Alami Pendarahan Hebat Pascamelahirkan, Rachel Maryam Jalani Operasi Pengangkatan Rahim
JAKARTA, iNews.id - Rachel Maryam baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki seberat 3,78 kilogram dan tinggi 50 cm bernama Muhammad Eijaz Mata Air. Proses persalinan yang dilakukan secara caesar tersebut, nyatanya sempat diwarnai dengan pendarahan hebat yang dialami Rachel.
Hal ini kemudian dijelaskan oleh suami dari aktris sekaligus politikus tersebut, Edwin Aprihandono. Menurut Edwin, setelah operasi caesar berlangsung, Rachel mengalami komplikasi yang mengakibatkan pendarahan hebat dan mengakibatkan rahim istrinya tersebut harus diangkat.
"Pasca-operasi caesar, Rachel mengalami komplikasi yang menyebabkan pendarahan hebat. Hal ini membuat dokter harus segera mengambil tindakan cepat untuk menghentikan pendarahan dan memutuskan agar Rachel untuk diangkat rahimnya," ujar Edwin seperti dikutip dari tayangan Silet, RCTI pada Jumat (9/10/2020).
Namun begitu, Edwin menyatakan bahwa kondisi sang istri tercintanya itu kini telah berangsur membaik. Bahkan, Rachel telah berada di ruang perawatan biasa setelah sebelumnya harus menjalani perawatan di ruang ICU.
"Alhamdulilah Rachel hari ini sudah melewati masa kritis dan masuk pada masa pemulihan. Rachel sudah dirawat di kamar biasa dan tidak perlu dirawat di ICU lagi," kata Edwin.
Sementara itu, menurut dokter yang menangani Rachel, dr. Ivander menjelaskan bahwa tindakan pengangkatan rahim Rachel dilakukan untuk menyalamatkan nyawanya. Sebab, Rachel mengalami pendarahan hebat yang diakibatkan oleh gangguan kontraksi rahim.
"Pada kondisi di mana pendarahan yang diakibatkan oleh ketidakmampuan rahim untuk berkontraksi dengan baik. Maka cara untuk menyelamatkan ibu, salah satunya dengan terpaksa mengorbankan rahimnya," kata dr. Ivander.
Selain itu, dirinya menegaskan bahwa pengangkatan rahim bertujuan agar sumber-sumber pendarahan dapat segera dihilangkan. Meski tak diinginkan, tapi hal tersebut merupakan satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa Rachel.
"Pengangkatan rahim dilakukan supaya sumber-sumber berdarah di rahim bisa dihilangkan dengan cara diangkat. Ini adalah komplikasi yang tidak kita inginkan. Tapi ini adalah satu cara untuk menyelamatkan nyawa dari pasiennya yang mengalami gangguan kontraksi rahim yang sangat parah," ujar dr. Ivander.
Mengenai kabar koma yang dialami oleh Rachel, pihak keluarga pun membantahnya. Edwin menjelaskan bahwa Rachel memang sengaja ditidurkan selama dua hari untuk kenyamanan selama menjalani transfusi darah yang cukup banyak.
"Pendarahan ini membuat Rachel kehilangan banyak darah dan membutuhkan banyak sekali transfusi darah. Untuk kenyamanan pasien, dokter memutuskan agar Rachel ditidurkan atau dibuat tidak sadar selama dua hari," kata Edwin.
Sementara itu dr. Ivander pun mengakui bahwa Rachel memang diletakkan dalam kondisi tidur atau diistirahatkan dengan sengaja. Hal ini bertujuan untuk menghemat pemakaian oksigen dari pasien dan memaksimalkan proses pemulihan.
"Ada kondisi di mana pasien membutuhkan oksigen yang cukup, maka pasien biasanya diletakkan dalam kondisi tidur atau diistirahatkan dengan sengaja. Tujuannya untuk menghemat pemakaian oksigen pasien itu sendiri. Menghemat pemakaian oksigen dari otak," ujar dr. Ivander.
Editor: Tuty Ocktaviany