang selama ini telah dinantikannya terkabulkan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat senang bila sholat menghadap Baitullah atau Kakbah.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
"مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ لِأَهْلِ الْمَسْجِدِ، وَالْمَسْجِدُ قِبْلَةٌ لِأَهْلِ الْحَرَمِ، وَالْحَرَمُ قِبْلَةٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ فِي مَشَارِقِهَا وَمَغَارِبِهَا مِنْ أُمَّتِي "
Baitullah adalah kiblat bagi ahli masjid, dan masjid adalah kiblat bagi penduduk kota suci, sedangkan kota suci merupakan kiblat bagi penduduk bumi yang ada di timur dan barat dari kalangan umatku.
Meski demikian, perpindahan kiblat ini menimbulkan berbagai pertanyaan dari sebagian umatnya. Bahkan sebagian lain ada yang menentangnya, sehingga Allah menurunkan jawaban untuk merespons pertanyaan dan penentangan ini dalam surat Albaqarah ayat 143;
وَمَا جَعَلْنَا الِقبْلَةَ التِيْ كُنْتَ عَلَيْهَا اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتبِعَ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلا عَلَى الذِّيْنَ هَدَى اللهُ (البقرة: 143)
Artinya; “dan kami tidak menjadikan kiblatmu yang sekarang melainkan supaya kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (perpindahan kiblat ini) amat sangat berat kecuali bagi orang yang mendapat petunjuk dari Allah”.
Perpindahan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Kakbah itu terjadi saat Rasulullah SAW sedang melaksanakan sholat ashar. Karena itu, maka berita pemindahan ini terlambat sampai kepada penduduk Quba dan baru sampai kepada mereka pada salat Subuhnya.
Dalam riwayat lain disebutkan saat sedang sholat dzuhur.
Hadits ini diriwayatkan Abu Na'im (yaitu Al-Fadl ibnu Dakin) dari Al Barra. Rasulullah SAW pernah bersabda:
حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْبَرَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صلَّى قبلَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا، وَكَانَ يُعْجِبُهُ قِبْلَتُهُ قِبَلَ الْبَيْتِ وَأَنَّهُ صَلّى صَلَاةَ الْعَصْرِ، وَصَلَّى مَعَهُ قَوْمٌ، فَخَرَجَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يُصَلِّي مَعَهُ، فَمَرَّ عَلَى أَهْلِ الْمَسْجِدِ وَهُمْ رَاكِعُونَ، فَقَالَ: أَشْهَدُ بِاللَّهِ لَقَدْ صَلّيت مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قبل مكَّة، فداروا كما هم قبل البيت
telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari Abi Ishaq, dari Al-Barra yang menceritakan hadis berikut: Bahwa Nabi Saw. salat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, padahal beliau sendiri lebih suka bila kiblatnya ke arah Baitullah (Ka'bah). Dan (pada suatu hari) beliau melakukan salat Asar dan salat pula bersamanya suatu kaum (maka turunlah ayat memerintahkan agar menghadap ke Ka'bah), lalu keluarlah seorang lelaki dari jamaah yang ikut salat bersamanya. Kemudian lelaki itu melewati ahli masjid yang sedang rukuk dalam salatnya, lalu lelaki itu berkata, "Aku bersaksi dengan nama Allah, sesungguhnya aku telah solat bersama Rasulullah Saw. Dengan menghadap ke arah Mekah.” Maka mereka berputar menghadap ke arah Baitullah dalam keadaan rukuk.
Al-Barra menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, selalu shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan. Setelah mendapatkan wahyu dari Allah, Nabi SAW kemudian mengubah arah kiblat ke Baitullah.
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki