Sholawat Imam Syafi'i dan Keutamaannya
JAKARTA, iNews.id - Sholawat Nabi SAW sangat beragam, salah satunya yakni Sholawat Imam Syafi'i. Menurut penuturan Syekh Muhammad Zaki Ibrahim (w 1998) banyak dari ulama al Azhar yang bermazhab Syafi'i dan sebagian dari madzhab lainnya menjadikan sholawat Imam Syafi'i sebagai penutup majelis-majelis pengajian mereka dan juga majelis penting lainnya.
Para sufi dan ahli thariqah juga menjadikan sholawat Imam Syafi'i sebagai pembuka majelis dzikir. Sedangkan di Indonesia, sebagian Muslim melafalkan rutin Sholawat Imam Syafi'i dalam tiap pembacaan tahlil.
Berikut Shalawat Imam Syafi’I dalam kitabnya Ar-Risalah :
فَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ، وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُوْنَ، وَصَلَّى عَلَيْهِ فيِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ أَفْضَلَ وَ أَكْثَرَ وَ أَزْكَى وَ صَلَّى عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ
Fa shallallahu ‘alaa nabiyyina kullamaa dzakarahudz dzaakiruun wa ghafala ‘an dzikrihil ghaafiluun, wa shalla alaihi fil awwaliina wal aakhiiriin, afdhala wa aktsara wa azkaa wa shallaa ‘alaa ahadin min khalqih.
Artinya : “Semoga Allah bershalawat kepada Nabi Kita (Muhammad) sebanyak dan sejumlah orang-orang yang ingat dan lalai kepada-Nya, dan juga sebanyak jumlah orang-orang yang hidup masa terdahulu dan yang akan datang, dengan sebaik, seutama, sebanyak, sebersih dan dari salah satu makhluk cipta’an-Nya yang bershalawat keatasnya.”
Redaksi sholawat Imam Syafi'i lainnya yakni:
اَللَّهُمَّ صَلَّ عَلَى نَبِيِّنَا كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ، وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ، وَصَلِّ عَلَيْهِ فيِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ أَفْضَلَ وَ أَكْثَرَ وَ أَزْكَى وَ صَلَّى عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ
Allahumma Shalli ‘Alaa Nabiyyina Kullamaa Dzakarakadz Dzaakiruun Wa Ghafala ‘An Dzikrikal Ghaafiluun, Wa Shalli Alaihi Fil Awwaliina Wal Aakhiiriin, Afdhala Wa Aktsara Wa Azkaa Wa Shallaa ‘Alaa Ahadin Min Khalqih.
Dikutip dari Buku Syariat Bershalawat karya Muhammad Habib Mustofa, Al Fairuz Abadi meriwayatkan dari Abu Hasan Al Syafi'i, dia berkata " Aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW kemudian bertanya" Wahai Rasulullah, apa balasan yang diperoleh Imam Syafi'i atas sholawat dalam kitabnya Al Risalah
صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ كُلَّما ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ.
Rasulullah SAW menjawab "Dia tidak akan dihisab pada hari kiamat".
Dinukil dari Pusat Kajian Hadis (PKH), hukum membaca shalawat kepada Nabi SAW di luar shalat boleh dibaca dengan redaksi yang disusun oleh selain Rasulullah. Boleh redaksi dari para Shahabat RA, para ulama generai Tabi’in atau Tabi’ Tabi’iin, para ulama atau kita sendiri selama redaksi shalawat tersebut benar dan tidak menyimpang dari syariat.
Muslim dianjurkan untuk terus membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW agar mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat. Terutama di malam atau hari Jumat yang penuh barokah.
Rasulullah SAW bersabda:
ي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ يَعْنِي بَلِيتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Ali dari ‘Abdurrahman bin Jabir dari Abu Al Asy’ats Ash Shan’ani dari Aus bin Aus ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya hari yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, sangkakala ditiup dan di hari itu datang hari kiamat. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku. ”
Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami bisa sampai kepadamu, sementara engkau telah tiada dan jasadmu telah hancur?”
Wallahu A'lam.
Editor: Kastolani Marzuki