Wafatnya Ulama Musibah Tak Tergantikan dan Tanda Hancurnya Dunia
JAKARTA, iNews.id - Sejumlah ulama kharismatik Indonesia wafat. Meninggalnya ulama yang merupakan pewaris nabi jelas musibah tak tergantikan bagi umat Islam. Wafatnya ulama juga tanda kehancuran dunia.
Dalam Alquran disebutkan kehancuran dunia atas wafatnya ulama. Allah SWT berfirman:
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَأْتِى الْاَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ اَطْرَافِهَاۗ وَاللّٰهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهٖۗ وَهُوَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Artinya: "Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Mahacepat hisab-Nya". (QS Al Ra'du: 41).
Mufasir Ibnu Kasir menerangkan maksud ayat tersebut. Yakni, dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah rusaknya daerah-daerah itu dengan kematian ulama, ahli fiqih, dan ahli kebaikannya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna yang dimaksud ialah meninggalnya ulamanya.
Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah-KTB, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan wafatnya para ulama sebagai musibah.
Rasulullah bersabda:
مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ
Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).
Wafatnya ulama adalah hilangnya ilmu umat manusia. Dapat hidup bersama para ulama adalah sebagian nikmat yang agung selama di dunia.
Semasa ulama hidup, manusia dapat mencari ilmu kepada mereka, memetik hikmah, mengambil keteladanan dan sebagainya. Sebaliknya, ketika ulama wafat, maka hilanglah semua nikmat itu. Hal inilah yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
خُذُوا الْعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يَذْهَبَ ” ، قَالُوا : وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ، قَالَ:إِنَّ ذَهَابَ الْعِلْمِ أَنْ يَذْهَبَ حَمَلَتُهُ
Artinya: "Ambillah (Pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi! Sahabat bertanya: Wahai Nabiyullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Perginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang-orang yang membawa ilmu (ulama)" (HR Ad-Darimi, At-Thabrani No 7831 dari Abu Umamah).
Wafatnya ulama juga memiliki dampak sangat besar, di antaranya munculnya pemimpin baru yang tidak mengerti tentang agama sehingga dapat menyesatkan umat, sebagaimana dalam hadits sahih.
إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ، ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يترك عالما اتخذ الناس رءوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hambanya, tetapi mencabut ilmu dengan mencabut para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan satu ulama, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan" (HR al-Bukhari No 100).
Sebagai muslim, tentu merasa kehilangan dan bersedih atas wafatnya ulama. Hanya orang munafik saja yang tidak bersedih atas wafatnya pewaris Nabi.
Dalam kitab Tanqihul Qoul atau Lubabul Hadis karya Imam As Suyuthi disebutkan bahwa orang yang tidak bersedih atas wafatnya ulama adalah munafik.
وقال عليه الصلاة والسلام: {إذا مَاتَ العَالِمُ بَكَتْ عَلَيْهِ أَهْلُ السَّمَوٰاتِ والأَرْضِ سَبْعِينَ يَوْما
مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ العَالِمِ، فَهُوَ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ} قالها ثلاث مرات.
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda : "Ketika seorang alim meninggal maka menangislah ahli langit dan bumi selama tujuhpuluh hari. Barangsiapa tidak sedih atas meninggalnya orang alim maka dia adalah orang munafik, munafik, munafik." Nabi mengatakannya tiga kali.
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki