JAKARTA, iNews.id - Teks khutbah Jumat kali ini membahas tentang etos kerja bagi seorang Muslim agar mendapat ridha Allah SWT.
Bekerja merupakan salah satu bentuk ibadah. Karena itu, dalam bekerja dituntut untuk semangat dan penuh tanggung jawab.
Pahala Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jumat, Bakal Diterangi Cahaya
Bekerja bukan semata-mata mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari namun lebih dari itu bekerja adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah.
Berikut teks khutbah Jum'at tentang Etos Kerja ditulis Ketua LDNU Kabupaten Cirebon, H. Ahmad Zuhri Adnan, MPd dikutip dari laman dakwahnu.id:
Naskah Khutbah Jumat Jumadil Akhir 2022 tentang Ciri-Ciri Muslim Paling Utama
Khutbah Jumat I
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي مَنّ عَلَينا بِنِعمَةِ الصِحّةِ والعافِىةِ واَمَرَنا بطَلَبِ الرِزْقِ والمَعِيْشَةِ ،وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه ذُوْالجَلالِ والاِكْرامِ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،ٍ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah Allah SWT dengan ikhlas, khusyu, lagi penuh tawakkal juag menjauhi larangan Allah SWT. Sholawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Islam mendorong umatnya untuk bekerja agar menjadi manusi mulia dan mandiri serta tidak membebani orang lain. Oleh karena itu bekerja tercatat sebagai ibadah karena sebagai bukti menjalankan perintah Allah SWT.
Dalam surat Al Jumu’ah ayat 10, Allah telah memerintahkan atau mewajibkan manusia di muka bumi ini untuk bekerja.
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”(QS. Al-Jumu’ah : 10).
Selain itu, ada beberapa catatan penting terkait dengan bekerja pertama, bekerja membuat kita terhindar dari azab neraka. Sebagaimana hadits nabi “Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari. Rasulullah bertanya, ‘Kenapa tanganmu?’ Saad menjawab, ‘Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku.” Kemudian Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, ‘Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka’” (HR. Tabrani)
Kedua Harta yang paling baik berasal dari jerih payah sendiri. Harta bisa saja kita dapatkan dari orang tua, kerabat, atau bahkan warisan. Namun sesungguhnya harta yang paling baik justru bersumber dari jerih payah sendiri. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dalam Sahih-nya, dari al-Miqdam R.a, Rasulullah Saw bersabda; “Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud As memakan panganan dari jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhari No: 2072).
Ketiga, memberi nafkah adalah sedekah Imam An-Nasai dalam Sunan-nya meriwayatkan hadis dari jalur Al-Miqdam bin Ma’di Karib, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda; “Harta yang engkau keluarkan sebagai makanan untukmu bernilai sedekah bagimu. Makanan yang kau beri pada anakmu dinilai sedekah bagimu. Begitu pula makanan yang kau beri pada istrimu, itu pun bernilai sedekah bagimu. Juga makanan yang kau beri pada pelayanmu, itu juga termasuk sedekah bagimu.” (HR Nasai No: 9141).
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Islam juga memberi kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan setiap orang. Namun demikian, Islam mengatur batasan-batasan, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang harus dijaga oleh seorang muslim, agar kemudian aktifitas bekerjanya benar-benar dipandang oleh Allah sebagai kegiatan ibadah yang memberi keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat. Selain itu, tidak semua pekerjaan mulia di mata Allah. Pekerjaan yang diridhai oleh Allah adalah pekerjaan yang dilandasi oleh adab dan etika tertentu sesuai dengan standar etos kerja, yakni:
1. Diniatkan Ikhlas Karena Allah SWT
Bekerja tidak melulu soal mencari kegiatan, uang dan keuntungan tapi lebih daripada itu, adalah kewajiban seorang manusia kepada Allah SWT untuk bekerja, untuk mencari nafkah, serta untuk menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya. Maka agar bernilai ibadah, bekerja harus ikhlas lillahi ta’ala. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Annisa: 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”
2. Bekerja dengan tekun dan sungguh-Sungguh (Itqon)
Esensi dari bekerja adalah bagaimana kita menjalankan hak dan kewajiban dengan penuh semangat dan tekun bekerja. Sebuah hadits diriwayatkan oleh Aisyah ra mengenai hal ini, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu’min yang bekerja dengan giat”. (HR. Imam Tabrani)
Dalam maqolah ungkapan yang popular juga disebutkan
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعْيْشُ أَبَدًا وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأنَّكَ تَمُوْتُ غدًا
“Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari”.
3. Mengutamakan kejujuran dan amanah dalam bekerja
Setiap pekerjaan yang kita lakukan pastinya butuh pertanggungjawaban baik dihadapan Allah SWT maupun di hadapan manusia. Oleh karena itu menjaga keridhan Allah dan kepercayaan konsumen atau klien sangatlah penting karena kesuksesan kita juga bergantung dari kepuasan dan kepercayaan mereka dengan cara menjadi pekerja yang jujur dan amanah.
Dalam hal tanggung jawab dan amanah ada dua prinsip yang penting yaitu, pekerja harus baik dan professional dan atasan harus memiliki kesalehan sosial dan memperhatikan para pekerjanya. Dalam sebuah hadits nabi bersabda “Sesungguhnya Allah mencintai seorang diantara ka-lian yang jika bekerja, maka ia bekerja dengan baik.” (HR Baihaq).
Atasan tidak boleh berlaku dzolim terhadap para pekerja. Berilah upah sebelum keringat mongering. Dilaporkan oleh Abu Dzarr bahwa Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya mengenai para budak, sebagai berikut: “Mereka adalah saudara-saudara kalian. Allah telah menempatkan mereka di bawah kekuasaanmu, berilah mereka makan seperti makananmu, berpakaian seperti pakaianmu, dan janganlah mereka kalian bebani dengan pekerjaan yang mereka tidak mampu mengerjakannya. Jika kalian menyuruhnya bekerja berat, maka bantulah dia.” (Bukhari dan Muslim).
4. Tetap memegang teguh prinsip-prinsip syariah
Selain menjaga etika atau akhlak, seroang muslim juga wajib untuk tetap memegang teguh prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang digelutinya. Semakin pesatnya kemajuan jaman, prinsip-prinsip syarah dalam bekerja memang akan semakin sulit karena berkaitan dengan kemajuan, keuntungan dan penghasilan lebih dari pekerjaan yang kita lakukan namun hal ini menjadi tantangan bagi iman seorang pekerja supaya senantiasa meningkatkan keimanan dan mempertahankan kehalalan suatu pekerjaan serta meninggalkan hal-hal yang haram. Dengan memegng teguh prinsip-prinsip syariah, kita akan terhindar dari dosa dan harta yang kita dapatkan akan lebih berkah dan mendapatkan rida Allah tentunya.
Jamaah Jumat rohimakumulluh
Demikianlah khutbah jum'at tentang etos kerja. Mudah-mudahan khutbah ini dapat kita hikmati bersama dan semoga kita tercatat sebagai insan yang senntiasa diberikan keluasan rezeki yang halal lagi luas. Amin ya rabbal alamin.
Editor: Kastolani Marzuki
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku