Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Teks Khutbah Jumat 21 November 2025 Bikin Menangis tentang Bencana, Ujian atau Azab?
Advertisement . Scroll to see content

Contoh Teks Khutbah Jumat Paling Sering Dipakai Pengkhutbah

Kamis, 16 September 2021 - 19:10:00 WIB
Contoh Teks Khutbah Jumat Paling Sering Dipakai Pengkhutbah
Teks khutbah Jumat paling sering dipakai para pengkhutbah dalam sholat Jumat. (Foto: SINDOnews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Teks khutbah Jumat paling sering dipakai pengkhutbah salah satunya yakni memaknai sabar dalam menghadapi musibah.

Khutbah  merupakan salah satu syarat sah dalam sholat Jumat. Khutbah Jumat dilakukan dua kali yang dipisah dengan duduk sebentar.

Saat khatib sedang berbicara atau khutbah, jemaah dianjurkan untuk mendengarkan agar ibadahnya tidak sia-sia.

Rasulullah SAW bersabda:

إذا قلت لصاحبك يوم الجمعة أنصت والإمام يخطب فقد لغوت

Artinya: “Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari jum’at, ‘diam dan perhatikanlah’, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat sia-sia.” (HR. Al-Bukhari [934].

Sebelum menyampaikan khutbah, penting diketahui rukun-rukunya. Sebab, jika salah satu rukun khutbah Jumat tidak terpenuhi akan berimplikasi pada rusaknya khutbah alias tidak sah. 

Direktur Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA menjelaskan, yang paling pokok untuk diketahui bahwa khutbah Jumat itu terdiri atas dua bagian. Yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua, di mana keduanya dipisahkan dengan duduk di antara dua khurbah.

Selain itu yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa khutbah Jumat itu dilakukan sebelum shalat Jumat. Berbeda dengan khutbah Idul fitri atau Idul Adha yang justru dilantunkan setelah selesai shalat Id.

Adapun rukun khutbah Jumat, para ulama mencoba mengumpulkannya dari berbagai dalil, lalu didapat paling tidak ada lima perkara.

Dalam Mazhab Imam Syafii yang dipegang mayoritas umat Islam di Indonesia disebutkan rukun khutbah Jumat ada lima. Kelima rukun khutbah Jumat itu yakni membaca hamdalah, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca petikan ayat Al Quran, berwasiyat dan memohon ampunan buat kaum muslimin.

Berikut teks khutbah Jumat paling sering dipakai pengkhutbah tentang Makna Musibah Bagi Muslim dikutip iNews.id dari laman dakwahnu.id.

Khutbah pertama

اْلحَمْدُللهِ، اْلحَمْدُ للهِ اَّلذِيْ أَمَدَّ أَوْلِيَاءَهُ بِقُوَّةِ الصَّبْرِ عَلَى الضَّرَّاءِ، وَنِعْمَةِ الشُّكْرِ عَلىَ النَّعْمَاءِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ اْلأَنْبِيَاءِ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ اْلأَصْفِيَاءِ، وَعَلَى ءَالِهِ الْبَرَرَةِ اْلأَتْقِيَاءِ، فَقَدْ جَاءَ فِي اْلحَدِيْثِ الشَّرِيْفِ “وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ”.

أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى: ( يَاأَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita memperkuat keimanan kita dengan taqwa, senantiasa berusaha menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan Allah di manapun dan kapan pun kita berada.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Musibah demi musibah datang bertubi-tubu mendera bangsa kita (bangsa Indonesia), gempa bumi, banjir, kebakaran dan yang terakhir adalah pandemic covid-19. 

Sebagaiumat Islam, kita wajib meyakini bahwa semua musibah ini bukan karena kehendak atau murka alam semesta, karena alam semesta adalah benda mati yang tidak memiliki kehendak dan keinginan sama sekali, tetapi kita meyakini bahwa semua ini terjadi dengan kehendak dan taqdir pencipta alam semesta yaitu Allah subhanahu wata’aalaa. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

مَاشَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ

Maknanya: Apap un yang dikehendaki oleh Allah (pada azal) maka pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pada azal maka pasti tidak terjadi.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Bagi kita (seorang muslim) datangnya musibah dapat dimaknai dengan dua makna; ujian atau adzab dari Allah ta’aalaa.

Pertama: musibah-musibah ini dapat dimaknai sebagai ujian dari Allah ta’aalaa untuk meningkatkan derajat kita. Apabila kita mampu menahan hawa nafsu untuk bersabar dengan ridla terhadap kehendak dan taqdir Allah tersebut, maka Allah akan meningkatkan derajat kita di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Maknanya: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al Bukhari).

Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa apabila Allah mencintai seseorang maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya. Semakin tinggi derajat seseorang maka semakin berat musibah yang ditimpakan pada mereka, sehingga dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

 أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَالُ فَاْلاَمْثَالُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ

Maknanya: “Manusia yang paling berat bala’ (musibahnya) adalah para nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang-orang yang semisalnya, seseorang diuji berdasarkan tingkatan agamanya”

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:

إِنَّ عُظْمَ اْلجَزَاءِ مَعَ عُظْمِ اْلبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَى، وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السُّخْطُ

Maknanya: “Sesungguhnya besarnya balasan itu seimbang dengan besarnya bala’, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah pasti menguji mereka, maka barang siapa ridla terhadap ujian itu, ia akan mendapat ridla Allah dan barang siapa marah terhadapnya maka ia akan mendapat murka Allah”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Berdasarkan beberapa hadits di atas dapat dipahami bahwa musibah yang berarti ujian adalah musibah yang ditimpakan kepada umat Islam yang taat kepada Allah ta’aalaa, sebagai media untuk meningkatkan derajat mereka menurut Allah ta’aalaa.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kedua: musibah-musibah tersebut dapat dimaknai sebagai adzab Allah yang dimajukan di dunia sebelum adzab yang lebih pedih di akhirat.

Karena meskipun secara umum adzab atas dosa umat Muhammad akan ditimpakan di akhirat, namun ada beberapa dosa yang adzabnya dimajukan di dunia.

Dalam beberapa riwayat hadits dijelaskan bahwa sebagian dosa yang dilakukan oleh manusia dimajukan adzabnya di dunia seperti dosa durhaka kepada kedua orang tua, dosa memutuskan silaturrahim dan dosa diamnya umat Islam dari kemungkaran yang terjadi di masyarakat.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya bersabda:

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا اْلمُنْكَرَ فَلَمْ يُغَيّرُوْهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ (رواه أحمد)

Maknanya: Sesungguhnya manusia apabila mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak mengubahnya maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan adzab pada mereka secara merata”

Makna hadits di atas adalah bahwa Allah mengancam manusia dengan adzab yang merata apabila mereka meninggalkan an nahyu anil munkar; mereka melihat kemungkaran terjadi di masyarakatnya tetapi mereka diam saja dan tidak mau berusaha untuk mencegahnya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kemungkaran dan kemaksiatan sekarang ini telah merajalela di tengah-tengah masyarakat, pergaulan bebas muda-mudi menjadi trend, perzinaan dianggap sebagai hal biasa, minum minuman keras dan konsumsi narkoba dianggap sebagai kebanggaan, perjudian dilegalkan dengan berbagai modus dan nama, pembunuhan terjadi di mana-mana, praktik riba sudah menjadi kebiasaan, pencurian dan korupsi dari mulai yang kelas teri sampai dengan yang ratusan milyar rupiah dilakukan oleh rakyat biasa sampai para pejabat yang terhormat tanpa sedikitpun memiliki rasa malu.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kemungkaran yang paling besar dan paling berbahaya yang sedang menyebar saat ini adalah kemungkaran kekufuran. Yaitu munculnya paham-paham yang menyimpang dari paham Ahlussunnah wal Jama’ah; paham yang diajarkan oleh Rasulullah dan sahabatnya.

Hari ini banyak berkembang paham khawarij yang mengkafirkan setiap umat Islam yang tidak berhukum dengan hukum Islam meskipun hanya dalam satu permasalahan kecil, paham ini mengakibatkan munculnya paham terorisme yang sangat meresahkan.

Hari ini juga berkembang paham qadariyah muktazilah yang meyakini bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri (bukan Allah yang menciptakannya), hari ini juga berkembang paham mujassimah/karramiyah yang meyakini bahwa Allah adalah jisim yang memiliki anggota badan dan bertempat di suatu tempat tertentu.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Namun di sisi lain, sedikit sekali dari kita; umat Islam yang merasa prihatin melihat fenomena kamaksiatan dan paham-paham kufur tersebut apalagi mau mengingkarinya. Umat Islam saat ini banyak yang hanya sibuk mengurus kepentingan dunianya, sebaliknya sangat tidak peka terhadap kondisi keagamaan umat.

Bahkan sebagian umat Islam ada yang berprinpsip ‘yang penting saya  dan keluarga saya selamat’, orang lain itu urusan mereka sendiri’. Prinsip seperti ini jelas tidak benar, karena di dalam Islam selain ada kewajiban menjaga diri sendiri dan keluarga juga ada kewajiban dakwah dan al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘an al munkar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Allah ta’aalaa berfirman:

ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ‏‏

Maknanya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S ar Rum: 41).

Ayat ini tidak hanya dimaknai bahwa musibah-musibah yang menimpa kita itu disebabkan perbuatan-perbuatan manusia berupa penggundulan hutan, pembuangan sampah sembarangan, penataan kota yang tidak tepat dan seterusnya. Tetapi lebih dari itu, adalah diakibatkan oleh perilaku-perilaku kufur dan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Dalam sebuah ayat Allah ta’aalaa berfirman:

مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ  وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ

 Maknanya: “Kenikmatan yang menimpakamu adalah dari Allah dan musibah yang menimpa kamu adalah balasan dari perbuatan diri kamu”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dengan demikian, apabila kita ingin umat Islam ingin terbebas dari segala macam bencana, maka marilah kita bersama-sama memperbaiki kehidupan agama masyarakat. Kita ingatkan kerabat, teman, tetangga dan seluruh umat Islam dari bahaya paham-paham sesat dan dari berbagai bentuk kemaksiatan.

Apabila kita mau berusaha meninggalkan segala bentuk maksiat dan mau untuk mencegah kemungkaran yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat maka insya Allah, Allah akan mengangkat segala musibah yang menimpa kita.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut